Abdurrahman al-Ghafiqi
Abdurrahman bin Abdullah al-Ghafiqi al-Akki (bahasa Arab: عَبْدُ الرَّحْمَٰن بِن عَبْدُ الله الغافِقِي العَكّي) adalah gubernur al-Andalus yang menjabat selama dua periode dari tahun 721 dan 730 hingga kematiannya pada tahun 732. Abdurrahman al-Ghafiqi dikenal karena memimpin pasukan muslim dalam Pertempuran Tours yang terkenal (juga dikenal sebagai Pertempuran Balath Asy-Syuhada) melawan kaum Frank yang berakhir dengan kemenangan kaum Frank. Asal-usulAbdurrahman berasal dari kabilah Bani Ghafiq dari keturunan kabilah Bani Akk di Yaman.[1] Silsilahnya adalah Abdurrahman bin Abdullah bin Makhsy bin Zaid bin Jabalah bin Zhahir bin al-A'idz bin A'idz bin Ghafiq bin al-Shahid bin Alqamah bin Akk bin Adnan.[2][3] Kunyahnya adalah Abu Sa'id.[1] Abdurrahman pindah ke Ifriqiyah dan pernah mendatangi Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik (berkuasa 715–717) di Damaskus. Ia kemudian pindah ke Maghreb serta pernah bertemu dengan Musa bin Nushair dan putranya Abdul Aziz bin Musa bin Nushair ketika bermukim di al-Andalus. Abdurrahman sempat diangkat menjadi komandan di daerah pantai timur al-Andalus.[1] Masa jabatan pertamaAbdurrahman berpartisipasi dalam Pertempuran Toulouse bersama gubernur al-Andalus, As-Samah bin Malik al-Khaulani. Setelah pertempuran berakhir dengan terbunuhnya As-Samah dan kekalahan pasukan muslim oleh pasukan Odo dari Aquitaine,[4] Abdurrahman menarik mundur pasukannya hingga ke Narbonne lalu menggantikan As-Samah sebagai gubernur hingga Anbasah bin Suhaim al-Kalbi menggantikannya pada tahun 103 H (721 M).[5][1] Selama masa jabatannya yang singkat itu, Abdurrahman mampu memadamkan tanda-tanda pemberontakan di wilayah bagian utara, serta menetapkan posisi kaum muslimin di pangkalan-pangkalan yang mereka kuasai di Septimania.[4] Adapun aktivitas yang dilakukannya setelah masa jabatannya selesai, sejarawan Syakib Arsalan mengutip bahwa politisi dan sejarawan Abdul Aziz al-Tsa'alabi memiliki dokumen yang mencatat serangan angkatan laut ke Eropa Selatan yang dipimpin oleh Abdurrahman dan dikirim oleh Ismail bin Abi al-Muhajir, gubernur Ifriqiyah pada tahun 105 H, meraih kesuksesan di Italia.[6] Masa jabatan keduaAbdurrahman kembali menjabat pada tahun 730. Ia diangkat oleh gubernur Ifriqiyah, Ubaidah bin Abdurrahman as-Sulami,[7] untuk menggantikan Muhammad bin Abdullah al-Asyja'i.[8] Ia memulai masa jabatan keduanya dengan memulihkan perdamaian antara kabilah Arab Mudhar dan Yaman serta menyatukan janji mereka,[9] setelah masalah menjadi meradang dan semangat konflik suku menyebar di antara mereka, sebagai dampak bias dari beberapa gubernur sebelumnya yang fanatik terhadap kaum Mudhar dengan mengorbankan orang-orang Yaman.[10] Abdurrahman lalu menghadapi pemberontakan Berber di wilayah utara al-Andalus di bawah kepemimpinan Munuza, yang bersekutu dengan Odo dari Aquitaine dan menikahi putrinya, dengan mengirimkan pasukan yang dipimpin oleh Ibnu Zayyan. Ibnu Zayyan berhasil menumpas pemberontakan, membunuh Munuza, menawan istrinya, dan mengirimnya ke istana Khalifah Hisyam bin Abdul Malik (berkuasa 724–743) di Damaskus.[11] Setelah itu, Abdurrahman mengumpulkan pasukan yang dianggap sebagai salah satu pasukan terbesar yang dikumpulkan pada saat itu. Ia dan pasukannya menyeberangi Pegunungan Pirenia lalu berbaris menuju kota Arles di Sungai Rhone karena kota itu menolak membayar jizyah. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan lalu mengalahkan pasukan Odo dari Aquitaine dalam Pertempuran Bordeaux[12] yang terletak di tepi sungai, kemudian menyeberangi Sungai Garonne dan menyerbu Aquitaine lalu ibu kotanya, Bordeaux, setelah pengepungan singkat. Dari sana, Abdurrahman dan pasukannya menuju ke Burgundy, merebut Lyon dan Besançon, lalu menyeberangi Sungai Loire untuk menuju ke ibu kota kaum Frank,[13] setelah pasukan muslim meraih banyak rampasan dari setiap pertempuran. PenilaianAl-Ghafiqi dianggap sebagai salah satu tabi'in[14] yang meriwayatkan hadis dari Abdullah bin Umar (meninggal 693)[15] serta yang meriwayatkan darinya adalah Abdul Aziz bin Umar bin Abdul Aziz dan Abdullah bin Iyadh. Abu Dawud dan Muhammad bin Majah menyebutkannya dalam kitab mereka.[16] Dalam bukunya yang berjudul Jadhwat al-muqtabis fī tārīkh ʻulamāʼ al-andalus, Al-Humaidi menggambarkan sifatnya dan mengatakan: Abdurrahman adalah seorang laki-laki yang shalih, memiliki perjalanan hidup yang indah selama menjabat, dan adil dalam pembagian rampasan perang.[17] Abdurrahman adalah seorang komandan ulung, yang kemampuan militernya tampak dalam keberhasilannya menarik mundur pasukan muslim yang kalah di Toulouse. Sumber-sumber Latin sepakat tentang kemampuan militernya.[18] Selain itu Abdurrahman juga memiliki keterampilan administrasi[19] serta berhasil memulihkan perdamaian antara kabilah Arab Mudhar dan Yaman hingga menyatukan janji mereka, sampai sejarawan menghitungnya sebagai pemimpin terhebat al-Andalus.[9] Galeri
Referensi
Daftar pustaka
|