Anjungan LampungAnjungan Provinsi Lampung merupakan salah satu Anjungan Daerah di Taman Mini Indonesia Indah. Pembangunan Anjungan Lampung yang berintikan dua rumah adat, nuwou balak dan nuwou sessat, dimulai tahun 1973 dan pada 17 April 1975. Gubernur Lampung, Sutiyoso atas nama masyarakat Lampung mempersembahkannya kepada Ibu Tien Soeharto selaku Ketua Yayasan Harapan Kita. Kini Anjungan Lampung menampilkan enam bangunan utama, yaitu rumah adat panggung (nuwou/lamban balak), balai adat (nuwou sessat), bangunan kantor (nuwou kattur), bangunan mess (pesanggrahan anjula), teater terbuka (bataiyan), dan Kantin Pondok Krakatau. Gerbang utama anjungan (lawang kuri) berarsitektur khas Lampung, di tengah halaman terdapat ikon Provinsi Lampung, yakni menara siger. Nuwou kattur, gedung berlantai dua untuk kantor pengelolaan anjungan, terletak di sebelah kanannya. Gedung ini juga digunakan untuk perpustakaan, ruang pelayanan informasi dan promosi, serta ruang konvensi. Di sebelah kiri menara siger terdapat rumah adat berbentuk rumah panggung yang semuanya terbuat dari kayu, nuwou balak, disebut juga balai keratuan, yang di Lampung menjadi rumah tempat tinggal para kepala adat (penyimbang adat). Ruangan meliputi gapura (lawang kuri), tempat melapor (pusiban), tangga rumah (ijan geladak), serambi depan untuk menerima tamu (anjung-anjung), serambi tengah untuk tempat kumpul anggota kerabat pria dan wanita (lapang agung), kamar tidur bagi anak tertua (kebik temen atau kebik perumpu), kamar untuk anak kedua (kebik rangek atau penyimbang ratu), dan kamar untuk anak ketiga (kebik tengah atau penyimbang batin). Di daerah asalnya, rumah kepala adat memiliki beranda di sekeliling, yang membedakannya dengan rumah masyarakat biasa. Dahulu, atap rumah terbuat dari sirap, namun sekarang menggunakan seng ataupun genteng. Di Anjungan Lampung, nuwou balak difungsikan sebagai ruang peragaan berbagai benda budaya, seperti pakaian adat, peralatan rumah tangga, pelaminan, dan kerajinan. Nuwou sessat merupakan bangunan terbesar, yang di tempat asalnya digunakan untuk musyawarah (pepung adat) bagi para kepala adat (penyimbang adat atau purwatin) oleh karena itu balai adat ini disebut juga balai agung—terdiri atas lima bagian, yakni tangga masuk beratap (ijan geladak), disebut serambi (rurung agung; anjung), digunakan untuk pertemuan kecil; ruang musyawarah resmi (pusiban); tempat menyimpan alat musik tradisional (ruang tetabuhan) dan ruang tempat para kepala adat beristirahat (gajah merem). Nuwou sessat di Anjungan Lampung terdiri atas dua lantai. Lantai atas digunakan untuk pergelaran kesenian dan upacara adat, sedangkan lantai bawah sebagai tempat peragaan dan pameran produk unggulan kabupaten/kota yang ada di Provinsi Lampung. Pada halaman belakang terdapat teater terbuka, bataiyan, yang digunakan untuk pertunjukan, bersebelahan dengan Kafetaria Krakatau. Anjungan Lampung pernah dikunjungi oleh tamu-tamu negara sahabat, baik tingkat kepala negara maupun kepala pemerintahan, misalnya Perdana Menteri Thailand Kukrit Pramoj pada 12 Juni 1975. Referensi
|