Cahaya dari Timur: Beta Maluku (judul internasional: We Are Moluccans) adalah film dramabiografi olahraga Indonesia tahun 2014 yang dibintangi oleh Chicco Jerikho dan Shafira Umm. Film ini dirilis pada tanggal 19 Juni 2014. Diangkat dari kisah nyata, Film Cahaya Dari Timur: Beta Maluku sejak awal mengambil pilihan untuk menghadirkan gambaran kondisi yang sebenarnya berdasarkan cerita. Pendekatan sosial budaya dan akurasi fakta menjadi elemen penting dalam pengerjaan film ini.
Keunikan film ini juga terletak pada keputusan untuk menggunakan dialogAmbon dalam keseluruhan film, dan dipilihnya aktor-aktor muda berbakat asli Maluku untuk mengisi peran anak-anak yang ada. Film dengan tema tentang sepak bola ini juga mendapatkan dua Piala Citra termasuk untuk Film Terbaik pada Festival Film Indonesia 2014.
Sinopsis
Sani Tawainella (Chicco Jericho) ingin menyelamatkan anak-anak di kampungnya dari konflik agama yang terjadi di Ambon melalui sepak bola. Di tengah kesulitan hidup serta pilihan antara keluarga atau tim sepak bolanya, Sani ditugaskan membawa timnya mewakili Maluku di kejuaraan nasional. Namun keputusannya membaurkan anak-anak yang berbeda agama dalam satu tim justru menyebabkan perpecahan.
Pemeran
Chicco Jerikho sebagai Sani Tawainella, Seorang mantan pemain sepak bola yang gagal lalu berakhir sebagai seorang tukang ojek. Sani berjuang menghidupi keluarganya dan bertahan di tengah situasi konflik yang serba tidak menentu. Ia menyaksikan anak-anak di Tulehu juga terseret arus konflik. Sani lantas berketetapan hati untuk melatih anak-anak bermain sepak bola agar tidak terlibat dalam konflik.[1]
Shafira Umm sebagai Haspa Umarella, Ia mencintai Sani dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Haspa percaya bahwa Suaminya memiliki niat baik yang harus didukung meski situasi ekonomi keluarga harus tergadaikan. Haspa selalu mengingatkan Sani tentang prioritas hidup. Suatu hari Sani mengecewakannya, membuat ia memutuskan pergi dari rumah, keadaan yang membuat Sani frustasi.
Abdurrahman Arif sebagai Josef Matulessy, Seorang guru olahraga dari desa komunitas Kristen ini percaya bahwa Sani Tawainella adalah orang yang tepat untuk membantunya mempersiapkan timnya untuk sebuah turnamen. Josef mengakui kemampuan Sani dalam sepak bola dan menyebutnya mampu memotivasi. Josef bersama Sani mempersatukan anak-anak yang dulu bertikai dan menjadi kebanggaan.
Burhanuddin Ohorella sebagai Alfin Tuasalamony, Di antara teman-temannya, Alvin adalah penyeimbang. Sejak awal ia didukung ibunya untuk bermain bola. Suatu hari ia berjanji akan mengubah nasib ibunya dengan membawa uang 1 miliar lewat sepak bola. Di kehidupan nyata, karakter Alvin menjadi satu dari beberapa anak didik Sani yang berhasil menjadi pemain sepak bola profesional.
Aufa Assegaf sebagai Hari Zamhari Lestaluhu, Ia selalu menyahut dengan “Jago” bila diabsen Sani. Ia menjadi kapten tim karena dianggap paling dewasa. Lepas dari sikap tenang di antara teman-temannya, ia juga memendam persoalan; ayahnya, satu-satu orang tua yang dimilikinya tidak merestui cita-citanya untuk jadi pemain sepak bola professional.
Bebeto Leutualy sebagai Salim Ohorella, Bakat sepak bola Salim Ohorela atau yang akrab disapa “Salembe” memang paling menonjol di antara teman-temannya, tetapi sikapnya yang tidak disiplin sering membuatnya terganjal persoalan. Salembe adalah anak yang keras hati, ia menaruh pandangan bahwa tidak ada hubungan antara sepak bola dan perbedaan agama; sesuatu yang pada akhirnya didustainya karena berhubungan dengan sebab kematian ayahnya.