Share to:

 

Air Haji, Linggo Sari Baganti, Pesisir Selatan

Air Haji
Negara Indonesia
ProvinsiSumatera Barat
KabupatenPesisir Selatan
KecamatanLinggo Sari Baganti
Kodepos
25668
Kode Kemendagri13.01.09.2002 Edit nilai pada Wikidata
Peta
PetaKoordinat: 1°55′8.9″S 100°52′52.6″E / 1.919139°S 100.881278°E / -1.919139; 100.881278

[[Kategori:Nagari di {{{provinsi}}}]]

Air Haji adalah nagari yang menjadi ibu kota Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kabupaten Pesisir Selatan. Nagari ini bersebelahan dengan Kecamatan Ranah Pesisir dan Kecamatan Pancung Soal.

Air Haji terkenal sebagai penghasil lokan, yang biasa dicampur dalam masakan Randang Pakihnya.

Air haji merupakan daerah pesisir di Sumatera Barat dengan mata pencaharian sebagian besar penduduknya adalah nelayan.

Sejarah

Pada abad ke 16 Nagari Air Haji disebut juga dengan wilayah Bandar Sepuluh atau sekarang disebut Kabupaten Pesisir Selatan. Pada tahun 1663 mulai kuatnya pengaruh Belanda di Pesisir Selatan, dengan menjadikan pulau Cingkuak sebagai kantor perwakilan Belanda di Bandar Sepuluh dibawah pimpinan Groenewegen. [1] Ketertarikan Belanda pada Bandar Sepuluh adalah karena hasil Lada dan Emasnya yang diperebutkan oleh Belanda dan Aceh. Air haji sendiri merupakan desa yang dulu merupakan kawasan yang menjadi daerah kekuasaan kerajaan Inderapura pada masa Sultan Muhammadsyah.[1]

Nagari Air Haji sebelum menjadi Nagari adalah sebuah Danau, Teratak, Dusun dan Koto yang kemudian berkembang menjadi sebuah nagari dengan syarat-syarat yang mencukupi, yaitu babalai dan bermusajik serta susunan pergaulan hidup yang harmonis antar masyarakat. Nama Nagari Air Haji menurut cerita yang berkembang dan di yakini di tengah-tengah masyarakat menurut sejarah bermula dari tapian aia ( pingiran sungai ) di hulu Sungai Air Haji yaitu di hulu Air Lubuak Pakih, dimana salah seorang anggota masyarakat bernama Si Aji yang memiliki Rumah di pinggir sungai ( di tepi air ) dan mempunyai tempat mandi yang menarik, tempatnya yang landai serta airnya yang jernih menjadi daya tarik bagi kebanyakan orang untuk datang mandi dan berkesinambungan di tepian itu, begitu di gemarinya tepian itu masyarakat menamakannya dengan sebutan “ Aia Aji “ karena kemurahan hati si “ Aji “ masyarakat di perbolehkan untuk tinggal dan membuat rumah di tepian tersebut. Sehingga tepian tersebut menjadi ramai dan berkembang menjadi sebuah perkampungan.

Sistem Pemerintahan Nagari Air Haji di mulai dari tanggal 17 Agustus 1945. Pimpinan Nagari Air Haji ada yang dinamakan kepala Nagari maupun Wali Nagari, yaitu sampai 1983. Selama kurun waktu tersebut Nagari Air Haji telah dipimpin oleh 10 orang Kepala Nagari/ Wali Nagari, yaitu:

  1. Saamin St.Rj.Mudo
  2. Idris
  3. Darwis
  4. Imam Ahmad Rj. Mansyur
  5. Daud Rj.Mara
  6. Jamin St. Mantan
  7. Syamsudin Dt.Bdr. Jambak
  8. Depok Sopi
  9. Hasanuddin St. Palembang
  10. Nade Noersyam St. Iskandar


Riwayat

  1. ^ a b Amran, Rusli (1981). Sumatera Barat Hingga Plakat Panjang. Jakarta: Sinar Harapan. hlm. 230. 
Kembali kehalaman sebelumnya