Ajaran Gereja Masehi Advent Hari KetujuhAjaran Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh sebagian besar menyerupai mainstream Kristen Protestan, dan khususnya gereja-gereja injili. Gereja Advent mengajarkan otoritas Alkitab dan keselamatan yang diperoleh melalui iman di dalam Yesus Kristus. Dua puluh Delapan Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah adalah pernyataan resmi doktrin gereja ini. Denominasi ini juga memiliki sejumlah ajaran yang khas yang membedakannya dari gereja-gereja Kristen lainnya (meskipun beberapa kepercayaan seperti ini juga diajarkan di gereja-gereja lain). Ajaran Gereja Advent paling menonjol, antara lain: percaya pada kekekalan Sepuluh Perintah Allah, ketidaksadaran manusia dalam kematian, keabadian bersyarat, pelayanan pendamaian Yesus Kristus di kaabah surgawi, dan "pengadilan pemeriksaan" yang dimulai tahun 1844. Selain itu, Gereja Advent menganut ajaran tradisional historis yaitu sistem keyakinan eskatologis yang mengajarkan adanya umat yang sisa, krisis akhir zaman yang universal, dan kedatangan Yesus Kristus secara literal sebelum masa milenium dimana orang percaya tinggal di surga. Keyakinan ResmiGereja Masehi Advent hari Ketujuh menyatakan ajaran gereja dalam sebuah pernyataan resmi yang dikenal sebagai 28 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah. Pernyataan Keyakinan Dasar ini diputuskan dalam Rapat Umum Sedunia pada tahun 1980, dan kemudian Keyakinan Nomor 11 ditambahkan pada tahun 2005.[1] Versi yang lebih sederhana Pernyataan Keyakinan ini adalah Sumpah Baptisan. Selain Keyakinan Dasar ini ada sejumlah "Pernyataan Resmi" yang diputuskan dalam tiap Rapat Umum Sedunia. The Seventh-day Adventist Bible Commentary adalah ekspresi teologi Gereja Advent yang lebih rinci. Sumber OtoritasKeyakinan Dasar No. 1 menyatakan "Kitab Suci adalah pernyataan kehendak Allah yang tidak pernah salah. Kitab Suci merupakan standar tabiat, ujian pengalaman, pengungkap doktrin-doktrin yang berwenang dan catatan yang dapat dipercaya akan perbuatan Allah dalam sejarah." Para Teologian Gereja Advent umumnya menolak inspirasi verbal Kitab Suci yang diyakini oleh sebagian gereja-gereja Kristen konservatif evangelis. Mereka percaya bahwa Allah mengilhami pikiran dari penulis Alkitab, dan kemudian penulis menyatakan ilham tersebut dalam kata-kata mereka sendiri.[2] Pandangan ini dikenal sebagai "inspirasi pikiran". Para Teologian Advent umumnya menolak pendekatan kritik tinggi pada Kitab Suci. Pernyataan Resmi tahun 1986 menyatakan "mengajurkan pelajar-pelajar Alkitab untuk menghindari penggunaan prasuposisi dan deduksi resultan yang terkait dengan metode historis-kritis.",[3] tetapi walaupun demikian beberapa teologian denomenasi ini tetap menggunakan metode ini.[4] Sejarah PerkembanganPada awal berdirinya, ajaran Gereja Advent cenderung legalistik dan perfeksionis, tetapi menjelang akhir abad ke-19 ajaran-ajaran Advent lebih menekanan pada kasih karunia. Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap pergeseran teologis adalah Rapat Umum tahun 1888 di Minneapolis dimana gereja mengembangkan lebih banyak ajaran yang berfokus pada Yesus dan "pembenaran oleh iman".[5] Salah satu faktor lainnya adalah diskusi yang berlangsung antara Gereja Advent dan gereja-gereja injili pada 1950-an, yang hasilnya adalah penerbitan buku berjudul Seventh-day Adventists Answer Questions on Doctrine.[6] Kebenaran Zaman ini dan Pilar AjaranPara pendiri Gereja Advent memiliki konsep ajaran dinamis yang mereka sebut Kebenaran Zaman Ini, dengan demikian mereka menentang kekakuan creedal dan memiliki keterbukaan terhadap pemahaman teologis baru yang dibangun di atas doktrin utama yang menjadi ciri khas gereja.[7] Kebenaran Zaman Ini adalah konsep yang menyatakan bahwa Tuhan menuntun gereja pada kebenaran secara dinamis, sehingga keyakinan gereja saat ini "merupakan ujian kepada orang-orang dari angkatan ini, bukan tes untuk orang-orang generasi sebelumnya"[8]
