Share to:

 

Amaedola ba Faosatönia

Amaedola adalah cara bagi Orang Nias untuk menyampaikan apa yang ada di dalam hati mereka ketika berbicara, entah itu dalam percakapan sehari-hari, misalnya ketika sedang di rumah atau dalam perjumpaan yang tidak diduga, maupun dalam percakapan yang disengaja, seperti ketika bekerja, atau saat di Gereja, atau saat sedang bekerja, terlebih lagi dalam acara-acara adat. Percakapan dengan menggunakan amaedola berbeda dengan percakapan biasa. Dalam percakapan biasa, kita dapat berbicara dengan terus terang (to the point), dan dengan cara yang baik. Akan tetapi, ketika berbicara menggunakan amaedola, kita perlu menggunakan kiasan yang dapat dilihat maupun yang acap kali terjadi, dan dengan cara yang halus, agar pendengarnya merasa senang mendengarnya dan hatinya tidak terluka, tetapi dapat dimaknai dengan mendalam.

Selain itu, perlu diingat, bahwa amaedola juga dapat menjadi pengajaran bagi kita, baik dalam hal-hal yang mengenai cara berperilaku, juga cara dan isi penyampaiannya. Contohnya, ketika kita menegur anak yang nakal/bandel, kita tidak dapat mengatakan secara langsung, "Kamu nakal!" atau, "Kamu bersalah," atau, "Kamu tidak baik," dan sebagainya. Ketika menggunakan amaedola, kita dapat menggunakan kiasan, seperti, "Böi badu nidanö ba wehasu-hasu." ('Jangan meminum air ketika sedang terengah-engah'). Maknanya ialah, hati-hati ketika sedang berbuat sesuatu. Atau, "Böi hulö fatuko bawa zangasio", dan lain-lain. Kalau penyampaiannya sudah diperhalus, maka pendengarnya akan berpikir sampai mereka mengerti apa yang tidak boleh dilakukan, apa yang salah, dan apa yang seharusnya dilakukan.

Kembali kehalaman sebelumnya