Aarogya Setu
Aarogya Setu (terjemahan dari Bahasa Sanskerta "jembatan untuk bebas dari penyakit") merupakan aplikasi Covid-19 asal India, peta penyebaran, layanan digital penilaian diri, terutama dalam bentuk aplikasi seluler yang dikembangkan oleh dibawah Kementerian Informasi Teknologi dan Elektronik India. Aplikasi ini dipasang lebih dari 100 juta dalam waktu 40 hari. Pada 26 Mei 2020, ditengah tumbuhnya kekhawatiran keamanan dan privasi, kode sumber dari aplikasi dipublikasikan kepada publik.[1] Organisasi Kesehatan Dunia memuji aplikasi Aarogya Setu karena membantu departemen kesehatan untuk mengidentifikasi kluster COVID-19.[2] Tampilan penuhTujuan dari aplikasi ini adalah untuk menyebarluaskan pengetahuan mengenai COVID-19 dan menghubungkan pelayanan kesehatan penting terkait dengan COVID-19 kepada masyarakat India.[3] Aplikasi ini menambah inisiatif yang dilakukan Departemen Kesehatan India untuk menanggulangi COVID-19 dan menyebarluaskan langkah dan saran terbaik. Aplikasi pelacak menggunakan fitur Sistem Pemosisi Global (GPS) dan Bluetooth untuk melacak kasus COVID-19. Aplikasi ini tersedia di Android (sistem operasi)[4] dan IOS[5] yang memiliki Bluetooth, yang menentukan risiko jika seseorang berada didekat (dalam radius enam kaki) dari seseroang yang terinfeksi COVID-19, dengan memindai melalui pangkalan data kasus COVID-19 di seluruh India. Dengan menggunakan informasi lokasi, ini menentukan apakah lokasi tersebut termasuk dalam salah satu area yang terinfeksi berdasarkan data yang tersedia. Aplikasi ini merupakan versi terbaru dari aplikasi awal yang bernama Corona Kavach (discontinued) yang pernah dikeluarkan oleh Pemerintah India.[6] Fitur dan alatAarogya Setu memiliki empat bagian:
Aplikasi ini akan memberikan informasi mengenai status positif COVID-19 dalam radius 500 meter, 1 kilometer, 2 kilometer, 5 kilometer, dan 10 kilometer dari pengguna.[9] Aplikasi ini dibangun pada platform yang menyediakan antarmuka pemrograman aplikasi (API) sehingga program komputer, aplikasi telepon genggam, dan layanan situs web lain bisa menggunakan dan memanfaatkan data yang tersedia di Aarogya Setu. TanggapanAarogya Setu diunduh lebih dari lima juta kali setelah tiga hari peluncuran, membuatnya menjadi aplikasi paling populer yang dikeluarkan oleh pemerintah India.[10][11] Aplikasi ini menjadi aplikasi paling cepat tumbuh mengalahkan Pokémon Go, lebih dari 50 juta aplikasi dipasang dalam waktu 13 hari setelah peluncurannya di India pada 2 April 2020.[12] Aplikasi ini telah dipasang lebih dari 100 juta kali pada 13 Mei 2020, setelah 40 hari peluncurannya.[13] Pada 29 April 2020 pemerintah pusat mengeluarkan perintah agar seluruh pegawainya wajib mengunduh aplikasi ini dan menggunakannya - "sebelum bekerja, mereka harus mengulas status mereka di Aarogya Setu dan berangkat kerja ketika aplikasi menunjukan bahwa status mereka aman atau risiko rendah".[14][15] Kementerian Dalam Negeri Serikat menyatakan bahwa aplikasi wajib dimiliki oleh mereka yang tinggal di zona karantina COVID-19. Pemerintah memberikan pengumuman perpanjangan karantina nasional selama dua minggu mulai 4 Mei dengan beberapa keringanan. Pada 21 Mei 2020, Otoritas Bandara Udara India menerbitkan standar operasional prosedur yang menyatakan bahwa seluruh penumpang yang berangkat wajib terdaftar di aplikasi Aarogya Setu.[16] Aplikasi ini tidak wajib digunakan oleh anak-anak dibawah umumr 14 tahun.[17] Namun, esok harinya, Menteri Penerbangan Sipil Hardeep Singh Puri mengklarifikasi bahwa aplikasi tidak menjadi kewajiban untuk seluruh penumpang.[18] Pada 2021, situs web Co-WIN diintegrasi dengan aplikasi.[19] Hal ini mengizinkan pengguna untuk mengatur jadwal melalui aplikasi untuk Vaksinasi COVID-19 dengan mendaftarkan nomor telepon dan menyediakan dokumen terkait.