Pandangan ini senada dengan pendahuluan untuk 28 Uraian Doktrin Dasar Alkitab: "Revisi dari pernyataan ini diharapkan pada Rapat Umum Sedunia ketika gereja dipimpin oleh Roh Kudus untuk dapat memahami sepenuhnya kebenaran Alkitab atau menemukan bahasa yang lebih baik untuk mengungkapkan ajaran Firman Tuhan."[10] Tetapi walaupun demikian, kemungkinan perubahan dinamis dalam keyakinan Gereja Advent tidak takbatas.[11] Keyakinan-keyakinan utama yang merupakan pilar ajaran gereja harus menjadi dasar teologi Advent dan pilar ajaran inilah yang memberikan Gereja Advent suatu identitas.[12] Pilar ajaran Gereja antara lain:[13] pengadilan pemeriksaan, ajaran kaabah surgawi, pekabaran tiga malaikat, hukum Tuhan, iman kepada Yesus, Sabat, keadaan orang mati, dan karunia nubuat.[14] Persamaan dan Variasi AjaranSebuah survei tahun 2002 pada orang-orang Advent di seluruh dunia menunjukkan penerimaan keyakinan berikut:[15][16]
Persamaan dengan Doktrin Protestan lainnyaGereja Advent menganut doktrin sentral Kristen Protestan: Trinitas, inkarnasi, kelahiran dari perawan, korban pendamaian, pembenaran oleh iman, penciptaan, dosa asal, kedatangan Tuhan yang kedua, kebangkitan orang mati, dan penghakiman terakhir. Dalam Seventh-day Adventists Answer Questions on Doctrine (1957), Gereja Advent menguraikan doktrin utama yang mereka yang sama dengan agama Kristen Protestan.
Semua doktrin-doktrin ini, dengan pengecualian pada nomor 11 (tentang kedatangan Kristus pada premillennial ), dianut oleh banyak pihak antara Protestan konservatif atau injili. Gereja-gereja Protestan memiliki pandangan berbeda-beda tentang milenium. Mengenai ajaran keselamatan, pernyataan resmi Gereja ada dalam "The Dynamics of Salvation" tahun 1980.[18] Sabat dan HukumGereja Advent percaya bahwa "prinsip-prinsip utama hukum Allah diwujudkan dalam Sepuluh Perintah Allah", dan perintah ini adalah "mengikat bagi semua orang di segala zaman" (Dasar Kepercayaan no. 19). Meskipun hukum upacara dan upacara kurban dari Perjanjian Lama telah digenapi oleh kematian Yesus Kristus, Sepuluh Perintah Allah tetap berlaku untuk orang Kristen. Kata-kata Yesus Kristus dalam Matius 5:17-20 adalah dasar untuk keyakinan ini:
Gereja Advent percaya bahwa hari ketujuh tiap pekan, yakni Sabtu, adalah hari Sabat alkitabiah yang ditetapkan Allah "untuk tujuan luhur memperkaya hubungan Allah dan manusia".[19] Perlu dicatat bahwa Sabat adalah pesan berulang dalam Alkitab yang disebutkan dalam kisah Penciptaan, di Gunung Sinai, dalam pelayanan Yesus Kristus, dan dalam pelayanan para rasul. Hari Sabat berfungsi sebagai peringatan mingguan untuk Penciptaan dan merupakan simbol penebusan, baik dari perbudakan Mesir dan perhambaan dosa. Dengan memelihara hari Sabat, manusia diingatkan cara Tuhan membuat mereka kudus, seperti yang ia lakukan untuk hari Sabat. Orang Advent menunjukkan kesetiaan mereka kepada Allah dengan menjaga perintah dalam Sepuluh Perintah Allah. Hari Sabat juga merupakan waktu bagi orang Advent untuk digunakan untuk Allah dan dengan sesama manusia. Orang Advent percaya bahwa Sabat bukan hanya hari istirahat tetapi juga dimaksudkan sebagai hari kudus bagi orang percaya untuk bertumbuh secara rohani.[20] Meskipun Gereja Advent tidak percaya bahwa mereka diselamatkan oleh memelihara Sabtu sebagai hari Sabat, mereka memahami makna yang jauh lebih besar pada pemeliharaan hari Sabtu dibandingkan makna hari kudus bagi denominasi Kristen lain yang beribadah pada hari Minggu. Gereja Advent mengajarkan bahwa tidak ada bukti berubahan hari Sabat ke hari Minggu dalam Alkitab.