BakteriologiBakteriologi (serapan dari bahasa Belanda: bacteriologie) adalah cabang ilmu mikrobiologi yang mempelajari tentang bakteri, termasuk mempelajari morfologi, ekologi, genetika dan biokimia dari bakteri dan berbagai aspek lain yang berhubungan dengan bakteri.[1] Bakteriologi juga mempelajari mengenai identifikasi, klasifikasi, dan juga karakterisasi dari spesies bakteri.[2] SejarahMetode modern dari teknik bakteriologi dimulai pada tahun 1870-1885 dengan diperkenalkannya penggunaan pewarna dan penemuan metode pemisahan campuran organisme pada pelat media nutrisi yang dipadatkan dengan gelatin atau agar. Penemuan lainnya yaitu pada tahun 1880 dan 1881, ketika Louis Pasteur berhasil melakukan imunisasi pada hewan yang sakit akibat bakteri. Penelitiannya tersebut menghasilkan studi tentang pencegahan serta pengobatan penyakit dengan menggunakan vaksin dan serum imun (yang sekarang dikenal imunologi). Selain itu, para ilmuwan juga menyadari bahwa bakteri berperan penting dalam bidang pertanian dan industri susu.[1] Dalam bidang kesehatan atau medisBakteriologi dapat diterapkan dalam bidang kesehatan yang berkaitan dengan pembusukan makanan, termasuk jus buah, susu, sirup dan sejenisnya akibat adanya patogen.[3] Kemajuan awal dalam penerapan bakteriologi patogen berasal dari identifikasi dan karakterisasi bakteri yang terkait dengan suatu penyakit tertentu. Saat ini, sebagian besar penyakit bakteri pada manusia dan agen etiologinya telah diidentifikasi, meskipun masih terdapat beberapa jenis bakteri yang berkembang dan terkadang muncul, misalnya penyakit legionnaires, TBC dan sindrom TS. Selain itu, kemajuan pesat dalam bakteriologi telah mampu menghasilkan banyak vaksin yang efektif, misalnya vaksin polisakarida, vaksin PCV, vaksin difteri, dan vaksin tetanus, serta beberapa vaksin lain misalnya vaksin kolera, dan vaksin tifoid.[4] KulturAhli bakteriologi terutama mengandalkan kultur atau budidaya bakteri dalam kultur laboratorium. Mereka menggunakan media kultur padat dan cair untuk tujuan ini. Media kultur padat biasanya terdiri dari nutrien agar yang ditempatkan dalam cawan petri. Komposisi nutrien agar bervariasi tergantung pada bakteri tertentu yang sedang dipelajari. Sebagai contoh, untuk menumbuhkan Haemophilus influenzae, yang bergantung pada hemin dan nikotinamida adenin dinukleotida (NAD) untuk pertumbuhannya, darah (biasanya berasal dari domba atau kuda) dimasukkan ke dalam medium.[5] Dalam kasus-kasus di mana bakteri dari usus mamalia, seperti salmonella, sedang dibiakkan, digunakan agar XLD yang mengandung asam deoksikolat dan komponen lainnya.[6] Referensi
Lihat pula
|