Bibel, Qur'an dan Sains Modern
Bibel, Qur'an dan Sains Modern (Prancis La Bible, le Coran et la Science) adalah sebuah buku karangan Maurice Bucaille yang diterbitkan pada tahun 1976. Buku ini mencoba menjelaskan bahwa tidak ada kontradiksi antara Islam dan ilmu pengetahuan modern.[1] Bucaille dalam bukunya mengkritik Alkitab atau Bibel yang ia anggap tidak konsisten dan penurunannya bisa diragukan. Sedangkan dalam Al Qur'an terdapat banyak kecocokan dengan fakta sains. Mendukung Al Qur'anBucaille percaya bahwa pemerian Qur'an mengenai gejala-gejala alamiah membuatnya kompatibel dengan ilmu pengetahuan modern.
Bucaille menyimpulkan bahwa Qur'an adalah perkataan-perkataan Allah. Di antara tulisannya ialah:
Bucaille menjelaskan bahwa ternyata gunung-gunung bersama dengan lempeng bumi bergerak. Jadi ayat Al Qur'an di atas sesuai dengan ilmu pengetahuan. Bucaille juga menjelaskan bahwa ayat Al Qur'an di bawah yang menyatakan bahwa Allah menyelamatkan badan Fir'aun hingga bisa dilihat manusia saat ini sesuai dengan kenyataan:
Ada yang menulis bahwa "Ternyata para ahli menemukan garam di dalam badan Fir'aun yang menunjukkan bahwa Fir'aun memang pernah tenggelam. Jenazah Fir'aun/Mumi bisa dilihat manusia hingga saat ini". Namun, hal ini tidak dapat dibuktikan karena sampai sekarang belum dapat dipastikan siapa Fir'aun yang memerintah pada zaman Musa. Di Alkitab tidak disebutkan bahwa badan Fir'aun diselamatkan Tuhan.[2] Mengkritik AlkitabMenurut Bucaille, terdapat kesalahan-kesalahan ilmiah monumental dalam Alkitab dan tidak ada satu kesalahanpun dalam Qur'an. Bucaille berpendapat bahwa Perjanjian Lama telah dikacaukan karena berbagai terjemahan dan koreksi ketika disampaikan dari mulut ke mulut secara lisan. Ia menekankan, dalam kata-katanya, “berbagai ketidakcocokan dan pengulangan”, dalam Perjanjian Lama dan Injil-injil. Dalam analisisnya, Bucaille mengklaim ia menggunakan banyak pendapat-pendapat kritik Alkitab, seperti hipotesis dokumen. Bucaillism"Bucaillism" adalah istilah yang digunakan oleh akademika untuk gerakan yang menyocok-nyocokkan ilmu pengetahuan modern dengan agama, khususnya Islam.[3] Sejak penerbitan The Bible, the Quran and Science, para pengikut Bucaillism, yang dikenal sebagai "Bucaillists", telah mempromosikan ide bahwa Qur'an mempunyai asal ilahi, dengan pendapat bahwa kitab itu mengandung fakta yang benar secara ilmiah.[4][5] SanggahanKritikus sastra, Sameer Rahim, menulis di The Daily Telegraph, bahwa "klaim-klaim (Bucaille) dianggap sebagai lelucon oleh para ilmuwan dan teolog mutakhir".[6] Pendangan Maurice Bucaille yang mencocokkan fakta dengan agama ("concordist theories") menghadapi sejumlah kritikan. William F. Campbell menyatakan bahwa Maurice Bucaille tidak mengevaluasi Qur’an dengan standar yang sama dengan yang dipakainya untuk menilai Alkitab. Sesungguhnya, Bucaille menuntut agar Alkitab sesuai dengan bahasa ilmiah abad ke-20, sedangkan ia menerima bahwa Qur’an tidak ditulis dengan semangat ilmiah yang demikian, karena Qur’an, menurut tulisan Bucaille sendiri: “dinyatakan dalam bahasa yang sesuai untuk petani atau pengelana di semenanjung Arab”.[7] Dengan demikian, ia mengklaim Bucaille tidak obyektif.[8] Referensi
Pranala luar
|