Share to:

 

Aneta (kantor berita)

Replika kantor pers Aneta di Pasar Gambir

Algemeen Nieuws- en Telegraaf- Agentschap ("Keagenan umum Berita dan Telegraf", disingkat Aneta) adalah kantor berita pertama di Indonesia. Didirikan di Batavia tahun 1917, ketika Perang Dunia I masih berkecamuk. Tetapi jika dilihat dari sejarah pers, Aneta bukanlah yang pertama, karena pada tahun 1913 sudah ada Indonesische Persbureau (IP). Hanya saja, kantor berita itu tidak berada di Indonesia melainkan di Den Haag, Belanda.

Aneta berawal dari Persen Knipselbureau (Biro Pers dan Guntingan Koran) yang didirikan oleh Dominiquew Berretty, 1 April 1917 dengan modal pinjaman dari seorang pengusaha kapal. Berretty adalah bekas pegawai kantor telegraf dan pernah bekerja untuk Bataviaasch Niewsblad dan Java Bode.[1] Usaha itu ternyata berkembang dan dijadikan naamloze vennootschap (perseroan terbatas) dengan nama Aneta, sejak 23 April 1924. Ia meninggal dalam kecelakaan pesawat terbang di Timur Tengah tahun 1934 ketika pulang dari Nederland ke Hindia Belanda. Para pewarisnya kemudian menggabungkan Aneta dengan Aigemeen Nederlands Indisch Persbureau (VP), atau Biro Pers Gabungan.

Meski berbagai kalangan mengeluh bahkan mengecam karena pemberitaan Aneta yang tidak obyektif, cenderung untuk menghancurkan lawan-lawannya, tetapi Aneta tumbuh kuat berkat dukungan modal para pengusaha Belanda dan subsidi Pemerintah Hindia Belanda, sehingga praktis memonopoli penyiaran berita di negeri ini. Dengan menerima bantuan pemerintah, Aneta menjadi kantor berita semi pemerintah. Aneta menjadi kantor yang besar dan modern, memiliki gedung kantor bertingkat tiga di Jalan Antara No. 53 (sekarang), tahun 1920 dan membuka stasiun radio sendiri sejak tahun 1924. Berita yang berasal dari luar negeri dapat disiarkan hanya 24 jam setelah kejadiannya berlangsung, misalnya berita tentang peristiwa di medan pertempuran selama Perang Dunia I.

Kantor berita Aneta ditutup pemerintah pendudukan Jepang tanggal 19 Maret 1942, setelah pecah Perang Pasifik dan Belanda menyerah tanpa syarat. Tetapi setelah tentara Sekutu memasuki Jakarta bulan September 1945, Aneta sejak awal tahun 1946 memulai lagi kegiatan di gedung lamanya, yang selama perang ditempati oleh kantor berita Jepang, Domei.

Referensi


  1. ^ Tim Penulis Buku (2002). Beberapa Segi Perkembangan Sejarah Pers di Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. hlm. 39. ISBN 979-709-013-2. 
Kembali kehalaman sebelumnya