[21] Mereka sebaliknya mengajarkan bahwa perubahan itu disebabkan oleh kebiasaan berkumpul orang-orang Kristen di Roma pada hari Minggu[22] yang tujuannya untuk membedakan diri dari Yahudi[23][24] dan untuk menyelaraskan diri dengan otoritas politik.[25][26] Perubahan ini menjadi lebih universal diterima setelah Kaisar Romawi Konstantinus I menitahkan kesucian Hari Minggu tahun 321 M[27] dan keputusan Konsili Laodikia dalam kanon 29 yang menyatakan bahwa orang Kristen harus menghindari bekerja pada hari Minggu.[19][28][29] Kemah Sorgawi dan Pengadilan PemeriksaanGereja Advent mengajarkan bahwa ada satu kaabah di surga yang dicontoh oleh kaabah yang didirikan Musa, sesuai dengan interpretasi mereka pada Ibrani 8 dan 9. Setelah kematian, kebangkitan dan kenaikanNya, Yesus Kristus memasuki kemah di surga sebagai Imam Besar yang Mahatinggi, "melayani demi kepentingan kita, memungkinkan orang-orang percaya memperoleh keuntungan dari korban pendamaian yang diadakanNya." (Kepercayaan Dasar no. 24). Orang Advent percaya bahwa Kristus melayani di bagian pertama dari kemah (ruang suci) hingga Oktober 1844; setelah waktu itu Ia memasuki bagian kedua dari kaabah (ruang Maha Kudus) dalam pemenuhan Hari Pendamaian. Orang Advent percaya bahwa karya penebusan Kristus mencakup kematiannya di kayu Salib dan pelayanan keimamatanNya di kemah surgawi. Pengadilan Pemeriksaan adalah doktrin unik untuk Gereja Advent. Doktrin ini mengajarkan bahwa penghakiman umat Allah dimulai pada tanggal 22 Oktober 1844 ketika Kristus memasuki ruang Mahakudus di kemah surgawi. Orang Advent mengalaskan ajaran Pengadilan pemeriksaan ini dari gambaran dalam teks-teks seperti Daniel 7:9-10, 1 Petrus 4:17 dan Wahyu 20:12. Tujuan dari Pengadilan ini adalah untuk memisahkan orang yang benar-benar percaya dari mereka yang palsu. Dasar alkitabiah dari ajaran Pengadilan Pemeriksaan ini ditantang pada tahun 1980 oleh seorang mantan teolog Advent Desmond Ford pada Sanctuary Review Committee. Meskipun Gereja Advent secara resmi tetap meneguhkan posisi dasar doktrin ini, sejak tahun 1980 banyak dari anggota Gereja yang liberal terus mengkritisi dari ajaran ini. Menurut survei tahun 2002 di seluruh dunia, menurut para pemimpin gereja lokal diperkirakan hanya 86% dari anggota gereja yang menerima ajaran. EskatologiUmat yang SisaGereja Advent menyatakan dirinya sebagai umat yang sisa seperti yang disebutkan dalam Wahyu 12:17. Menurut mereka dua tanda umat yang sisa, yakni: menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus, merujuk kepada mereka sebab mereka mengajarkan pengudusan Hari Sabat dan memiliki Roh Nubuat. Mereka juga mengajarkan umat yang sisa ini bertugas untuk "mengumumkan tibanya hari penghukuman, menyatakan keselamatan melalui Kristus, serta memaklumkan dekatnya kedatangan-Nya yang kedua kali.(Dasar Kepercayaan No.13) Diarsipkan 2011-01-14 di Wayback Machine.; tugas yang tercakup dalam Pekabaran Tiga Malaikat dalam Wahyu 14:6-12. Sebelum pembaptisan, calon anggota akan ditanyakan pertanyaan sebagai berikut, "Apakah saudara menerima dan percaya bahwa Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh merupakan gereja yang sisa menurut nubuat Alkitab dan bahwa orang-orang dari segala bangsa, suku, dan bahasa diundang dan diterima ke dalam persekutuannya?"[30] Kedatangan Kedua Yesus KristusGereja Advent percaya pada Kedatangan Kedua Yesus Kristus yang segera, terlihat, nyata, dan universal yang akan didahului dengan "masa kesukaran".