Bahasa Maori dikategorikan sebagai C6b Threatened menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini mulai terancam dan mengalami penurunan jumlah penutur dari waktu ke waktu
Ko te katoa o nga tangata i te whanaungatanga mai e watea ana i nga here katoa; e tauriterite ana hoki nga mana me nga tika. E whakawhiwhia ana hoki ki a ratou te ngakau whai whakaaro me te hinengaro mohio ki te tika me te he, a e tika ana kia meinga te mahi a tetahi ki tetahi me ma roto atu i te wairua o te noho tahi, ano he teina he tuakana i ringa i te whakaaro kotahi.
Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan.
Sejak datangnya suku Maori ke Selandia Baru hingga sebelum masa kolonialisasi oleh Imperium Britania Raya, bahasa Maori merupakan bahasa yang dominan di wilayah tersebut. Mulai tahun 1860-an, bahasa Maori mulai terdesak oleh bahasa Inggris yang dibawa oleh para pemukim dari Britania Raya, yang terdiri dari misionaris, pencari emas dan pedagang. Di akhir abad ke-19, sistem pendidikan Britania Raya mulai diperkenalkan bagi seluruh penduduk Selandia Baru, dan dari tahun 1880-an penggunaan bahasa Maori di sekolah dilarang. Semakin banyak suku Maori yang belajar bahasa Inggris karena keharusan dan karena prestise dan kesempatan yang didapatkan dari kemampuan berbahasa Inggris. Namun, sampai masa Perang Dunia II, banyak suku Maori masih menggunakan bahasa Maori sebagai bahasa ibu. Pada zaman itu, bahasa Maori digunakan saat beribadah di gereja, di rumah, untuk pertemuan-pertemuan politik dan banyak koran diterbitkan dalam bahasa ini.
Bahkan hingga tahun 1930-an, anggota parlemen dari kalangan Maori dirugikan karena hingga zaman itu, semua pertemuan di parlemen Selandia Baru hanya menggunakan bahasa Inggris. Dalam periode ini, jumlah penutur bahasa Maori menurun drastis hingga pada tahun 1980-an, kurang dari 20% dari suku Maori bisa berbahasa Maori dengan cukup baik seperti layaknya sebagai bahasa ibu. Bahkan dari jumlah tersebut, banyak yang tidak menggunakan bahasa Maori di rumahnya lagi.
Mulai tahun 1980an, para pemimpin suku Maori mulai menyadari bahaya hilangnya bahasa mereka, yang dapat berakibat buruk pada identitas budaya suku Maori. Kebudayaan Maori yang mulai pupus dicoba diangkat melalui program-program yang salah satu bagian utamanya adalah program penghidupan kembali bahasa Maori. Program-program tersebut antara lain gerakan Kōhanga Reo yang mengajarkan bahasa Maori sejak dini hingga usia sekolah. Program ini kemudian diikuti dengan pendirian Kura kaupapa Māori, sekolah dasar dalam bahasa Maori.
Klasifikasi
Bahasa Maori termasuk dalam rumpun bahasa Polinesia. Ahli bahasa mengklasifikasikan bahasa ini ke dalam golongan bahasa Polinesia Timur, subgroup bahasa-bahasa Tahiti, yang mencakup bahasa Rarotonga yang digunakan di Kepulauan Cook, bahasa Tahiti yang digunakan di Tahiti. Bahasa ini juga berhubungan erat dengan bahasa Hawaii dan bahasa Rapa Nui yang digunakan di Pulau Paskah. Walaupun bahasa-bahasa Polinesia ini berkerabat dekat, bahasa-bahasa tersebut bukan sekadar dialek dari satu bahasa yang sama, melainkan benar-benar bahasa yang berbeda. Bahasa-bahasa tersebut sudah terpisah dan berkembang sendiri-sendiri selama berabad-abad, sehingga kecil kemungkinan penutur satu bahasa Polinesia dapat mengerti bahasa Polinesia lainnya. Namun, sejarah mencatat bahwa dalam perjalanannya ke Selandia Baru di akhir abad ke-18, Kapten James Cook dapat berkomunikasi secara efektif dengan suku Maori menggunakan penerjemah suku Tahiti.
