Cadbury (perusahaan)
Cadbury, sebelumnya bernama Cadbury's dan Cadbury Schweppes merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi permen dan minuman yang bermarkas di London, Inggris. Perusahaan ini didirikan tahun 1905. Perusahaan ini mempekerjakan 59.000 pekerja. Sejarah1824–1900: Sejarah awalPada tahun 1824, John Cadbury mulai menjual teh, kopi, dan minuman coklat di Bull Street di Birmingham, Inggris.[2] Pada tahun 1831, ia memindah lokasi produksinya ke sebuah pabrik di Bridge Street dan mulai menyasar ke konsumen kelas atas, karena tingginya biaya produksi.[3] Pada tahun 1847, John Cadbury bermitra dengan saudaranya, Benjamin Cadbury, dan perusahaan mereka diberi nama "Cadbury Brothers".[3] Dua bersaudara itu lalu membuka sebuah kantor di London, dan pada tahun 1854, meeka menerima Royal Warrant sebagai pengolah coklat dan kakao resmi untuk Ratu Victoria. Perusahaan ini sempat mengalami penurunan pada akhir dekade 1850-an.[3] Anak John Cadbury, Richard Cadbury dan George Cadbury mengambil alih perusahaan ini pada tahun 1861.[2] Di saat dua bersaudara ini mengambil alih, perusahaan ini sedang dalam kemunduran yang serius, jumlah pegawainya juga terus berkurang, dan perusahaan juga terus merugi.[2] Berkat kecakapan dua bersaudara ini, pada tahun 1864, Cadbury kembali meraup keuntungan.[2] Dua bersaudara ini memutuskan untuk berfokus untuk mengolah coklat, dan tidak lagi mengolah teh dan kopi, dan juga diikuti dengan meningkatkan kualitas hasil produksi coklat mereka.[2] Gebrakan besar perusahaan ini terjadi pada tahun 1866 saat Richard dan George memperkenalkan 'kakao yang telah dikembangkan' ke Inggris.[3] Sebuah proses penekanan kakao baru diciptakan di Belanda, dan melepas beberapa bagian kakao yang tidak enak dimakan.[3] Cadbury mulai mengekspor produknya, pada dekade 1870-an.[3] Pada dekade 1880-an, Cadbury mulai memproduksi camilan coklat.[2] Pada tahun 1878, dua bersaudara ini memutuskan untuk membangun pabrik baru di pinggiran kota, sekitar enam kilometer dari pusat kota Birmingham.[2] Perpindahan ke pinggiran kota ini tidak pernah dilakukan oleh pebisnis manapun saat itu.[2] Letaknya yang berada di pinggir kota, memudahkan akses transportasi susu (yang dikirim dari kanal) dan juga kakao yang dikirim lewat rel dari pelabuhan London, Southampton, and Liverpool. Dengan makin berkembangnya jaringan rel milik Birmingham West Suburban Railway di sepanjang alur Kanal Worcester dan Birmingham, mereka membeli perumahan di Bournbrook, seluas 145 ekar (59 ha) sejauh 5 mil (8,0 km) dari pusat kota Birmingham. Terletak dekat dengan Stirchley Street railway station, yang juga dekat dengan kanal. Mereka menamai perumahan itu "Bournville", dan mereka juga membuka pabrik Bournville pada tahun berikutnya. Pada tahun 1893, George Cadbury membeli 120 ekar (49 ha) tanah dekat dengan pabrik dengan uangnya sendiri, dan ia berencana membangun sebuah perumahan pegawai yang akan "meringankan kondisi hidup pegawai yang makin sesak". Pada tahun 1900, perumahan ini terdiri dari 314 rumah yang berdiri diatas tanah seluas 330 ekar (130 ha). Karena keluarga Cadbury adalah seorang Quaker, maka di perumahan ini tidak ada satupun "tempat hiburan".[2] Pada tahun 1897, mengikuti perusahaan coklat asal Swiss, Cadbury juga memperkenalkan produk-produk coklat susu batangannya.[4] Pada tahun 1899, Cadbury menjadi Perseroan Terbatas.[4] 1900–1969Pada tahun 1905, Cadbury meluncurkan varian Cadbury Dairy Milk, sebuah varian coklat yang memiliki proporsi susu lebih banyak, jika dibandingkan dengan varian sebelumnya.