Anemia pada kehamilan
Anemia pada kehamilan adalah anemia yang terjadi ketika kekurangan zat besi dan vitamin B12 serta pola makan yang tidak sehat. Beberapa juga dipengaruhi dengan faktor kesehatan lainnya yaitu pendarahan dan gangguan sistem imun dalam tubuh. [1] Anemia pada kehamilan sangat berisiko jika dibiarkan karena dapat menyebabkan beberapa resiko penyakit seperti eklamsia, partus lama, komplikasi aborsi, dan terjadinya infeksi. [2] Anemia ini kebanyakan terjadi pada usia kehamilan trimester pertama.[3] Wanita hamil membutuhkan zat besi yang lebih tinggi untuk menunjang kesejahteraan kehamilan dan menghindari resiko kehamilan patologis serta adanya komplikasi persalinan. Anemia pada kehamilan menyumbang tingginya angka morbiditas dan mortalitas. [4] EpidemiologiDi negara maju dan berkembang prevalensi anemia kehamilan berada di presentase 18%, sedangkan pada negara yang sedang berkembang berada di presentase 35%-75%. Diprediksikan terdapat 460 juta wanita usia produktif mengalami anemia di negara berkembang dan ⅔ dari populasi tersebut terdapat di bagian Asia, sedangkan terdapat 42% wanita hamil di dunia mengalami anemia. [4] Jenis anemia pada wanita hamilAnemia pendarahanAnemia ini disebabkan oleh pendarahan yang terjadi pada ibu hamil. Namun untuk beberapa faktor dapat terjadi juga pada masa nifas. Kasus anemia pendarahan yang banyak terjadi adalah setelah persalinan. Anemia ini dapat dicegah dengan pengecekan kehamilan berkala, resutisasi cairan, pemberian uterotonika, dan transfusi darah.[5] Anemia defisiensi besiKasus anemia defisiensi besi sering terjadi pada masa kehamilan. Wanita dengan defisiensi besi dipicu oleh fisiologis maternal. Kekurangan zat besi ini juga dapat membahayakan wanita saat hamil.[6] Anemia karena penyakitJenis anemia ini disebabkan oleh penyakit yang ada pada ibu. Biasanya penyakit yang menyebabkan risiko anemia pada wanita hamil ini adalah salah satunya penyakit dengan gangguan fungsi ginjal.[6] DampakAnemia saat kehamilan memiliki beberapa dampak yang tidak bisa diabaikan seperti menyebabkan keguguran atau abortus pada janin, terjadinya kelahiran bayi prematur, menyebabkan pertumbuhan janin yang lambat, bayi lebih mudah terkena infeksi, kelahiran bayi dengan resiko cacat bawaan, dan bayi memiliki resiko lahir dengan IQ yang rendah.[1] PencegahanDengan mematuhi beberapa prosedur kesehatan yang ada secara umum, dapat mencegah atau mengurangi kemungkinan resiko anemia pada kehamilan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh wanita hamil secara umum adalah memastikan asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh, pemberian vitamin tambah darah saat kehamilan yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan, melakukan pengecekan kehamilan secara rutin, dan mengenali tanda dan gejala anemia untuk deteksi diri lebih awal. Meski tanda anemia tidak dapat dilihat secara spesifik, umumnya jika wanita hamil yang mengalami keluhan sering pusing, mata berkunang, badan terasa lemas, merasa tubuh lebih lesu, dan kelelahan secara berlebih, dianjurkan untuk memeriksakan diri ke tenaga kesehatan segera.[1][2] Selain itu, anemia ini dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan-makanan yang dapat membantu menjaga sel darah merah atau hemoglobin pada batas standar normal adalah jenis makanan seperti daging merah, hati sapi, telur, susu, seafood, unggas, bayam, buncis, kapri, kacang tanah, selada, kembang kol, keju, dan es krim. Mencukupi nutrisi dari sumber makanan dengan kandungan vitamin C, B12 juga dapat membantu pencegahan anemia pada wanita hamil. [5][1] Referensi
|