Persebaran geografis
Pada dasarnya, bahasa Maori hanya digunakan di Selandia Baru. Penggunanya mencapai 100.000 orang, hampir semuanya keturunan Maori. Perkiraan jumlah penuturnya bervariasi: sensus penduduk tahun 1996 mencatat ada 160.000 orang, sementara perkiraan lain menyebutkan jumlah yang lebih rendah hingga hanya 50.000. Tingkat kemahiran orang-orang yang mengaku bisa berbahasa Maori tidak diketahui. Orang yang hanya bisa berbahasa Maori kemungkinan hanya sedikit sekali jumlahnya, berkisar belasan orang. Tetapi, cukup banyak orang yang belajar bahasa Maori lebih dahulu sebelum bahasa Inggris, karena bahasa Maori bertahan sebagai bahasa komunitas di beberapa pemukiman terpencil di daerah Northland, Uruwera dan East Cape. Bahasa Maori dapat dikatakan berhenti menjadi bahasa yang hidup di masyarakat sejak zaman pasca perang, ketika terjadi urbanisasi besar-besaran populasi Maori ke kota-kota.
Bagi orang awam: bahasa Maori memiliki lima vokal pendek seperti pada bahasa Indonesia (a, e, i, o, u) dengan "e" teleng seperti pada kata "bebek" (bukan "e" pepet seperti pada "ketam"). Selain itu, bahasa Maori memiliki lima vokal panjang seperti pada bahasa Italia dan Jepang. Bunyi vokal panjang ini pada masa kini umumnya dilambangkan dengan garis makron di atas vokal yang dipanjangkan (contoh: "a" menjadi "ā"). Semua vokal dapat digunakan berpasangan kecuali "uo". Bunyi vokal bahasa Maori umumnya relatif sulit bagi penutur bahasa Inggris tetapi bagi penutur bahasa Indonesia/Melayu, kesulitan yang berarti mungkin hanya membedakan antara vokal pendek dan panjang.
Umumnya, pelafalan konsonan dalam bahasa Maori mirip dengan bahasa Indonesia/Melayu, termasuk dalam pelafalan konsonan <ng>. Konsonan <wh> diucapkan secara bervariasi, tetapi umumnya dilafalkan seperti bunyi "f" atau "h" yang lemah, dengan posisi bibir atas dan bawah saling bertemu (dwibibir). Pada masa kini, banyak juga yang mengucapkannya persis seperti huruf "f" saja (bibir-gigi). Bahasa Maori juga tidak mengenal konsonan "L" sama seperti bahasa Jepang, sehingga semua suku kata yang mengandung konsonan L dalam bahasa Polinesia, konsonan L tersebut selalu berubah menjadi konsonan R dalam bahasa Maori.
Suku kata
Suku kata dalam bahasa Maori memiliki bentuk V, VV, KV atau KVV. Dua bunyi konsonan tidak didapati berturutan (ng dan wh adalah masing-masing satu bunyi konsonan), dan tidak ada suku kata yang berakhir dengan konsonan. (Aturan ini diterapkan pada transliterasi nama-nama dari bahasa asing, seperti Perehipeteriana "Presbiterian". Semua kombinasi KV digunakan kecuali who, wo, wu dan whu yang hanya muncul pada beberapa kata serapan dari bahasa Inggris seperti wuru "wol" dan whutoporo "sepak bola" (dari kata football).
Kosakata bahasa Maori relatif terbatas; hampir semua kata-kata pendek (1-4 huruf) yang mungkin dibuat sudah memiliki arti, sehingga pengucapan yang jelas sangat penting.
