Bank Nationalnobu
Bank Nationalnobu atau lebih dikenal sebagai Nobu Bank, adalah sebuah perusahaan publik yang bergerak di bidang perbankan dan berkantor pusat di Jakarta. SejarahBank ini berawal dari PT Bank Alfindo Sejahtera (Bank Alfindo) yang dimiliki Alfi Gunawan, pendiri dari perusahaan air minum Ades dan didirikan pada 13 Februari 1990, saat itu bernama PT Alfindo Sejahtera Bank (Alfindo Bank). Kemudian, setelah sempat hendak diubah menjadi Bank First Union atau Bank Union, nama Bank Alfindo berganti menjadi Bank Nationalnobu mulai 18 Maret 2008.[1] Memasuki pertengahan 2000-an, Alfi tak sanggup memenuhi Arsitektur Perbankan Indonesia dan mencari investor baru demi banknya. Sempat sebuah raksasa perbankan asal Austria, Raiffeisen Bank International, menjajaki rencana pembelian Bank Nobu; belakangan, Alfi merencanakan menjual bank itu pada Nio Yantony dan Hendro Setiawan yang memiliki Pikko Group.[1] Sebagai informasi, Pikko dahulu pernah memiliki Bank Pikko dari 1996-2004 sebelum dimerger ke Bank Century yang kemudian berganti nama menjadi Bank Mutiara/MutiaraBank pada 2009 dan sekarang dikenal sebagai Bank J Trust Indonesia.[2][3] Belakangan, Pikko lebih memilih berkongsi dengan Lippo Group yang didirikan Mochtar Riady. Keduanya pada 28 September 2010 meneken akta akuisisi dengan PT Gunawan Sejahtera (perusahaan milik Alfi Gunawan) untuk membeli saham perusahaan tersebut di Bank Nationalnobu.[1] Bank Nobu saat itu hanyalah bank kecil nondevisa bermodal Rp 100 miliar, Dana Pihak Ketiga Rp 24 miliar dan kantor yang sedikit.[4] Perusahaan milik Mochtar, PT Kharisma Buana Nusantara, menyuntik dana sebesar Rp 60 miliar sekaligus mengambil posisi pemegang saham mayoritas (69,2%) dan 30,8% sisanya akan menjadi milik Pikko.[5] Akuisisi itu menandakan kembalinya Lippo Group ke dunia perbankan, setelah melepas kepergian Lippo Bank yang diambil alih pemerintah, lalu dijual ke Swissasia Global, yang kemudian dijual lagi ke Khazanah Nasional. Setelah dijual, Lippo Bank merger ke Bank CIMB Niaga pada tahun 2008. Setelah dikuasai Lippo, aset Bank Nobu meningkat pesat. Pada 2011 asetnya hanya Rp 333,83 miliar, pada 2015 sudah meningkat pesat menjadi Rp 6,703 triliun. Demikian pula laba bersihnya pada 2011 hanya Rp 1,92 miliar, sudah melonjak menjadi Rp 18,21 miliar pada 2015. Kredit yang disalurkan juga sudah berlipat-lipat dari hanya Rp 162,77 miliar pada 2011 menjadi Rp 3,482 triliun pada 2015. Demikian pula dana pihak ketiga yang dihimpunnya sudah melonjak dari Rp 200,14 miliar menjadi Rp 4,801 triliun. Pada akhir tahun 2011, kantor pusat Bank Nationalnobu pindah dari Jembatan Lima ke Graha Granadha di Jl. Jend. Sudirman. Kemudian kembali pindah hingga saat ini berlokasi di Plaza Semanggi Lt. UG dan 9, Jl. Jend. Sudirman Kav. 50, Jakarta. Nuansa kantor di lantai UG yang cerah dan transparan menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung mal yang berlalu lalang. Bank Nationalnobu mempunyai fokus dalam segmen ritel dan UMKM. Perusahaan melaksanakan IPO pada 20 Mei 2013, dengan melepas 52% saham ke publik.[6] Pemegang saham perusahaan setelah IPO meliputi PT Kharisma Buana Nusantara atau Mochtar Riady menjadi 24,12%, Nio Yantony 9,65%, PT Prima Cakrawala Sentosa 5,08%, PT Lippo General Insurance Tbk 5,08%, dan PT Putera Mulia Indonesia 4,06%, sisanya masyarakat.[7] Pada tahun yang sama dengan IPO, Bank Nobu menjadi bank devisa. Kini, kepemilikan Bank Nobu sepenuhnya dikuasai oleh Lippo, pasca Nio Yatony, pemilik Pikko menjual sahamnya yang tersisa (9,01%) di tanggal 7 Juni 2018.[8] Struktur KepemilikanBerikut Struktur Kepimilikan dari Bank Nationalnobu:
Produk dan Jasa
Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Referensi
Pranala luar
|