Bentrokan Kirgizstan–Tajikistan 2022
Bentrokan sporadis kembali terjadi antara Kirgistan dan Tajikistan pada 14 September 2022, menyusul serangkaian bentrokan pada musim semi dan musim panas 2021 antara kedua negara. Konflik sebenarnya sudah mulai muncul kembali sejak 27 Januari 2022 dengan bentrokan berskala kecil. Saat ini konflik meningkat saat pasukan Tajik menyerbu stasiun perbatasan Kirgistan,[6] dengan kedua negara saling menyalahkan.[7] Awalnya konflik perbatasan berlangsung selama 2 hari, hingga kedua belah pihak dapat menyepakati gencatan senjata pada malam 16 September 2022.[8][9] Namun gencatan itu kembali rusak pada 18 September.[10] Presiden Kirgistan, Sadyr Japarov, mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi bahwa negaranya akan melanjutkan upaya untuk menyelesaikan masalah perbatasan Kirgistan-Tajik dengan cara yang murni damai.[11] Kementerian luar negeri Tajikistan menyatakan bahwa kunci untuk menyelesaikan konflik terletak pada negosiasi, dan telah menegaskan kembali posisinya bahwa Kirgistan telah memicu pertempuran.[12] Kantor berita Rusia melaporkan bahwa baik Kirgistan dan Tajikistan telah sepakat untuk menarik senjata dan pasukan militer tambahan dari perbatasan, mengutip pernyataan dari kepala Wilayah Sughd Tajikistan.[11] Pada 20 September 2022, Tajikistan dan Kirgistan menandatangani kesepakatan damai.[13] Latar belakangKonteks SejarahWilayah yang terdiri dari Kirgistan dan Tajikistan saat ini ditaklukkan oleh Kekaisaran Rusia pada abad ke-19. Pada 1920-an, Uni Soviet memberlakukan delimitasi di dua wilayah yang menghasilkan enklave. Kedua negara merdeka pada tahun 1991 ketika Uni Soviet bubar. Kedua negara juga merupakan anggota Shanghai Cooperation Organization (SCO) dan Collective Security Treaty Organization (CSTO). Bentrokan sebelumnyaKonflik perbatasan dimulai antara Kirgistan dan Tajikistan pada tanggal 28 April 2021. Peristiwa mengenai pecahnya konflik masih diperdebatkan, tetapi bentrokan dilaporkan terjadi karena sengketa air lama antara kedua negara Asia Tengah.[14][15] Beberapa sumber melaporkan bahwa alasan secara langsung konflik tersebut adalah ketidakpuasan penduduk setempat dengan pemasangan kamera pengintai di dekat perbatasan. Setidaknya 55 orang tewas dalam peristiwa tersebut dan lebih dari 40.000 warga sipil mengungsi.[16] Pada 3 Mei 2021, kedua negara menyelesaikan penarikan pasukan dari perbatasan.[17] dan pada 18 Mei 2021, para pejabat di kedua negara mengumumkan bahwa mereka telah menyetujui kontrol keamanan bersama di sepanjang perbatasan yang disengketakan.[18] Kecuali insiden skala kecil pada 9 Juli 2021,[19] gencatan senjata berlangsung hingga 2022. Lini masa kejadianSporadisPada 27 Januari 2022, terjadi bentrokan yang mengakibatkan kematian dua warga sipil dan melukai beberapa lainnya.[20] Komite Negara untuk Keamanan Nasional Tajikistan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa sepuluh warganya terluka, enam di antaranya adalah prajurit sementara empat sisanya warga sipil. Di sisi lain, Kementerian Kesehatan Kirgistan mengatakan bahwa setidaknya 11 warganya dirawat karena cedera cukup serius. Pihak berwenang Kirgistan menyatakan bahwa pemblokiran jalan antara canter provinsi Batken dan desa Isfana Kirgistan oleh warga Tajik adalah penyebab bentrokan tersebut.[20] Pada tanggal 10 Maret, sebuah insiden bersenjata antara penjaga perbatasan di perbatasan Kirgistan–Tajikistan, di daerah Teskey, Distrik Batken, menewaskan seorang anggota penjaga perbatasan Tajik. Setelah insiden tersebut, para pejabat dari Wilayah Batken di Kirgistan dan Wilayah Sughd di Tajikistan mengadakan pembicaraan.[21][22] Menurut sumber Tajik, bentrokan perbatasan terjadi pada 3 Juni setelah tentara Kirgistan melintasi perbatasan dekat dengan Vorukh.[23] Dua minggu kemudian, pada 14 Juni, seorang penjaga perbatasan Tajik tewas dan tiga lainnya terluka dalam bentrokan dengan pasukan perbatasan Kirgistan.[24] EskalasiPada tanggal 14 September, satu penjaga perbatasan Tajikistan tewas dan dua lainnya terluka dalam bentrokan dengan penjaga Kirgistan yang menuduh Tajikistan mengambil posisi di daerah yang dibatasi.[25] Kemudian pada hari yang sama, dua penjaga perbatasan dilaporkan tewas dan 11 lainnya terluka, lima di antaranya adalah warga sipil.[26] Pada 16 September, konflik meningkat, sampai menggunakan kendaraan lapis baja, serta terjadi pengeboman bandara di kota Batken, di Kirgistan. Tajikistan menuduh Kirgistan menembaki sebuah pos terdepan dan tujuh desa perbatasan dengan senjata berat. Pasukan Tajik juga memasuki desa perbatasan Kirgistan. Setidaknya 31 cedera dilaporkan oleh Kirgistan, sementara satu warga sipil tewas dan tiga lainnya terluka menurut pasukan Tajik di Isfara. Setelah beberapa kali mencoba, gencatan senjata tercapai.[27] Namun, gencatan tersebut rusak tiga jam kemudian dan Kirgistan mengumumkan 24 orang tewas dan 87 lainnya terluka.[28][29] Parlemen Kirgistan mengadakan pertemuan darurat karena situasi tersebut.[30] Setidaknya 136.000 orang dievakuasi dari zona konflik oleh Kirgistan.[31] Tajikistan mengklaim 15 warga sipilnya tewas dalam serangan drone Kyrgyz Bayraktar TB2 di sebuah masjid.[32] Kirgistan mengumumkan keadaan darurat di Wilayah Batken.[33] AnalisisThe Diplomat menyebut konflik itu sebagai tindakan agresi oleh Tajikistan. Serangan itu mungkin terkait dengan spekulasi bahwa Presiden Tajikistan, Emomali Rahmon, berencana untuk menyerahkan posisinya kepada putranya Rustam Emomali, yang saat ini menjadi Ketua Majelis Nasional Tajikistan. Ia juga berteori bahwa Presiden Rahmon mungkin ingin menarik perhatian audiens domestik dan internasional dari protes di Daerah Otonomi Gorno-Badakhshan oleh suku Pamiris.[34] Reaksi
Lihat jugaReferensi
|