Dialek
Dialek dalam bahasa Maori tidak menghalangi kemampuan untuk saling mengerti pembicaraan masing-masing pengguna dialek. Ada variasi regional dalam pelafalan dan aksen, tetapi pada dasarnya bahasa Maori adalah satu bahasa yang sama di seluruh negeri.
suku Tuhoe dan sebagian orang di daerah Eastern Bay of Plenty mengucapkan ng sebagai n
di sebagian daerah ujung utara P. Utara, lafal wh lebih bilabial daripada di daerah lain
di daerah selatan P. Selatan, digunakan varian bahasa Maori dialek Kāi Tahu
Sistem tulisan
Tidak ada sistem tulisan asli bahasa Maori. Para misionaris lah yang pertama kali mencoba menuliskan bahasa ini menggunakan aksara Latin sejak 1814. Pada tahun 1820, Profesor Samual Lee dari Universitas Cambridge bekerjasama dengan seorang kepala suku bernama Hongi Hika dan saudara mudanya Waikato untuk membuat sistem tulisan bahasa Maori secara sistematis. Usaha mereka menggunakan ejaan fonetis berhasil dengan sukses, dan bahasa tulis Maori tidak banyak berubah sejak saat itu. Perubahan kecil yang dibuat kemudian hanyalah pembedaan tulisan untuk bunyi w dan wh serta penambahan garis makron di akhir abad ke-19, walaupun penggunaan garis makron secara umum baru mulai terbiasakan pada abad ke-20. Melek huruf menjadi konsep baru yang menarik yang disambut gembira oleh suku Maori. Para misionaris melaporkan bahwa pada tahun 1820-an, suku Maori di seantero negeri saling mengajarkan baca tulis satu sama lain, menggunakan peralatan seadanya seperti daun dan arang, pahatan kayu, dan kulit binatang, bila kertas tidak tersedia.
Status resmi
Bahasa Maori memiliki status bahasa resmi (bersama dengan bahasa Inggris) di Selandia Baru. Kebanyakan lembaga pemerintahan dan departemen kini memiliki nama dalam bahasa Maori juga, seperti Te Tari Taiwhenua "Departemen Dalam Negeri", Te Papa Atawhai "Departemen Lingkungan Hidup (Konservasi)". Kantor pemerintah lokal dan perpustakaan umum memasang tanda-tanda dalam dua bahasa. Kantor pos juga mengenali nama tempat dalam bahasa Maori sebagai alamat surat. Pendanaan dari negara untuk pengajaran bahasa Maori memastikan bahwa bahasa ini dapat dipelajari sebagai mata pelajaran pilihan di semua sekolah negeri dan sejak bulan Maret 2004, sebuah program televisi Maori yang beberapa siarannya menggunakan bahasa Maori mulai mendapatkan dana dari pemerintah. Pada masa kini, orang menganggap bahwa pelestarian bahasa adalah tanggung jawab pemerintah, sebagai bagian dari interpretasi atas Perjanjian Waitangi. Masih terlalu dini untuk menilai apakah usaha-usaha menghidupkan kembali bahasa ini sudah berhasil.
Pekan Bahasa Maori
Hari Bahasa Maori adalah sebuah program inisiatif dari kelompok aktivis Ngā Tamatoa pada tahun 1970an. Gerakan ini kemudian berkembang menjadi Pekan Bahasa Maori yang kini diperingati setiap tahun di minggu terakhir bulan Juli.
Referensi
Biggs, Bruce (1994). Does Maori have a closest relative? In Sutton (Ed.)(1994), pp. 96–-105.
Biggs, Bruce (1998). Let's Learn Maori. Auckland: Auckland University Press.
Clark, Ross (1994). Moriori and Maori: The Linguistic Evidence. In Sutton (Ed.)(1994), pp. 123–-135.
Harlow, Ray (1994). Maori Dialectology and the Settlement of New Zealand. In Sutton (Ed.)(1994), pp. 106–-122.
Sutton, Douglas G. (Ed.) (1994), The Origins of the First New Zealanders. Auckland: Auckland University Press.
^Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Maori". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.Pemeliharaan CS1: Tampilkan editors (link)