Abdu Manaf bin Qushay
'Al-Mughirah bin Qushay (bahasa Arab: المغيرة بن قصي) adalah pendiri dari Bani Abdu Manaf. Ayahnya adalah Qushay. ia memiliki gelar Qamar al-Bathha (bulan Bathha). Ia lebih dikenal dengan julukannya yaitu Abdu Manâf (bahasa Arab: عبد مناف). Nama Abdu Manaf sendiri sebenarnya memiliki arti Abdi (hamba) dari Dewa Manaf. Menurut riwayat ia sangat saleh, suka mengajak orang kepada kebajikan, ramah dan memelihara hubungan yang sangat baik dengan kaum kerabatnya. Walaupun sangat terhormat di masyarakat, dia tidak pernah menyaingi kakaknya—'Abduddâr—dalam urusan jabatan yang berhubungan dengan Ka'bah.[1] Silsilah Keluarga
Dari silsilah di atas dapat diketahui bahwa 'Abdul Manâf memiliki 4 orang anak, yaitu:
Tiga orang pertama merupakan saudara kandung, sedangkan Naufal merupakan saudara lain ibu.[2] Salah satu poin khusus tentang keturunan 'Abdu Manaf, yang terpantul dalam pekikan perang dan kesusastraan Arab, ialah bahwa mereka mati di tempat-tempat yang berlainan: Hâsyim di Gaza, Palestina; 'Abdu Syams di Mekkah; Muthalib di Yaman; dan Naufal di Iraq.[1] Anak KembarHâsyim dan 'Abdusysyams merupakan saudara kembar. Diriwayatkan oleh para sejarawan bahwa pada saat kelahiran Hâsyim dan 'Abdusysyams, satu jari Hâsyim tertusuk ke dahi 'Abdusysyams. Darah mengalir deras ketika mereka dipisahkan, dan orang-orang menganggap kejadian ini sebagai pertanda buruk.[1] Hal ini dapat dilihat dari kenyataan sejarah, di mana Bani Hâsyim, yang menurunkan Ali dan Bani 'Abdusy Syams yang menurunkan Bani Umayyah, melalui Muawiyah di mana kemudian terjadi Pertempuran Shiffin. Syahidnya Husain di Karbala atas perintah Yazid yang merupakan keturunan dari Bani Umayyah. Selain itu perang yang terus menerus antara Bani Abbasiyah—keturunan Bani Hâsyim— dan Bani Umayyah. Perebutan Kepemimpinan'Abdul Manâf mematuhi keinginan ayahnya —Qushay— untuk memilih kakaknya —'Abduddâr— sebagai pemimpin kota Mekkah dan penjaga Ka'bah. Tetapi, pada generasi berikutnya, separo kaum Quraisy berdiri di belakang putra 'Abdulmanâf, Hâsyim, lelaki yang paling terkemuka saat itu, dan menuntut agar pemerintahan dialihkan dari Bani 'Abduddâr ke Bani 'Abdulmanâf. Mereka yang mendukung Hâsyim dan saudara-saudaranya itu adalah dari Bani Zuhrah, Bani Taim dan seluruh keturunan anak Qushay selain dari anak pertama. Bani Makhzum dan sepupu yang lebih jauh menerima pemerintahan Bani 'Abduddâr.[2] Akhirnya kekuasaan tersebut dibagi dengan Bani 'Abdul Manâf yang dipimpin Hâsyim, di mana keturunan 'Abduddâr yaitu Bani 'Abduddâr berhak memegang kunci Ka'bah dan hak-hak mereka yang lain, dan tempat tinggal mereka harus diteruskan fungsinya sebagai Dar an-Nadwah atau Rumah Majelis. Sedangkan Bani 'Abdulmanâf berhak menetapkan pajak serta menyediakan makanan dan minuman bagi para jemaah haji.[2] Lihat pulaReferensi |