[31] Ajaran ini didasarkan pada Wahyu 1:7 yang menyatakan bahwa, "setiap mata akan melihat Dia." Kedatangan Kedua Yesus Kristus bersamaan dengan kebangkitan dan pemuliaan orang-orang kudus, seperti yang dijelaskan dalam 1 Tesalonika 4:16. Orang Advent percaya bahwa orang fasik akan dibangkitkan setelah milenium. Dibandingkan dengan pandangan eskatologi Kristen lainnya, pandangan Gereja Advent paling dekat dengan Premilenialisme. Keadaan bumi akan terus memburuk sampai "masa kesukaran", (yang mirip dengan Kesengsaraan Besar pada ajaran premillennialist klasik), pada saat itu otoritas sipil dan keagamaan akan bergabung menganiaya umat Tuhan, khususnya mereka yang menguduskan Sabat hari ketujuh. Masa kesukaran akan berakhir dengan kedatangan Kristus, yang akan menandai dimulainya milenium. Gereja Advent menolak teologi dispensationalist dan pengangkatan pretribulation, yang mengajarkan bahwa gereja akan tetap di bumi selama krisis akhir zaman. Gereja Advent mengajarkan bahwa pemerintahan seribu tahun Kristus akan mengambil tempat di surga, bukan di bumi, dan akan melibatkan semua orang ditebus Allah, bukan hanya bangsa Israel jasmani.(Lihat Dasar Kepercayaan 26 dan 27 Diarsipkan 2011-06-12 di Wayback Machine.) Gereja Advent menafsirkan kitab Wahyu menggunakan metode historis, tetapi juga mengajarkan tafsiran bahwa beberapa nubuatan akan digenapi pada masa yang akan datang. Neraka dan Keadaan Orang MatiGereja Advent percaya bahwa kematian adalah suatu keadaan ketidaksadaran saat seseorang menanti kebangkitan.[32] Mereka mendasarkan kepercayaan ini pada teks-teks Alkitab seperti Pengkhotbah 9:5 yang menyatakan "orang mati tidak tahu apa-apa", dan 1 Tesalonika 4:13-18 yang berisi uraian tentang orang mati dibangkitkan dari kubur pada kedatangan kedua Yesus Kristus. Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa kematian adalah suatu bentuk tidur. Gereja Advent mengajarkan bahwa kebangkitan orang benar akan terjadi pada kedatangan kedua Yesus, sedangkan kebangkitan orang fasik akan terjadi setelah milenium dalam Wahyu 20. Mereka menolak doktrin neraka sebagai siksaan kekal, tetapi mereka percaya bahwa orang fasik akan secara kekal dihancurkan setelah milenium. Istilah teologis untuk ajaran ini adalah Annihilationisme. Pandangan Gereja Advent tentang kematian dan neraka mencerminkan keyakinan mendasar mereka dalam: (a) keabadian bersyarat (atau kondisionalisme), yang bertolak belakang dengan kekekalan jiwa, dan (b) sifat holistik manusia, sebagai lawan pandangan bipartit atau tripartit. Itu sebabnya institusi pendidikan Advent berusaha melibatkan bukan hanya pikiran, tetapi semua aspek kemanusiaan dari seseorang. Ajaran Keabadian Bersyarat adalah salah satu doktrin yang digunakan oleh para kritikus (khususnya pada masa lalu) dan denominasi Kristen lainnya untuk mengklaim bahwa gereja Advent bukanlah bagian dari denominasi Kristen.[33] Ajaran ini kemudian berkembang dalam Kekristenan khususnya bagi yang beraliran evangelikal, sebagaimana diungkapkan oleh British Evangelical Alliance dalam laporan ACUTE yang menyatakan doktrin itu adalah "pandangan minoritas kelompok evangelikal" yang telah "tumbuh dalam evangelisme dalam beberapa tahun terakhir".[34] Roh NubuatGereja percaya karunia nubuat diwujudkan dalam pelayanan Ellen White, yang kadang-kadang disebut sebagai "Roh Nubuat". Dalam Dasar-Dasar Kepercayaan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh dinyatakan bahwa:
