Bap (makanan)Bap (밥) adalah istilah yang digunakan untuk menyebut biji-bijian atau palawija yang dimasak dalam kuliner Korea yaitu beras, jelai, gandum, juwawut dan sebagainya.[1][2] JenisPenyebutan bap bervariasi berdasarkan jenis palawija. Disebut ssalbap apabila bap hanya terdiri dari nasi putih (beras padi), boribap dari campuran nasi putih dengan biji-bjiian jelai dan jobab dari campuran nasi putih dengan jewawut (jenis millet).[2] SejarahBap telah dikonsumsi sebagai makanan pokok orang Korea sejak zaman neolitikum, pada saat peralatan masak makanan pokok dari tembikar pertama kali dibuat. Pada zaman Tiga Kerajaan Korea, alat masak dari batu dinamakan siru dapat dilihat di lukisan dinding kerajaan Goguryeo. Karena alat masak dibuat dari tanah liat yang dikeringkan atau dibakar dalam suhu rendah, kemungkinan nasi mereka berbau tanah.[2] Buku masak Cina kuno banyak menuliskan artikel yang memuji kelezatan nasi yang dimasak orang Korea pada zaman kuno. Hidangan nasi keluarga bangsawan Joseon biasanya ditambah dengan jelai, foxtail millet, kedelai dan kentang. Alat memasakOrang Korea memakai berbagai alat untuk memasak nasi sejak zaman dahulu, seperti tembikar, panci besi dan periuk batu. Periuk batu untuk menanak nasi pertama kali dibuat di kerajaan Baekje dan digunakan sampai periode modern. Keluarga bangsawan pada periode Joseon (1392-1910), memasak nasi di atas perapian menggunakan panci besi (gamasot) dan periuk batu (dolsot). Penggunaan alat masak tradisional mulai menurun setelah pengenalan periuk gaya Jepang, naembi, pada tahun 1920-an dan pemakaian alat penanak nasi elektronik yang lebih praktis pada tahun 1960-an. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Museum Nasional Korea, nasi yang paling enak dihasilkan dari gamasot, kedua dolsot dan yang terakhir dari penanak nasi elektronik. Dalam kehidupan sehari-hariBap berperan penting dalam menu masakan Korea. Dalam percakapan sehari-hari untuk menyebut kalimat makan digunakan kalimat bap mokta (밥 먹다 harfiah "makan bap"). Kosakata yang digunakan untuk menyebut bap pun beragam tergantung kepada siapa disajikannya. Jika bap disajikan untuk orang tua, dinamakan jinji, sura untuk raja, dan me untuk arwah leluhur (dalam jesa). Lihat pulaReferensi
|