[3] Dairy Milk dikembangkan oleh George Cadbury, Jr. Ini juga pertama kalinya, perusahaan asal Inggris mampu memproduksi coklat susu dalam jumlah banyak.[4] Dari awal peluncurannya, Dairy Milk telah dibungkus dengan bungkus warna ungu yang khas.[4] Dairy Milk akhirnya menjadi produk paling laris dari Cadbury pada tahun 1914.[3] Pada tahun 1906, varian Bournville Cocoa juga diperkenalkan.[3] Cadbury Dairy Milk dan Bournville Cocoa ini disiapkan untuk ekspansi cepat Cadbury pada masa setelah perang.[3] Pada tahun 1910, hasil penjualan coklat Cadbury menyalip hasil penjualan dari J.S. Fry & Sons untuk pertama kalinya.[4] Varian Cadbury Milk Tray pertama kali diproduksi pada tahun 1915 dan terus diproduksi hingga Perang Dunia I. Lebih dari 2.000 pegawai pria di Cadbury bergabung dengan Tentara Inggris untuk mendukung upaya perang Inggris, Cadbury juga menyediakan pakaian, buku, dan coklat untuk para tentara, pabrik Bournville juga dikembangkan dan produksi coklat dimulai dengan sungguh-sungguh. Pada tahun 1918, Cadbury membuka pabrik pertama di luar Inggris, yakni di Hobart, Tasmania. Pada tahun 1919, Cadbury bergabung dengan J.S. Fry & Sons, perusahaan coklat terkemuka di Inggris, menghasilkan integrasi dari merek-merek terkenal seperti Fry's Chocolate Cream and Fry's Turkish Delight.[3] Pada tahun 1921, pabrik-pabrik kecil milik Fry di sekitar Bristol ditutup, dan produksi coklat dipusatkan di pabrik baru di Somerdale, di pinggiran Bristol.[4] Cadbury pun mengembangkan produk coklatnya dengan meluncurkan Flake (1920), Cadbury Creme Egg (1923), Fruit and Nut (1928), dan Crunchie (1929). Pada tahun 1930, Cadbury menjadi perusahaan terbesar ke-24 di Inggris, jika dihitung berdasarkan nilai pasarnya.[3] Pada tahun 1935, Cadbury mengambil kendali penuh atas Fry.[4] Varian Dairy Milk Whole Nut diperkenalkan pada tahun 1933, dan varian Cadbury Roses juga diperkenalkan pada tahun 1938.[5] Berkat Cadbury, untuk pertama kalinya coklat tidak lagi menjadi barang mewah dan menjadi barang yang terjangkau untuk semua kelas ekonomi.[4] Pada pertengahan dekade 1930-an, Cadbury memperkirakan bahwa 90% rakyat Inggris telah mampu membeli coklat.[6] Pada tahun 1936, varian Dairy Milk pun menguasai 60% dari seluruh penjualan coklat susu di Inggris.[4] Selama Perang Dunia II, sebagian pabrik Bournville diubah menjadi pabrik yang memproduksi mesin giling dan kursi untuk pesawat tempur. Pegawai Cadbury juga membajak lapangan sepak bola untuk ditanami tanaman pangan. Karena coklat dianggap sebagai makanan penting, maka produksi coklat diawasi sepenuhnya oleh pemerintah pada masa perang. Pengawasan ini berakhir pada tahun 1950, dan produksi dilanjutkan secara normal kembali. Cadbury akhirnya membangun pabrik baru untuk menghadapi permintaan yang meningkat.[7] Pada tahun 1952, pabrik baru di Moreton, Merseyside dibangun.[8] Pada tahun 1967, Cadbury mengakuisisi produsen camilan asal Australia, MacRobertson's, mengalahkan Mars yang juga berminat mengakuisisi perusahaan ini.[9] Sebagai hasilnya, Cadbury pun merebut 60% pangsa pasar coklat susu di Australia.[9] Bergabung dengan Schweppes (1969)Cadbury bergabung dengan produsen minuman Schweppes, untuk membentuk Cadbury Schweppes pada tahun 1969.[10] Kepala dari Schweppes, Lord Watkinson, menjadi pemimpin, sementara itu, Adrian Cadbury menjadi wakil pemimpin dan direktur operasional.[10] Namun keuntungan dari penggabungan ini tidak tampak sama sekali.[11] Penggabungan ini justru mengakhiri hubungan dekat antara Cadbury dengan budaya penganut Quaker.