Bina BektiatiBina Bektiati merupakan jurnalis dan pengarang asal Indonesia. Bina merupakan penulis untuk Majalah Tempo (majalah), ia membantu pendirian Aliansi Jurnalis Independen setelah Tempo dilarang pada 1994. Pernah diusir sebentar dari Indonesia, Bina memenangkan Courage in Journalism Awards di tahun 1997.[1] Setelah kembali ke Indonesia, ia pernah menjadi Editor Tempo dan kontributor regular di The Jakarta Post.[2] KehidupanBina Bektiati lahir dan dibesarkan di Jawa Timur. Ia lulus dari Departemen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga.[1] Pada 1991 Bina memulai karier yang di Tempo, menulis berita politik. Pada 1994, Orde Baru melarang penerbitan Tempo, mencabut lisensinya dan menggantinya dengan publikasi yang dikontrol oleh pemerintah. Bina menolak untuk menulis dan bergabung dengan koleganya di Tempo untuk melawan pelarangan pemerintah di pengadilan selain itu, ia juga membantu pendirian Aliansi Jurnalis Independen di Indonesia.[2] Tidak dapat menemukan pekerjaan, Bina meninggalkan Indonesia menuju Australia pada 1995, menjadi koresponden untuk surat kabar yang berbasis di Jawa Timur. Kembali ke Jakarta pada 1996, ia bekerja dengan kolega Tempo untuk mendirikan versi digital dari Tempo.[1] Dia termasuk kelompok jurnalis Indonesia yang menolong Goenawan Mohamad untuk mendirikan Institut Studi Arus Informasi/ISAI).[3] Dia bergabung dengan Majalah Detektif Dan Romantika (D&R), majalah mingguan yang diedit oleh mantan jurnalis Tempo. Ia meneruskan menulis politik, sering kali menggunakan nama samaran, sampai kejatuhan Soeharto pada 1998.[1] Pada 1997, International Women's Media Foundation memberikan Bina Courage in Journalism Awards, menjadikannya penerima pertama dari Indonesia.[1] Setelah B. J. Habibie merelaksasi sensor pada media, Tempo kembali beroperasi dan Bina kembali menulis untuk Tempo.[1] Pada 2015, Bina menyunting Letters from Foreign Lands, sebuah buku antologi mengenai pengalaman personal diaspora Indonesia.[4] Bina merupakan anggota Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI).[2] Pada 2019, ia melaksanakan pelatihan media untuk industri Kopi di Indonesia bersama dengan Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP).[5] Buku
Referensi
|