Albert II dari Belgia
Albert II dari Belgia (lahir 6 Juni 1934) memerintah sebagai Raja Belgia, setelah kematian kakaknya Baudouin, dari tahun 1993 sampai abdikasinya pada tahun 2013. Dia adalah anggota dari dinasti kerajaan "Belgia"; sebelumnya dinasti ini bernama Sachsen-Coburg dan Gotha. Dia adalah paman dari Adipati Agung Luksemburg saat ini, Henri. Pada 3 Juli 2013, Raja Albert II menghadiri sesi tengah hari kabinet Belgia. Ia kemudian mengumumkan bahwa pada 21 Juli, ia akan turun takhta karena alasan kesehatan. Ia digantikan oleh putranya, Pangeran Philippe dari Belgia pada 21 Juli 2013. Dia adalah penguasa keempat yang turun takhta pada 2013, setelah Paus Benediktus XVI, Ratu Beatrix dari Belanda, dan Emir Hamad bin Khalifa dari Qatar.[1] Dengan demikian, ia juga raja Belgia kedua yang turun takhta setelah ayahnya, Raja Leopold III, yang turun takhta pada tahun 1951, meskipun dalam keadaan yang sangat berbeda. Nama lengkapNama lengkap Albert adalah Albert Félix Humbert Théodore Christian Eugène Marie dalam bahasa Prancis (diucapkan [albɛʁ feliks œ̃bɛʁ teodɔʁ kʁistjɑ̃ øʒɛn maʁi]), Albert Felix Humbert Theodoor Christiaan Eugène Marie dalam bahasa Belanda (pelafalan [ˈʔɑlbəɾt ˈfelɪks ˈɦʏmbəɾt teːjoˈdoːɾ kɾɪsˈti̯aːn ʔøːˈʒɛːn maˈɾiː]), dan Albert Felix Humbert Theodor Christian Eugen Maria dalam bahasa Jerman (pelafalan [ˈʔalbɛʁt ˈfeːlɪks ˈhʊmbɛʁt ˈteːodoːɐ̯ ˈkʁɪsti̯an ˈʔɔʏɡən maˈʁiːa]).[2] Tahun awalAlbert adalah putra kedua Leopold III (1901-1983) dan istri pertamanya, Astrid dari Swedia (1905-1935). Dia naik takhta pada tahun 1993, setelah kematian kakaknya, Raja Baudouin, yang meninggal tanpa memiliki anak. Orang tua baptisnya adalah Pangeran Felix dari Bourbon-Parma dan neneknya, Elisabeth dari Bavaria.[2] Dia adalah sepupu pertama Raja Harald V, Putri Astrid, dan Putri Ragnhild dari Norwegia. Pangeran Albert lahir di Kastil Stuyvenberg, Brussels. Pada tanggal 10 Mei 1940 saat Belgia sedang diserang, Pangeran Albert, bersama kakak-kakaknya yakni Putri Joséphine-Charlotte dan Pangeran Baudouin, meninggalkan negaranya ke Prancis dan kemudian Spanyol. Mereka kembali ke Belgia pada 2 Agustus 1940 dan melanjutkan studi mereka hingga 1944, baik di Laeken, atau di Chateau Ciergnon di Ardennes. Pada Juni tahun 1944, pada saat pendaratan Sekutu, Raja Leopold III, Putri Lilian - yang dinikahinya pada tahun 1941 - dan anak-anak kerajaan dideportasi oleh Jerman ke Hirschstein, Jerman, dan kemudian ke Strobl, Austria, di mana mereka dibebaskan oleh Tentara Amerika pada 7 Mei 1945. Karena situasi politik di Belgia, Raja Leopold dan keluarganya pindah ke villa "Le Reposoir" di Pregny, Swiss, ketika mereka meninggalkan Austria pada Oktober 1945 dan tinggal sampai Juli 1950. Selama waktu itu, Pangeran Albert melanjutkan pendidikan di sebuah sekolah menengah di Jenewa. Raja Leopold III, didampingi Pangeran Baudouin dan Pangeran Albert, kembali ke Belgia pada tanggal 22 Juli 1950.[2] Pernikahan dan keluargaPada tahun 1958, Pangeran Albert pergi ke Vatikan untuk menyaksikan penobatan Paus Yohanes XXIII. Pada resepsi di kedutaan Belgia, pangeran bertemu Putri Italia, Paola Ruffo di Calabria. "Kami berdua pemalu, jadi kami hanya berbicara sedikit," kata Paola kemudian tentang pertemuan pertama mereka. Pemalu tapi kepincut, Pangeran Albert meminang Paola, dan dia diterima. Dua bulan setelah pertemuan mereka, Pangeran memperkenalkan calon istrinya ke keluarganya, dan empat bulan kemudian kepada pers. Pada awalnya, mereka ingin menikah di Vatikan, namun pemerintah Belgia tidak menyetujui itu. Pada akhirnya pemerintah memiliki kesempatan untuk mengorganisir perayaan keluarga kerajaan mereka. Paus, setelah beberapa tekanan diplomatik, menolak pernikahan mereka di Vatikan, mengatakan ia akan mengerti jika pasangan ingin menikah di tengah-tengah rakyat mereka. Pada 2 Juli 1959 ia menikah dengan Donna Paola Ruffo di Calabria (lahir 11 September 1937) di Brussels. Dia adalah putri dari Fulco VIII, Pangeran Ruffo di Calabria, Adipati Guardia Lombarda ke-6 dan istrinya, Countess Luisa Gazelli di Rossana e di Sebastiano (1896-1989). Bersama-sama mereka memiliki tiga anak, dua putra dan seorang putri:
