Beban listrik dasarBeban listrik dasar[1] (atau beban dasar) adalah jumlah permintaan minimum yang harus dipenuhi oleh suatu sistem tenaga listrik dalam jangka waktu tertentu, misalnya satu minggu atau satu bulan. Beban ini dapat dipenuhi oleh satu jenis pembangkit,[2] pembangkit listrik cadangan,[3] atau oleh sejumlah energi terbarukan variatif kecil,[4] tergantung pada pendekatan mana yang memberi harga paling murah, namun dengan tingkat kehandalan dan ketersediaan yang tinggi. Apabila beban dasar telah terlampaui, maka beban selanjutnya dapat dipasok oleh pembangkit listrik cadangan, pembangkit listrik pemikul beban menengah, dan pembangkit listrik pemikul beban puncak, yang dapat dinyalakan dan dinonaktifkan dalam waktu cepat, serta cadangan operasi, respon permintaan, dan juga penyimpanan energi. Pembangkit listrik yang tidak mengubah jumlah produksi secara cepat, seperti PLTU atau PLTN, umumnya disebut sebagai pembangkit listrik pemikul beban dasar.[2][5] DeskripsiOperator sistem transmisi biasanya secara rutin menggelar lelang jangka pendek dan jangka panjang yang diikuti oleh para operator pembangkit, untuk menentukan pembangkit mana yang cocok untuk memasok listrik ke sistemnya, sekaligus menyeimbangkan pasokan dengan permintaan pengguna secara terus-menerus.[6] Dalam sejarahnya, sistem tenaga listrik besar biasanya menggunakan satu jenis pembangkit listrik untuk memasok beban dasar, walaupun tidak ada peraturan yang mengharuskan hal ini. Beban dasar dapat juga dipasok oleh sejumlah energi terbarukan variatif dan pembangkit listrik cadangan.[3][4] Pembangkit listrik beban dasar biasanya berupa pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), ataupun pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU), yang membutuhkan beberapa hari untuk dinyalakan maupun dinonaktifkan,[7] pembangkit listrik tenaga air, panas bumi,[8] biogas, biomassa, panas surya dengan penyimpanan, dan konversi energi termal lautan. Interupsi pasokan dapat terjadi pada semua pembangkit dan menyebabkan kerusakan. Kekeringan dapat mengganggu PLTA, membekunya batu bara dapat mengganggu PLTU, dan kebocoran atau penyumbatan pipa dapat mengganggu PLTG. Operator sistem tenaga listrik juga dapat memakai tirai untuk melepas pembangkit dari sistem apabila produksinya tidak dibutuhkan.[9][10] Terdapat 195.000 MW penyimpanan listrik yang terpasang di seluruh dunia; 94% berupa penampungan air di dekat bendungan; 2% berupa baterai.[11] Penampungan air menggunakan listrik pada saat permintaan rendah, biasanya saat malam, untuk memompa air dari penampungan air di bawah ke penampungan air di atas, untuk kemudian diturunkan lagi dengan melewati turbin, selama permintaan tinggi, biasanya pada siang hari. Ketersediaan tenaga surya pada jam puncak di siang hari dapat mengurangi kebutuhan penyimpanan. Fasilitas penyimpanan energi terbesar di dunia berada di perbatasan Virginia-West Virginia, dengan kapasitas 50% lebih banyak dari Bendungan Hoover.[12] EkonomiOperator sistem transmisi mengadakan lelang untuk mendapatkan harga listrik termurah dari beberapa pembangkit dalam jangka waktu tertentu.[13] PLTU dan PLTN memiliki biaya tetap yang sangat tinggi dan faktor kapasitas yang tinggi, namun memiliki biaya marginal yang rendah, walaupun tidak serendah pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB), dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Pada sisi lain, pembangkit listrik pemikul beban puncak, seperti pembangkit listrik tenaga gas alam (PLTG), memiliki biaya tetap yang rendah dan faktor kapasitas yang rendah, namun biaya marginalnya tinggi .[14] PLTU dan PLTN tidak mengubah produksi listriknya sewaktu-waktu untuk menyesuaikan dengan permintaan, karena lebih menguntungkan untuk mengoperasikannya secara konstan. Walaupun begitu, beberapa PLTN, seperti di di Prancis, dapat juga digunakan sebagai pembangkit listrik pemikul beban menengah dan mengubah produksinya secara terbatas, untuk menyesuaikan dengan permintaan.[15][16] Pembangkit listrik tenaga gas dan uap biasanya dapat berfungsi sebagai pembangkit listrik beban dasar, serta dapat juga menurunkan dan menaikkan produksi untuk menyesuaikan dengan fluktuasi permintaan. Perbedaan jenis pembangkit dan teknologi dapat menyebabkan perbedaan kemampuan untuk menaikkan atau menurunkan produksi. PLTN umumnya memproduksi listrik mendekati kapasitas maksimumnya secara terus-menerus (terlepas dari perawatan, pengisian ulang, dan penggantian berkala), sementara PLTU biasanya dirotasi untuk memenuhi kebutuhan.[butuh rujukan] PLTU dengan beberapa unit pembangkit biasanya menggunakan sistem rotasi, sehingga tetap dapat menyesuaikan permintaan dengan menonaktifkan atau mengaktifkan beberapa unit. Menurut Direktur Utama National Grid plc, Steve Holliday pada tahun 2015, pembangkit listrik beban dasar sudah "ketinggalan zaman", karena pembangkit listrik mikro akan menjadi produsen listrik primer, sementara pembangkit listrik besar hanya akan memasok sisanya.[17] Lihat juga
Referensi
Pranala luar |