Datu Haji Batu
Syekh Abdul Malik (atau dikenal dengan nama Haji Batu) adalah seorang ulama yang hidup pada abad ke-16 dan meninggal pada tahun 1640 Masehi di daerah Kesultanan Banjar. Ada yang berpendapat bahwa dia berasal dari Samudera Pasai-Aceh bila dilihat dari tipologis makamnya di Kompleks Makam Sultan Suriansyah dan mungkin termasuk ulama yang mengembangkan tarekat Naqsyabandiyah. Dia pernah belajar di Makkah dan berdiam di daerah Martapura, sebelum akhirnya berdiam di daerah Kuin, Banjarmasin sampai akhir hayatnya.[1][2] Gelar "Haji Batu" diperoleh Syekh Abdul Malik karena memiliki kemampuan pada tangannya yang keras seperti batu setelah pulang dari Makkah.[1] Menurut Yusliani Noor, kemampuan ini mencerminkan kekuatan zikir Ismun A'zam yang sering diamalkan penganut tarekat Naqsabandiyah yang melafalkan kalimat "Huwa-Huwa" di dalam hati. Huwa atau Ha-Marbutah (Ha-Kurung) sebagai Lam-Jalallah yang diyakini mampu melindungi seorang mukmin dari berbagai macam marabahaya.[2] Referensi
|