Bahasa Jawa Blora
Bahasa Jawa Blora (bahasa Jawa: ꦧꦱꦗꦮꦧ꧀ꦭꦺꦴꦫ , translit. Båså Jåwå Blorå) atau Mataraman Pesisir (bahasa Jawa: ꦧꦱꦗꦮꦩꦠꦫꦩꦤ꧀ꦥꦼꦱꦶꦱꦶꦂ, translit. Båså Jåwå Mataraman Pesisir) atau Bahasa Jawa Aneman (bahasa Jawa: ꦧꦱꦗꦮꦄꦤꦼꦩꦤ꧀, translit. Båså Jåwå Aneman) atau Bahasa Jawa Jipangan (bahasa Jawa: ꦧꦱꦗꦮꦗꦶꦥꦔꦤ꧀, translit. Båså Jåwå Jipangan) atau Bahasa Jawa Samin (bahasa Jawa: ꦧꦱꦗꦮꦱꦩꦶꦤ꧀, translit. Båså Jåwå Samin) adalah sebuah subdialek dari bahasa Jawa Mataraman yang dituturkan di Pantura Timur Jawa Tengah & Pantura Barat Jawa Timur khususnya Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Tuban & sebagian barat Kabupaten Lamongan. Dialek ini tidak terlalu memiliki perbedaan dari dialek bahasa Jawa Mataraman lainnya. Hanya saja terdapat ciri khas yang membedakan, yaitu dengan adanya kata penegas leh.[2][3] KosakataDialek ini sangat susah dipahami bagi orang yang tinggal di area Gerbangkertosusila atau yang memakai dialek Surabaya, berikut contoh kosakata dalam dialek Blora:
Ciri lain dari bahasa Jawa dialek Mataraman Pesisir adalah melafalkan suku kata terakhir –uh menjadi –oh. Misalnya dalam kata ngunduh dilafalkan ngundoh (artinya : menuai), kata sepuluh dilafalkan sepuloh (artinya : angka atau bilangan sepuluh) dan kata butuh dilafalkan butoh (artinya : butuh). Dalam bahasa Jawa dialek Mataraman Pesisir, suku kata terakhir –ih dilafalkan menjadi –eh. Misalnya kata mulih dilafalkan muleh (artinya : pulang), kata sugih dilafalkan sugeh (artinya : kaya) dan getih dilafalkan geteh (artinya : darah). Akhiran –mu yang menunjukkan kepemilikan (empunya) diganti dengan akhiran –em. Misalnya, kata omah-mu diganti menjadi omah-em (artinya : rumahmu), kata wedus-mu diganti menjadi wedus-em (artinya : kambingmu) dan bapakmu diganti dengan bapak-em (artinya : bapakmu). Referensi
Pranala luar
|