[12] Pada tahun 1978, Cadbury Schweppes mengakuisisi Peter Paul Candy Manufacturing Company, produsen coklat terbesar ketiga di Amerika Serikat dengan nilai US$58 juta, yang akhirnya memberi Cadbury Schweppes kuasa atas 10% pangsa pasar camilan di seluruh dunia.[13] Varian coklat batangan Wispa diluncurkan di Inggris Timur Laut pada tahun 1981, dan diluncurkan untuk seluruh Inggris pada tahun berikutnya.[14] Pada tahun 1982, untuk pertama kalinya, keuntungan penjualan di luar Inggris lebih besar daripada keuntungan di dalam Inggris.[11] Pada tahun 1986, Cadbury Schweppes menjual divisi Minuman dan Makanannya ke Premier Brands dengan nilai £97 juta.[15] Ini membuat Cadbury Schweppes tidak lagi memproduksi beberapa produk, antara lain Typhoo Tea, Kenco, Smash dan selai Hartley's.[15] Premier juga mengambil lisensi untuk memproduksi biskuit dan minuman coklat milik Cadbury Schweppes.[15] Sementara itu, Schweppes berganti mitra di Inggris dari Pepsi ke Coca-Cola, dan membentuk joint venture dengan membentuk Coca-Cola Schweppes .[15] Akuisisi terhadap Canada Dry melipat gandakan pangsa pasar penjualan minuman perusahaan ini, Cadbury Schweppes juga membeli 30% saham di Dr Pepper.[15] Sebagai hasil dari akuisisi ini, Cadbury Schweppes pun menjadi produsen soft drink terbesar ketiga di dunia.[15] Pada tahun 2000, Triarc menjual merek Snapple, Mistic Brands, dan Stewart's Fountain Classics ke Cadbury Schweppes dengan nilai US$1.45 milliar.[16] Pada bulan Oktober 2000, Cadbury Schweppes juga membeli merek RC Cola dari Triarc.[17] Pecah dengan SchweppesPada tahun 2007, Cadbury Schweppes mengungkapkan rencananya untuk membagi bisnisnya menjadi dua entitas yang berdiri sendiri. Dimana satu entitas berfokus di pasar coklat dan camilan, sedangkan entitas yang lain berfokus pada bisnis minuman di Amerika Serikat.[18] Pemecahan ini mulai efektif pada 2 Mei 2008, dengan berdirinya Dr Pepper Snapple Group, untuk menangani bisnis minuman di AS.[19] Pada bulan Desember 2008, Cadbury Schweppes mengumumkan bahwa unit bisnis minumannya di Australia akan dijual ke Asahi Breweries.[20] Perubahan Nama (2003)Pada tahun 2003, Cadbury menghapus huruf 's' dari nama sebelumnya, "Cadbury's". Cadbury berpendapat bahwa nama baru ini lebih baik dan jelas. Perubahan ini diumumkan pada tanggal 19 Desember 2002.[butuh rujukan] 2007–2010Pada bulan Oktober 2007, Cadbury mengumumkan penutupan dari pabrik di Somerdale, yang sebelumnya merupakan pabrik milik Fry. Hampir 700 pekerja terpengaruh oleh penutupan ini. Produksi coklat akhirnya dipindahkan ke pabrik lain di Inggris dan Polandia.[21] Pada tahun 2008, Monkhill Confectionery, divisi penjualan dari Cadbury dijual ke Tangerine Confectionery dengan harga £58 juta. Penjualan ini meliputi 3 pabrik di Pontefract, Cleckheaton, dan York, serta sebuah pusat distribusi di Chesterfield. Selain itu, 800 pekerja juga disertakan dalam penjualan ini.[22] Pada pertengahan tahun 2009, Cadbury memutuskan untuk menambahkan minyak kelapa sawit ke dalam krim coklat untuk produk coklatnya di luar Inggris. Walaupun Cadbury telah menyatakan bahwa penambahan ini merupakan respon terhadap permintaan konsumen untuk meningkatkan rasa dan teskstur, tetapi di kemasan produknya di Selandia Baru tidak ada pemberitahuan tentang penambahan ini. Reaksi signifikan ditunjukkan oleh pecinta lingkungan dan pecinta coklat. Pada bulan Agustus 2009, Cadbury mengumumkan bahwa produknya tidak akan ditambah dengan minyak kelapa sawit lagi, dan hanya akan menggunakan krim coklat.[23] Sebagai tambahan, Cadbury juga akan membeli biji kakao lewat Fair Trade.[24] Pada bulan Januari 2010, Kraft, yang tertarik untuk membeli Cadbury, menyatakan berjanji untuk menghormati komitmen ini.