Bagai domba dibawa ke penjagal"Bagai domba dibawa ke penjagal" adalah sebuah peribahasa Alkitab yang merujuk kepada mitos bahwa Yahudi bungkam atas kematian mereka saat Holocaust. Peribahasa tersebut berasal dari Alkitab Ibrani dan secara positif menggambarkan kemartiran dalam tradisi agama Yahudi dan Kristen. Pada masa perang, Abba Kovner dan para pemimpin pemberontakan Yahudi lainnya memakai peribahasa tersebut dalam rangka mendorong Yahudi untuk menyerang balik. Pada masa setelah perang, peribahasa tersebut dipakai untuk menyatakan bahwa Yahudi tak berniat untuk menyelamatkan nyawa mereka sendiri dan sebagian tanggung jawab atas penderitaan dan kematian mereka sendiri. Penggunaan ini kemudian dikritik oleh para sejarawan teolog, dan korban selamat, dan dianggap merupakan bentuk dari penistaan korban. Latar belakangPeribahasa tersebut berasal dari Alkitab Ibrani, Yesaya 53:7, di mana seorang pelayan bijak dibunuh namun tak protes. Sikap bungkamnya dipuji karena tak ada "tipu dalam mulutnya" (Yesaya 53:9). Namun, Rabbi Abraham Heschel menyatakan bahwa konteks tersebut terlalu ambigu, karena Yesaya sendiri memprotes hukuman Allah terhadap bangsa Yahudi.[1] Dalam Mazmur 44, kemartiran bangsa Yahudi yang dibunuh karena agama mereka ditampilkan secara positif: “Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami dianggap sebagai domba-domba sembelihan” (Mazmur 44:23).[2] ReferensiKutipan
Daftar pustaka
|