[20] EfektivitasCEO dari NITI Aayog mengungkapkan bahwa "aplikasi ini mampu mendeteksi lebih dari 3.000 titik merah dalam 3–17 hari sebelumnya".[21] TanggapanRahul Gandhi, ketua dari Kongres Nasional India menyatakan bahwa aplikasi Aarogya Setu merupakan "sistem pengawasan canggih" setelah pemerintah mengumumkan bahwa mengunduh aplikasi tersebut merupakan kewajiban bagi pegawai negeri dan swasta.[22] Mengikuti hal ini, beberapa pihak menyatakan kekhawatirannya terhadap aplikasi Aarogya Setup.[23][24][25] Kementerian Teknologi Informasi dan Elektronik India merespon kekhawatiran tersebut dengan menyatakan bahwa pernyataan Gandhi salah, dan aplikasi tersebut diapresiasi oleh pihak internasional. Pada 5 Mei, peretas beretika asal Prancis, Robert Baptiste, yang memiliki nama alias di Twitter sebagai Elliot Alderson, mengklaim bahwa terdapat masalah keamanan pada aplikasi.[26] Pemerintah India dan juga pengembang aplikasi, menyatakan mereka berterima kasih kepada peretas tersebut tetapi menyatakan bahwa kehawatiran tersebtu tidak beralasan.[27] Pengembang aplikasi menyatakan bahwa penyediaan data lokasi merupakan fitur dokumentasi di aplikasi, dibandingkan kekurangan aplikasi, karena aplikasi tersebut didesain untuk melacak penyebaran populasi yang terinfeksi virus. Mereka juga menekankan bahwa tidak ada informasi pribadi dari pengguna yang terkena risiko.[28] Pada 6 Mei, Robert Baptiste menyatakan bahwa kelemahan keamanan di aplikasi memungkinkan peretas untuk mengetahui "siapa yang terinfeksi, tidak sehat, atau menggunakan fitur pengujian pribadi di wilayah yang mereka pilih". Robert juga memberikan detail berapa banyak orang yang sakit dan terinfeksi di kantor Perdana Menteri India di Parlemen India.[29] The Economic Times menunjukan ketentuan pada aplikasi ini menyatakan bahwa pengguna "setuju dan mengakui bahwa pemerintah India bukan pihak yang bertanggung jawab...atas akses tidak resmi dari informasi atau modifikasi data[30]". Menanggapinya, beberapa pengembang perangkat lunak meminta kode sumber dipublikasikan kepada khalayak umum.[31] Pada 12 Mei, Mantan Hakim Mahkamah Agung India B. N. Srikrishna menyatakan bahwa kebijakan mewajibkan penggunaan aplikasi Aarogya Setu merupakan kegiatan ilegal. Ia menyatakan bahwa hal ini tidak didasari oleh hukum dan mempertanyakan "berdasarkan hukum apa pemerintah mewajibkannya?"[32] MIT Technology Review memberikan nilai ulasan 2 dari 5 bintang untuk aplikasi ini setelah menganalisa aplikasi pengawasan COVID-19 di 25 negara. Aplikasi mendapatkan penilaian bintang hanya karena kebijakan yang menyatakan bahwa data yang dikumpulkan akan dihapus setelah beberapa waktu dan koleksi data, sejauh pengguna menggunakan, ini merupakan hal yang minimal. Hal lainnya adalah India merupakan satu-satunya negara demokrasi yang mewajibkan aplikasi ini diunduh jutaan orang.[33] Rating kemudian diturunkan menjadi 1 bintang setelah ditemukan fakta bahwa aplikasi ini membutuhkan informasi lebih banyak untuk berfungsi.[34] Menanggapi hal tersebut, Kementerian Informasi Teknologi dan Elektronik India mempublikasikan kode sumber dari aplikasi ini ke publik melalui GitHub pada 26 Mei, yang kemudian diikuti oleh dokumentasi iOS dan API. Selanjutnya, pemerintah juga meluncurkan "program pemburuan bug".[35] Hal ini dilakukan untuk mempromosikan "transparansi dan memastikan integritas dan keamanan dari aplikasi", walaupun begitu, ahli menyataan bahwa kode dari sisi server belum dipublikasikan kepada publik, hal ini berarti opini publik mengenai keamanan dan kerahasiaan belum sepenuhnya pulih.[36] Terkait hal tersebut, ZDNet memberikan catatan bahwa kode sumber menjadi konfirmasi untuk klaim pemerintah mengenai data lokasi pengguna, jika dikumpulkan, akan menjadi anonim, dan akan dihapus setelah 45 hari atau 60 hari untuk individu yang berisiko tinggi. Referensi
Pranala luar |