[25] Akuisisi oleh Kraft FoodsPada tanggal 7 September 2009, Kraft Foods memberi tawaran sebesar £10.2 milliar (US$16.2 milliar) untuk membeli Cadbury. Tetapi tawaran ini ditolak, karena Cadbury menganggap bahwa tawaran ini terlu rendah.[26] Pada tanggal 9 November 2009, Kraft kembali mengajukan tawaran sebesar £9.8 milliar kepada Cadbury.[27] Sekretaris Negara bidang Bisnis Inggris, Peter Mandelson memperingatkan Kraft agar tidak mencoba untuk "membuat uang cepat" dengan mengakuisisi Cadbury.[28] Pada tanggal 19 Januari 2010, diumumkan bahwa Cadbury dan Kraft Foods telah mencapai kesepakatan bahwa Kraft akan membeli Cadbury seharga £8.40 per unit saham, yang artinya sekitar £11.5 milliar (US$18.9 milliar). Kraft menyatakan bahwa akuisisi ini akan menciptakan "pemimpin pasar camilan dunia". Kraft diberitakan harus meminjam uang sebesar £7 milliar (US$11.5 milliar) untuk membiayai akuisisi ini, .[29] Sebelumnya, The Hershey Company, yang bermarkas di Pennsylvania, produsen dan distributor merek coklat milik Cadbury di Amerika Serikat, telah menyatakan ketertarikannya untuk membeli Cadbury karena itu akan melebarkan jalannya ke pasar internasional yang cepat berkembang.[30][31] Tetapi, pada tanggal 22 Januari 2010, Hershey mengumumkan bahwa Hershey tidak akan melawan tawaran terakhir Kraft kepada Cadbury.[32][33][34] Akuisisi ini mendapatkan banyak penolakan dari masyarakat Inggris, termasuk persatuan dagang, Unite the Union,[35] yang terang-terangan tidak setuju atas akuisisi ini, yang menurut Perdana Menteri, Gordon Brown, Cadbury sangatlah berperan penting untuk mendukung ekonomi Inggris.[36] Unite memperkirakan bahwa akuisisi ini dapat membahayakan pekerjaan 30.000 orang.[30][37][38] Sementara itu, pemangku kepentingan di Inggris memprotes biaya konsultasi akuisisi yang ditagih oleh bank. Bank yang dipakai Kraft sebagai konsultan akuisisi ini adalah UBS, Goldman Sachs, dan Morgan Stanley.[39][40][41] Ironis, jika mengingat bahwa 84% saham di RBS, yang dimiliki oleh Pemerintah Inggris, malah ikut berperan dalam proses akuisisi ini.[42][43] Pada tanggal 2 Februari 2010, Kraft telah menyelesaikan pengambilalihan 71% saham di Cadbury.[44] Kraft disyaratkan harus mengambil alih 75% saham di Cadbury agar dapat menarik Cadbury dari bursa efek dan mengintegrasikannya sebagai anak usaha dari Kraft. Pada 5 Februari 2010, Kraft mengumumkan bahwa Cadbury akan resmi ditarik dari bursa efek pada 8 Maret 2010.[45] Pada tanggal 3 Februari 2010, 3 jajaran direksi Cadbury, Roger Carr, Todd Stitzer, dan Andrew Bonfield[46] mengumumkan pengunduran diri mereka. Stitzer tercatat telah bekerja di Cadbury selama 27 tahun.[47] Pada tanggal 9 Februari 2010, Kraft mengumumkan rencana penutupan Pabrik Somerdale di Keynsham.[48] Manajemen menjelaskan bahwa rencana untuk memindahkan produksi ke Polandia sudah terlalu matang, dan tidak mungkin dibatalkan, meskipun Kraft telah memberi jaminan untuk mempertahankan pabrik ini. Staf di Keynsham mengkritik langkah ini, menunjukkan bahwa mereka merasa dikhianati dan seolah-olah mereka telah "dipecat dua kali" (atas akuisisi J.S. Fry & Sons oleh Cadbury dan atas akuisisi Cadbury oleh Kraft).[49] Pada tanggal 22 April 2010, Phil Rumbol, pria dibalik iklan Gorilla yang fenomenal dari Cadbury, mengumumkan rencananya untuk meninggalkan Cadbury pada bulan Juli, menanggapi akuisisi Kraft atas Cadbury.