Aksi mogok 7 FebruariAksi mogok 7 Februari (二七大罷工) atau sering juga disebut Pemogokan Pekerja Kereta Api Beijing-Hankou, adalah pemogokan para pekerja kereta api di beberapa kota yang dilintasi oleh Jalur Kereta Api Beijing-Hankou pada tahun 1923. Rapat umum internal yang diadakan oleh Biro Kereta Api Beijing-Hankou akhirnya berubah menjadi pemogokan dan konflik berdarah. Pemogokan 7 Februari ini lebih parah ketimbang pemogokan buruh tambang batu bara yang terjadi sebelumnya di Distrik Anyuan, Pingxiang, Provinsi Jiangxi, dan sekali lagi menyoroti masalah ketidaksetaraan ekonomi dan kondisi kerja yang buruk di Tiongkok pada 1920-an. Salah satu hasil dari Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok Pertama adalah mendirikan Sekretariat Serikat Buruh Tiongkok. Dari Januari 1922 hingga Februari 1923, mulai terjadi aksi gerakan buruh di Tiongkok. Dalam kurun waktu 13 bulan, telah terjadi lebih dari 100 kali aksi mogok, baik skala besar maupun kecil, dengan jumlah peserta mencapai lebih dari 300.000 orang, dan aksi mogok 7 Februari merupakan yang paling tragis. Pemogokan sudah dimulai sejak tanggal 4 Februari,[1] dan mencapai klimaksnya pada 7 Februari 1923, ketika Wu Peifu memobilisasi lebih dari 20.000 polisi militer untuk menekan para pemogok di sepanjang Jalur Kereta Api Beijing-Hankou terutama di Hankou, Zhengzhou, dan Changxindian, yang mengakibatkan 52 orang tewas, lebih dari 300 orang terluka, lebih dari 40 orang ditangkap, dan lebih dari 1.000 pekerja kereta api dipecat. Korban tewas termasuk anggota Partai Komunis yang memimpin pemogokan, Lin Xiangqian, ketua Cabang Jalur Kereta Api Beijing-Hankou dan Shi Yang, penasihat hukum Serikat Buruh Wuhan.[2] Pada 9 Februari, Serikat Buruh Wuhan memerintahkan untuk diakhirinya pemogokan umum demi menghindari korban yang lebih banyak lagi dan mulai kembali bekerja sambil mempertahankan kekuatan untuk perjuangan pada masa depan. Referensi
|