Bandar Udara Internasional Lombok (IATA: LOP, ICAO: WADL)[1] juga dikenal sebagai Bandar Udara Internasional Zainuddin Abdul Madjid,[2] adalah sebuah bandara domestik dan internasional yang berlokasi di Praya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Bandara ini dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I.[3][4] dan dibuka pertama kali pada tanggal 1 Oktober2011 untuk menggantikan fungsi dari Bandara Selaparang, Kota Mataram. Bandara ini diresmikan oleh presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.[5] Arsitektur bandara ini memiliki ciri khas rumah adat Sasak.Bandara Internasional Lombok (BIL) dibangun pada 2005 atau pada periode pertama kepemimpinan SBY. Saat itu, yang menjabat Menteri Perhubungan adalah Hatta Rajasa
Terletak persis di jantung pulau "eksotik" Lombok tepatnya di Jalan Tanak Awu.
Melayani penerbangan domestik maupun international. Maskapai yang melayani rute domestik antara lain yaitu Garuda Indonesia, Merpati Nusantara, Lion Air, Wings Air, Citilink, Sky Aviation, Trans Nusa Aviation, Indonesia Air Transport (Non Reguler), dan Travira Air (Non Reguler). Rute internasional dilayani oleh Silk Air, AirAsia dan Jet Star.
Penamaan bandara
Bandara Udara Internasional Lombok atau disingkat sebagai BIL, mempunyai beberapa nama yang diusulkan. Pada bulan Januari 2009 hasil jajak pendapat publik yang dilakukan di Lombok menunjukkan bahwa Bandara Internasional Lombok (BIL) dipilih oleh 40,4% responden, Bandara Internasional Sasak (BIS) 20%, Bandara Internasional Rinjani (BIR) 46 16,7%, Bandara Internasional Mandalika (BIM) 10,9%, Bandara Internasional Selaparang (SIA) 8%, Bandara Internasional Pejanggik (PIA) 2,9%, dan Bandara Internasional Arya Banjar Getas (ABGIA) tetapi kini, Bandara Internasional Selaparang sudah tidak lagi berfungsi sebagai bandar udara, oleh karena itu jajak pendapat tidak lagi didapatkan dari Bandara Internasional Selaparang (SIA). Pada tanggal 5 September2018, Bandara Internasional Lombok-Praya (BILP) memiliki nama baru yaitu Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid (BIZAM) untuk menghormati pahlawan dari Nusa Tenggara Barat yaitu K.H. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Walau begitu nama yang lama masih digunakan untuk operasional komersial, sementara nama yang baru digunakan untuk operasional bandara non-komersial.
Dikarenakan Bandara Selaparang tidak bisa didarati pesawat berbadan lebar maka diharapkan bahwa pelayanan internasional dan domestik akan segera melengkapi rute untuk pesawat berbadan lebar yang tidak bisa mendarat di Mataram.
Tahap-tahap pembangunan
Landasan pacu, taxiway dan apron berada dalam tahap akhir instalasi konstruksi dan fasilitas di kuartal 3 tahun 2010. Terminal dan fasilitas pendukung lainnya dalam tahap akhir penyelesaian pada akhir September 2011. Tanggal pembukaan bandara sudah di jadwalkan dan kemudian ditunda berkali-kali. Dan diumumkan untuk pembukaan resmi pada tanggal 1 Oktober ini sebagian menanggapi kebutuhan mendesak untuk beroperasi sebelum dimulainya penerbangan Haji pada akhir tahun 2011.
Tahap I (2006-2009)
Runway: 45m x 2500m
Apron: 52.074 m²
Taxiway: 2 exit taxiway
Terminal: 12.000 m² (Penumpang, VIP, Kargo)
Parkir: 17.500 m²
Tahap II (2013-2015)
Runway: 45m x 2750m
Apron: 63.294 m²
Taxiway: 2 exit taxiway
Terminal: 16.500 m² (2,4juta penumpang per tahun)
Parkir: 29.100 m²
Tahap-III (2028)
Runway: 45m x 3600m
Apron: 74.514 m²
Taxiway: taxiway keluar dari 12, 2 taxiway keluar yang cepat, 1 paralel taxiway
Terminal: 28.750 m² (3.25juta penumpang per tahun)