Dua pernyataan resmi lainnya tentang pelayanan nubuatan dari Ellen White baru-baru ini diputuskan pada Konferensi Umum Se-dunia. Pada dokumen A Statement of Confidence in the Spirit of Prophecy tanggal 30 Juni 1995 menyatakan bahwa Ellen White "melakukan pekerjaan nabi, dan bahkan lebih", dan tulisannya "membawa otoritas ilahi, baik untuk hidup saleh dan untuk ajaran gereja", dan menganjurkan, "sebagai gereja kita mencari kuasa Roh Kudus untuk menerapkan nasihat yang diilhami yang terkandung dalam tulisan-tulisan Ellen G White pada kehidupan kita."[36] Dalam dokumen Resolution on the Spirit of Prophecy tanggal 3 Juli 2005 tertulis, "kami menegaskan peran penting tulisan-tulisan Ellen G. White masih berperan dalam menuntun gerakan Adventist dan dalam mempertahankan persatuan Gereja dunia. Akibatnya, kami menyerukan kepada angota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di seluruh dunia dengan doa mempelajari tulisan-tulisannya, dalam rangka memahami lebih penuh tujuan Allah bagi umat-umat-Nya."[37] Ajaran-ajaran lainSoteriologiGereja Advent menganut pandangan yang sama dengan kebanyakan Kristen Protestan, dosa mengakibatkan manusia mewarisi kodrat yang rusak dan terpisah secara rohani dari Allah. Dosa dengan demikian dipahami sebagai keadaan semua manusia dan manusia tidak dapat melepaskan diri dari keadaan ini tanpa anugerah Allah.[38] Mayoritas Advent percaya bahwa semua manusia mewarisi kodrat kemanusiaan yang telah rusak dari Adam. Bukan saja mewarisi kodrat kemanusiaan yang sudah rusak, tetapi juga turut menanggung akibat pelanggaran Adam.[39] Doktrin Keselamatan and Kehendak BebasDoktrin Keselamatan dalam Gereja Advent banyak dipengaruhi oleh tradisi Wesleyan, yang merupakan ekspresi Arminianisme. Hal ini terlihat dalam dua hal. Pertama, adanya penekanan dalam ajaran Gereja Advent pada penyucian sebagai konsekuensi yang diperlukan dan tak terelakkan dari keselamatan dalam Kristus. Penekanan pada ketaatan ini tidak dianggap mengurangi prinsip reformasi sola fide ("iman saja"), melainkan untuk memberikan keseimbangan yang penting bagi doktrin pembenaran oleh iman, dan untuk menghindari pengaruh antinomianisme.[40] Sementara menegaskan bahwa orang Kristen diselamatkan sepenuhnya oleh kasih karunia Allah, Gereja Advent juga menekankan ketaatan kepada hukum Allah sebagai respon yang tepat untuk keselamatan. Kedua, Gereja Advent menekankan ajaran Kehendak Bebas, setiap individu bebas untuk menerima atau menolak tawaran keselamatan Tuhan. Karena itu Gereja Advent menolak pandangan doktrin Calvinis, yakni: takdir (atau pemilihan tanpa syarat), penebusan terbatas, dan ketekunan orang-orang kudus ("sekali diselamatkan tetap selamat"). Seventh-day Adventists Answer Questions on Doctrine menyatakan bahwa Gereja Advent percaya: "Setiap individu bebas untuk memilih atau menolak tawaran keselamatan melalui Kristus; kami tidak percaya bahwa Allah telah menakdirkan sebagian orang akan diselamatkan dan sebagian lainnya akan dihukum."[17] Kebebasan memilih untuk menerima atau menolak Allah merupakan bagian integral dari tema Kontroversi Besar:
Keyakinan bahwa telah diselamatkan adalah bagian dari Keyakinan Resmi Gereja.[42] Tetapi menurut survei tahun 2002 di seluruh dunia pada para pemimpin gereja lokal, diperkirakan hanya 69% dari orang Advent yang merasa yakin telah diselamatkan.[43] Kesempurnaan tanpa DosaPertanyaan tentang apakah manusia dapat mencapai keadaan sempurna tanpa dosa telah lama menjadi topik yang kontroversial dalam Gereja Advent. Dalam bukunya The Sanctuary Service (1947), M.L Andreasen mengajarkan bahwa kesempurnaan tanpa dosa dapat dicapai,[44] ajaran ini tetap dipegang sebagian anggota Gereja Advent khususnya yang berpandangan konservatif. Ajaran ini menyatakan bahwa orang percaya pada akhir zaman harus dan akan mencapai keadaan tanpa dosa yang sama dengan sifat alami Adam dan Hawa sebelum berdosa. Kelompok konservatif percaya bahwa ajaran ini adalah ajaran resmi Gereja Advent yang asli, dan mereka juga menuduh bahwa para pemimpin Gereja telah keliru dan menyimpang dari ajaran asli itu.