Am SpiegelgrundAm Spiegelgrund adalah klinik di Wina pada masa Perang Dunia II, yang menjadi tempat dibunuhnya 789 pasien anak di bawah pemerintahan Jerman. Dalam kurun waktu 1940 sampai 1950, tempat ini menjadi bagian dari Rumah Sakit Psikiatris Am Steinhof, yang kemudian dikenal dengan nama Klinik Otto Wagner di Baumgartner Medical Center di Penzin, Distrik 14 Wina. Bangunan ini terdiri dari 60 paviliun dengan gaya arsitektur Art Nouveau, yang dirancang oleh Otto Wagner[1] Eutanasia, penyiksaan, dan penelantaranPenghuni dari Am Spiegelgrund biasanya orang-orang dengan masalah psikiatri dan gangguan mental yang dianggap tidak bisa diselamatkan lagi di Am Steinhof. Orangtua yang merasa kewalahan bisa mengajukan anak-anaknya untuk dirawat di sini dengan janji akan diberikan perawatan memadai untuk memperbaiki kondisinya. Namun setelah melalui pengamatan dan edukasi ulang, jika dianggap tidak bisa diperbaiki, maka dengan seizin Adolf Hitler, melalui program Aksi T4, namanya diajukan oleh dokter untuk penerapan eutanasia. Tetapi korban akibat penelantaran sehingga dibiarkan kelaparan atau sakit tanpa perawatan juga cukup signifikan.[2][3] Beberapa bagian dari korban, biasanya otak dan sumsum tulang belakang, kemudian diambil dan diawetkan dengan alasan penelitian ilmiah. [4] Salah satu korban yang sempat dikirim ke Am Spiegelgrund,, Alois Kaufmann, memberi kesaksian[5] ,
atau terjemahan bebasnya,
Ia kemudian memprotes dibebaskannya Gross dari ancaman hukuman dengan alasan kesehatan[6]
atau terjemahan bebasnya
Aksi T4Am Spiegelgrund mulai beroperasi dengan adanya program Aksi T4, yang berisi pemberian wewenang oleh Adolf Hitler kepada dokter untuk mengeliminasi pasien yang dianggap tidak layak dan menjadi beban masyarakat dengan alasan eutanasia. [7] Program ini dimulai sejak tahun 1939 dengan arahan dari Philip Bouhler dan dokter pribadi Hitler, Dr. Karl Brandt, dengan diawali pembunuhan terhadap anak-anak dengan disabilitas mental maupun fisik. Selanjutnya program ini terus meluas menjadi mencakup orang dewasa. Akibat program ini, diperkirakan 70.000 sampai 200.000 nyawa melayang. Tahun 1941, program ini dihentikan setelah mendapat protes dari masyarakat dan gereja, namun praktik pembunuhan diam-diam tetap dilakukan.[8] Pustaka otakSalah satu praktik yang dilakukan terhadap korban Am Spiegelgrund yang sudah kehilangan nyawa adalah mengambil otaknya untuk kemudian disimpan dalam toples kaca yang berisi formaldehid. Dengan koleksi ini, Heinrich Gross melakukan penelitian neurologi dan menjadi figur yang sangat berpengaruh pada masanya. Baru pada tahun 1997, informasi sumber koleksi otak ini dibuka kepada publik.[9] KorbanBeberapa korban yang masih sempat tercatat dan dikenali:
PengadilanSalah satu psikiater yang dianggap bertanggung jawab atas pembunuhan anak-anak dengan disabilitas, Heinrich Gross, sempat diajukan ke pengadilan untuk praktik ini pada tahun 1999. Namun pengadilan terhadapnya dihentikan dengan alasan usia lanjut dan masalah parkinson dan kepikunan yang membuatnya tidak bisa diadili. Ia sempat menerbitkan berbagai hasil penelitian dengan basis data korban Am Spiegelgrund. Pada usia 90 tahun, ia meninggal tanpa sempat divonis apapun.[10] Ia sempat divonis penjara dua tahun pada tahun 1951 untuk salah satu kasus pembantaian, namun dibatalkan oleh Mahkamah Agung,[11] dengan alasan hukum Jerman yang masih berlaku karena Austria dianggap jajahan Jerman, tidak menganggap pembunuhan pasien yang mengalami disabilitas mental sebagai kejahatan.[12] Namun gelar Salib Kehormatan untuk Pengembangan Seni dan Pengetahuan yang diberikan kepadanya pada tahun 1975 kemudian dicabut. Ernst Illing, sebagai direktur medis di Am Spiegelgrund diadili dan dijatuhi hukuman mati atas tuduhan pembunuhan 250 anak. Seluruh hartanya disita dan dieksekusi dengan hukuman gantung pada tahun 1946.[13] Seentara Marianne Tuerk, dokter yang dianggap terlibat dalam program ini, diadili dan dijatuhi hukuman 10 tahun penjara. [14] Philipp Bouhler, pejabat militer di Austria yang bertanggung jawab atas program Aksi T4, bunuh diri sebelum sempat diadili. Ia meminum kapsul sianida di tempat tahanan perang di Zell-am-See , setelah istrinya Helena melompat dari jendela saat mereka tertangkap di Schloss Fischhorn.[15] Dr Karl Brandt, dokter pribadi Hitler yang menjadi pengarah program Aksi T4, dijatuhi hukuman mati dengan digantung. Ia dieksekusi pada tanggal 2 Juni 1948 di Penjara Landsberg, Bavaria.[16] Viktor Brack, Kolonel Senior di SS dijatuhi hukuman mati. Ia dieksekusi dengan digantung di Penjara Landsberg, Bavaria pada tanggal 2 Juni 1948/.[16] Keterlibatan Hans AspergerHans Asperger sempat dianggap terlibat karena ia ikut memberikan refensi 35 anak untuk dikirimkan ke Am Spiegelgrund, 29 di antaranya meninggal di sini. Namun di sisi lain ia tidak terlibat langsung melakukan penyiksaan dan pembunuhan terhadap anak-anak tersebut. Ia juga bisa dianggap menyelamatkan sebagian anak-anak dengan ADHD, autisme, dan disleksia karena dianggap masih bisa memberikan kontribusi kepada kehidupan bermasyarakat. Namun beberapa pandangannya terhadap anak-anak autistik yang dianggap berat, memperlihatkan ia tidak menentang tindakan eutanasia terhadap mereka. Hans Asperger sendiri tidak secara aktif terlibat dalam organisasi NAZI atau NSDAP. [17][18] PeringatanDi Am Spiegelgrund kini didirikan monumen peringatan bagi orang-orang yang menjadi korban kebijakan eutanasia anak maupun yang dibiarkan mati dalam kondisi menyedihkan yang diterapkan oleh NAZI saat menguasai Austria. Sebanyak 600 kuburan kecil berisi sisa-sisa jenazah dengan keterangan nama korban dan berbagai dokumentasi mengenai eutanasia dan penelantaran anak didirikan untuk memperingati kekejaman ini. [19] Referensi
|