Afra
Santa Afra (meninggal pada tahun 304[1]) menjalani kehidupannya di Augsburg.[2][3][4] Ia dikenal sebagai seorang pelacur yang bertobat dan menjadi wanita Kristen.[2] Afra memberikan suatu teladan pertobatan dan kepercayaan penuh akan kemahakuasaan Tuhan.[2] Santo Afra bertobat setelah ia mendengar kesaksian dari saudara-saudara seiman.[2] Semua harta miliknya dibagikan kepada orang-orang miskin.[2] Afra meninggal pada tahun 340, akibat hukuman mati (dibakar hidup-hidup di suatu pulau kecil di tengah sungai Lech).[2] Hukuman itu diberikan oleh hakim karena penolakannya untuk membawa korban bakaran kepada dewa-dewi kafir.[2] Ibunya bersama tiga orang pelayannya memungut sisa-sisa tulangnya dan memakamkan Afra dengan hormat.[2] Karena hal ini kemudian diketahui oleh para penguasa, ibunya dan tiga orang pelayan itu akhirnya ditangkap dan dibunuh juga.[2] Wikimedia Commons memiliki media mengenai Saint Afra. BiografiTerdapat banyak riwayat hidup Santa Afra, tetapi yang paling dikenal adalah The Acts of St. Afra, yang ditulis pada periode Karolingian (abad ke-8). Menurut banyak pengkritik, buku ini adalah kompilasi dua hal yang berbeda, yaitu cerita perpindahan agama St. Afra dan cerita kemartirannya. Cerita perpindahan agamanya ditulis belakangan dan dianggap sebagai narasi legendaris yang berasal dari zaman Karolingian; sebuah narasi yang ditulis untuk menghubung-hubungkan St. Afra dengan organisasi Gereja Augsburg.[5] Pada akhir abad ke-3, keluarganya yang beragama pagan berpindah dari Siprus ke Augsburg. Oleh ibunya, Afra ditugaskan menyembah dewi Venus.[6] Menurut sumber ini, Afra menjadi seorang pelacur di Augsburg,[1] setelah sebelumnya mungkin merupakan seorang anak perempuan Raja Siprus. Terdapat dua kemungkinan atas apa yang ia lakukan di Augsburg: antara menjalankan sebuah rumah bordil atau bekerja sebagai seorang hierodula di Kuil Venus. Ketika persekusi orang Kristen di bawah kekuasaan Kaisar Romawi Diocletian dimulai, Uskup Narcissus dari Girona (di Spanyol) melarikan diri ke Augsburg dan tinggal bersama Afra dan ibunya, Hilaria. Melalui ajaran-ajaran uskup ini, Afra beserta keluarga pun berpindah agama ke Kristen.[6] Ia menyembunyikan sang uskup dari pihak berwenang. Ketika Afra diketahui merupakan seorang Kristen, ia dibawa ke Diocletian dan diperintah menyembah dewa-dewi pagan. Ia menolak dan akhirnya dihukum mati dengan cara dibakar di sebuah pulau kecil di sungai Lech.[7] Abunya dikubur sedikit jauh dari lokasi kemartirannya.[6] Ibu serta pelayan-pelayannya (yaitu Ligna, Eunonia, dan Eutropia) kemudian juga mengalami nasib yang sama[5] yaitu dibakar dalam sebuah peti mati. Menurut rangkaian cerita lain yang tertulis dalam sebuah dokumen terdahulu, Afra dipenggal dan bukan dibakar. Martyrologium Hieronymianum (sebuah kompilasi martir) mengatakan bahwa Afra "menderita di kota Augsburg" dan "dikubur di tempat itu".[5] Kesaksian-kesaksian reinkarnasi Santa Afra pada tahun 2017 mengatakan bahwa ia benar-benar dibakar. Hari perayaannya adalah pada 5 Agustus.[1] Carl Egger mengatakan bahwa penulis passio mencampurkan cerita Afra dengan Venerea, seorang martir dari Antiokia, yang disebut pada hari yang sama dalam Martyrologium Hieronymianum. Kalender kuno lainnya juga menggambarkan Afra sebagai seorang perawan.[8] PeninggalanBiara St. Ulrich dan St. Afra, Augsburg (dalam bahasa Jerman: Kloster Sankt Ulrich und Afra Augsburg) adalah sebuah bekas biara Benedictine yang didedikasikan kepada Santo Ulrich dan Santa Afra, di bagian selatan kota tua di Augsburg, Bavaria. Namanya juga turun dari sebuah gereja Santa Afra abad pertengahan, ke sebuah bekas biara Canons Regular ke sebuah sekolah asrama bernama Sächsisches Landesgymnasium Sankt Afra zu Meißen di Saxony. Referensi
Pranala luar
|