[45] Tetapi, beberapa teolog Gereja Advent seperti Edward Heppenstall mengemukakan pandangan bahwa Kesempurnaan tanpa Dosa tidak mungkin dicapai dalam hidup ini, sehingga setiap orang percaya akan selalu bergantung pada pengampunan Tuhan selama hidup di dunia ini. Happenstall mengungkapkan bahwa konsep "kesempurnaan" dalam Alkitab mengacu pada kedewasaan rohani, bukan ketidakberdosaan mutlak.[46] Dalam pengertian teologis, penyucian adalah proses seumur hidup yang akan dialami tiap-tiap orang percaya hingga Kedatangan Kedua Yesus Kristus, dimana orang percaya kemudian akan dimuliakan pada saat kebangkitan. PenciptaanGereja Advent menafsirkan pasal-pasal awal Kitab Kejadian secara harfiah[47] dan menolak teori evolusi, dan mereka mengikuti Teori Penciptaan bumi yang berusia muda (sekitar 6000 tahun literal) dan Banjir Global. Dalam Dasar-dasar kepercayaan dinyatakan:
Orang Advent percaya bahwa Tuhan juga menciptakan dunia-dunia lain yang dihuni oleh makhluk cerdas di suatu tempat di alam semesta, yang sudah ada sebelum penciptaan bumi dan murni.[48]
Ibadah dan PelayananTata IbadahIbadah gereja tiap pekan dilakukan pada hari Sabtu, biasanya dimulai dengan acara Sabat Sekolah yang merupakan waktu untuk belajar Alkitab dalam kelompok kecil. Gereja Advent menggunakan penuntun "Pelajaran Sekolah Sabat" yang berkaitan dengan pendalaman Alkitab atau doktrin tertentu setiap triwulan. Pada saat yang sama pertemuan yang tersisah disediakan untuk anak-anak dan remaja sesuai dengan kelompok masing-masing (mirip dengan sekolah Minggu di gereja kristen lainnya). Setelah Acara Sekolah Sabat, jemaat bergabung bersama lagi untuk kebaktian umum seperti ibadah Protestan Evangelikal lainnya, dengan khotbah sebagai pusat ibadah. Ibadah dengan bernyanyi, pembacaan Alkitab, doa dan persembahan, termasuk persepuluhan (atau pengumpulan uang), adalah ibadah standar lainnya. Selain ibadah pada hari Sabtu, beberapa gereja-gereja lokal juga menyelenggarakan ibadah tengah pekan pada petang hari Rabu, dan ibadah buka Sabat pada petang hari Jumat.[50] Perjamuan KudusGereja Advent biasanya menyelenggarakan perjamuan kudus empat kali setahun. Perjamuan Kudus adalah ibadah terbuka yang dapat diikuti untuk anggota dan bukan anggota gereja.[51] Ibadah ini dimulai dengan upacara pembasuhan kaki, yang dikenal sebagai "Perintah Kerendahan Hati", yang didasarkan pada Yohanes 13.[52] Perintah Kerendahan Hati dimaksudkan gambaran Kristus membasuh kaki murid-muridNya 'pada Perjamuan Terakhir' dan mengingatkan peserta ibadah untuk merendahkan hati dengan melayani satu sama lain.[53][54] Peserta dipisahkan berdasarkan jenis kelamin ke ruang yang terpisah untuk melakukan ritual ini, meskipun beberapa jemaat memungkinkan pasangan suami istri untuk melakukan pembasuhan kaki bersama. Setelah selesai, peserta kembali ke tempat utama untuk mengikuti Perjamuan Tuhan, dengan menerima roti tidak beragi dan meminum anggur yang tidak difermentasi.[55][56] BaptisanGereja Advent menyelenggarakan pembaptisan pada anggota jemaat dengan cara pencelupan penuh, cara yang mirip dengan gereja-gereja Baptis. Mereka berpendapat bahwa baptisan yang membutuhkan pengetahuan, pemahaman dan tanggung jawab moral. Oleh karena itu, mereka tidak menerima pembaptis bayi atau anak-anak yang belum dapat menunjukkan pemahaman dan tanggung jawab moral. Gereja Advent percaya bahwa baptisan adalah pernyataan kepada umum yang bersangkutan menyerahkan hidupnya kepada Yesus dan itu merupakan prasyarat untuk keanggotaan gereja. Baptisan hanya dipraktikkan setelah calon baptisan telah melalui pelajaran Alkitab. Menurut Alkitab, tindakan baptisan menunjukkan bahwa orang yang telah bertobat dari dosa dan ingin hidup dalam Kristus. Kisah Para Rasul 8:36-37. Referensi
|