[50] Pada bulan Juni 2010, divisi Cadbury di Polandia, Cadbury-Wedel, dijual ke Lotte. Ini disyaratkan oleh Komisi Eropa atas akuisisi Kraft terhadap Cadbury. Sebagai bagian dari akuisisi, Kraft akan memiliki hak atas merek Cadbury, Hall's dan merek lainnya, serta dua pabrik Cadbury di Skarbimier.Sementara itu, Lotte akan mengambil alih pabrik Cadbury di Warsawa, serta merek E Wedel.[51] Pada tanggal 4 Agustus 2011, Kraft Foods mengumumkan bahwa Kraft akan dipecah menjadi 2 perusahaan yang berdiri sendiri mulai 1 Oktober 2012. Divisi camilan dari Kraft berdiri sendiri menjadi Mondelēz International, dimana Cadbury akan tergabung didalamnya. Cadbury di IndonesiaSaat ini produk Cadbury di Indonesia yang utama adalah coklat batangan bermerek "Dairy Milk". Hampir semua produknya merupakan impor luar negeri (dari Malaysia), dan dipasarkan oleh anak usaha Mondelēz International di Indonesia, PT Mondelez Indonesia Trading.[52] Sebelumnya produknya diedarkan oleh PT Cadbury Indonesia yang juga sempat memproduksinya di dalam negeri. Produk ini pertama kali masuk secara resmi dengan diperkenalkan oleh PT Cipta Rasa Primatama (CRP), anak usaha PT Kalbe Farma. Perusahaan ini awalnya didirikan di tanggal 12 November 1982 dengan nama PT Tatas Mulia dan mengganti namanya menjadi PT CRP di tanggal 2 Oktober 1985, dengan pabrik berada di Pulogadung, Jakarta Timur.[53] Mulanya perusahaan ini memproduksi makanan bayi Milna,[54] yang kemudian dialihkan ke PT Bukit Manikam Sakti.[55] Lalu, PT CRP banting setir memproduksi makanan ringan dengan merek "Gizanda" (Gizi Anda),[56] yang sayangnya kurang sukses,[57] sehingga kemudian produksinya dialihkan dengan membuat coklat batangan merek Cadbury. Pada tahun 1990 Cadbury Schweppes mengakuisisi 50% saham perusahaan ini, sedangkan sisanya masih milik Kalbe. Kemudian di tahun 1994, Kalbe melepas seluruh sahamnya, dengan 70% menjadi milik Cadbury dan 30% milik Frans Renueker.[58] Dalam waktu yang tidak terlalu jauh (Desember 1994) Cadbury Schweppes mengakuisisi 69% saham PT Trebor Indonesia,[58] produsen permen merek "Trebor" yang sudah berdiri sejak Juli 1971 di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.[59] Mulanya perusahaan ini dimiliki oleh Trebor (HK) Ltd. 57%, Boustead (HK) Ltd. 18% dan Kuntjoro (mitra lokal) 25%. Adapun pasca-akuisisi, sisa sahamnya masih dimiliki Kuntjoro.[58] Akuisisi ini seiring pengambilalihan Cadbury Schweppes terhadap Trebor Ltd., pemilik PT Trebor Indonesia yang juga berbasis di Inggris. Belakangan, dalam rangka restrukturisasi, PT Cipta Rasa Primatama dimerger dengan PT Trebor Indonesia serta PT Tridadi Trading (perusahaan distribusi) pada akhir 1990-an, dengan perusahaan hasil merger menjadi PT Cadbury Indonesia. Pabriknya kini dipusatkan di Pulogadung (eks-pabrik PT CRP) yang memproduksi coklat Cadbury dan permen Trebor.[60] Hanya beberapa tahun pasca-merger, pada Februari 2007 PT Cadbury Indonesia mengumumkan keputusan untuk menutup pabriknya di Indonesia, dengan produksi produknya akan dialihkan ke Thailand dan Malaysia. Alasannya adalah karena kenaikan bahan baku produksi yang memaksa efisiensi dilakukan. Sebagai persiapannya perusahaan ini mem-PHK 1.500 pekerja dan melelang mesin-mesin produksinya.[61][62] Sejak saat itu produk Cadbury di Indonesia berasal dari impor luar negeri, yang tetap berlangsung meskipun Cadbury kemudian diakuisisi oleh Kraft Foods (selanjutnya Mondelez) yang memiliki pabrik di Indonesia. Pada tahun 2014 produk Cadbury sempat menggegerkan pasar Indonesia setelah produsennya di Malaysia dituduh memproduksi coklat yang mengandung DNA babi (porcine). Namun, menurut hasil kajian BPOM dan MUI, produk non-halal tersebut tidak diimpor ke Indonesia.[63][64] Referensi
Pranala luar |