Sejak tahun 1999, media telah mengklaim bahwa pematung Belgia Delphine Boël (lahir tahun 1968) juga merupakan anak perempuan dari Raja Albert II. Pada Juni 2013, Boël meminta Raja, Adipati Brabant dan Archduchess Austria-Este untuk muncul di pengadilan. Dia berharap untuk menggunakan tes DNA untuk membuktikan bahwa dia adalah putri Raja. Sebagai Raja, Albert menikmati kekebalan hukum, Boël memutuskan untuk menghadirkan anak tertuanya juga.[3][4] Peran resmiSebagai adik Raja Baudouin, Albert adalah pewaris takhta. Namun putranya Albert, Pangeran Philippe telah dipersiapkan untuk menjadi pengganti Baudoin, setelah dipastikan bahwa Raja Raudouin tidak memiliki anak untuk menggantikannya. Setelah kematian Baudouin (pada usia 62), akhirnya Albert dilantik pada 9 Agustus 1993 sebagai Raja Belgia keenam.[5] Sebagai Raja, tugas Albert sudah termasuk mewakili Belgia di dalam dan di luar negeri dalam hal kunjungan kenegaraan, misi perdagangan, dan pada pertemuan-pertemuan internasional tingkat tinggi serta mengambil minat dalam masyarakat, budaya dan perusahaaan Belgia.[6] Pada 1984, ia mendirikan Yayasan Pangeran Albert, untuk mempromosikan keahlian dalam perdagangan luar negeri.[7] Raja memiliki peran konstitusional, seperti yang dilakukan pada 2010-2011 ketika parlemen Belgia tidak dapat menyepakati pemerintah. Ketika krisis itu diselesaikan, Albert melantik pemerintah baru.[8] Pada Januari 2012, Albert mengumumkan bahwa keluarga kerajaan akan membekukan tunjangan mereka dan menggunakan proporsi yang lebih besar dari pendapatan mereka untuk mempertahankan istana kerajaan. Albert memicu kontroversi dalam pidato Natal Desember 2012 dengan membandingkan "gerakan populis" modern dengan orang-orang dari tahun 1930-an. Hal ini terlihat oleh beberapa pengamat politik, serta banyak politisi Flemish, seperti yang ditujukan secara implisit kepada partai nasionalis terbesar Flemish, N-VA.[9] Bart de Wever, pemimpin partai, menyerukan peran raja dalam pembentukan pemerintah Belgia untuk diubah di tengah komentar ini karena ia "tidak bisa lagi melihat raja memainkan peran konstitusional wasit."[9] AbdikasiPada 3 Juli 2013, Raja Albert II menghadiri sesi tengah hari kabinet Belgia, di mana ia mengungkapkan niatnya untuk turun takhta kepada Perdana Menteri Elio Di Rupo dan Wakil Perdana Menteri. Menurut surat yang dikirim oleh Raja untuk Perdana Menteri bertanggal 3 Juli 2013, dan yang dibuat publik, Raja sudah mengemukakan niatnya untuk turun takhta beberapa kali dengan Perdana Menteri, yang memintanya untuk mempertimbangkan kembali.[10] Pada pukul 6 petang, Raja mengumumkan di radio dan pidato televisi bahwa pada tanggal 21 Juli, saat Hari Nasional Belgia, ia akan turun takhta karena alasan kesehatan. Ia digantikan oleh putranya, Philippe dari Belgia.[1] Albert II akan mempertahankan gelar raja setelah turun takhtanya tersebut.[11] LeluhurGelar dan gaya
Setelah ia mengumumkan turun takhta, pada 21 Juli 2013 diputuskan bahwa ia akan bergelar sebagai Baginda Raja Albert II,[12] bentuk gelar yang sama yang diberikan kepada ayahnya, Leopold III, setelah ia turun takhta. Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Albert II of Belgium.
|