Ben X
Ben X adalah film dari Belgia pada tahun 2007 yang menceritakan tentang seorang anak laki-laki dengan sindrom autisme (diperankan oleh Greg Timmermans) bernama Ben yang melarikan diri ke dunia fantasi MMORPG ArchLord untuk menghindari penganiayaan. Judul film ini merupakan referensi dari frasa Belanda "(ik) ben niks", yang berarti "(I) am nothing"--"Aku bukan siapa-siapa". Film ini memenangkan 3 penghargaan di Montreal World Film Festival yang ke-31 untuk penghargaan 'the Grand Prix des Amériques', 'the Prix du Public' untuk film yang paling populer, dan 'the Ecumenical Jury Prize' untuk eksplorasi nilai etik dan sosial dari film ini. Film ini diangkat dari novel Nothing was all he said karangan Nic Balthazar, yang juga menyutradarai film ini.[1] Novel itu terinspirasi dari kisah nyata tentang seorang anak laki-laki dengan sindrom autisme yang bunuh diri karena penganiayaan yang dialaminya.[2] Film Ben X adalah entri dari Belgia untuk 'Academy Awards 2007' untuk kategori penghargaan Film Berbahasa Asing terbaik, tetapi gagal menerima nominasi aktual. Alur ceritaBen (Greg Timmermans) adalah korban perundungan di sekolahnya. Untuk lari dari realita yang kejam, dia beralih ke dunia virtual dengan memainkan game online ArchLord. Dalam game itu, dia menjadi seorang pahlawan yang percaya diri dan berani. Ketika bekerja sama dengan pemain lain, dia dikenal sebagai Scarlite dalam petualangan-petualangannya. Suatu hari, saat istirahat sekolah, Ben diseret ke atas meja. Anak-anak yang merundungnya juga menurunkan celananya, sementara teman-teman sekelasnya merekam kejadian itu dengan kamera ponsel. Dengan komentar-komentar dan ejekan jahat dari teman-teman sekelasnya, Ben merasa sangat terhina dan frustasi sehingga dia memecahkan kaca jendela dengan kursi. Ben akhirnya dipanggil ke kantor kepala sekolah dan diminta untuk menjelaskan kejadian itu. Namun, Ben tidak bicara sama sekali sehingga kasus perundungan itu tidak selesai. Dalam adegan itu, terkuak bahwa Ben telah didiagnosis mengidap Sindrom Asperger, salah satu spektrum autisme. Keadaan menjadi lebih buruk untuk Ben ketika kejadian di kelas diunggah di Internet. Menghadapi kebingungan akan kehidupannya, Ben memutuskan untuk meninggalkan dunia virtualnya, di mana dia memberi tahu Scarlite bahwa dia siap "endgame". Karena khawatir, Scarlite mengirimkan pesan video kepada Ben X (karena Scarlite tidak tahu seperti apa Ben itu) yang berisi bahwa dia tidak boleh mengakhirinya kecuali ada seorang penyembuh. Scarlite kemudian meminta Ben untuk bertemu dengannya di stasiun kereta. Di stasiun kereta, Ben melihat Scarlite, tetapi tidak menemuinya. Scarlite mengira Ben tidak datang sama sekali kemudian naik kereta. Ben mengikutinya ke dalam kereta dan duduk di sampingnya, Ben merasa gugup dan gembira pada saat yang sama. Saat kereta sudah mendekati Brysseks, Scarlite bertanya kepada Ben (dalam bahasa Prancis) apakah dia baik-baik saja. Ben tidak menjawab dan meninggalkan Scarlite. Setelah tidak berbicara kepada Scarlite, Ben merenungkan untuk bunuh diri dengan melompat dari peron. Saat Ben siap melompat, Scarlite menariknya. Scarlite memberi Ben pilihan untuk menyerah dan bunuh diri atau membalas dendam dan melawan, seperti yang akan Ben lakukan di Archlord. Namun, untuk memutuskannya dia harus menyusun rencana. Ben (dengan Scarlite) meminta orang tuanya untuk membantu. Dia memutuskan untuk bunuh diri dengan melompat dari kapal feri. Kejadian itu kemudian direkam. Setelahnya, pemakaman untuk Ben pun digelar. Semua orang termasuk anak-anak yang merisak Ben, hadir. Saat pemakaman berlangsung, video memperlihatkan Ben yang sedang menyampaikan pesan terakhir sehingga video tersebut terlihat seperti surat bunuh diri. Dalam video, para identitas perisaknya turut diekspos (yang di antaranya adalah teman-teman sekelasnya), berikut apa yang mereka lakukan pada Ben pada hari itu. Semua orang kaget dan terkuaklah bahwa Ben masih hidup, dengan bayangannya divideokan dan Ben yang terlihat di ruang proyektor. Ben memilih untuk membalas dendam kepada para perundungnya dengan memalsukan kematiannya. Setelah menjalankan semua rencananya, Ben, Scarlite, ibunya, dan saudaranya, pergi ke sebuah peternakan kuda di pinggiran kota. Instruktur kuda mengajari Ben untuk menjinakkan kuda dan memberi tahunya, "Kau harus belajar untuk merasa lebih baik." Ben menyentuh kuda dengan lembut, saat instruktur memberi tahunya dan merasa senang. Akhirnya Ben pergi berbicara dengan Scarlite. Instruktur kuda terlihat bingung dan terungkap bahwa Ben sebenarnya sedang berbicara dengan dirinya sendiri. Ibu Ben mengatakan pada instruktur kuda bahwa semua baik-baik saja dan Ben bahagia. Penghargaan dan Nominasi
ReferensiPranala luar
|