Share to:

 

Deisme Inggris

Lukisan John Locke tahun 1697, oleh Sir Gotfrey Kneller

Deisme adalah satu ajaran pencerahan pada ke-18 yang memandang bahwa selain Alkitab, akal budi menjadi sarana bagi manusia untuk mengenal Allah.[1] Ajaran tradisional yang menekankan kemanusiaan Yesus.[1] Ajaran ini menghasilkan sikap toleransi sesuai eksistensi manusia sosial dan rasional.[2] Ajaran pencerahan yang mengungkapkan manusia tidak perlu tunduk kepada segala hal yang ada di luar dirinya sendiri.[1] Salah satu pikiran di Eropa Barat saat itu misalnya, pada mulanya alam dan hukumnya tersembunyi dalam kegelapan, dan Allah bersabda, jadilah Newton, maka segala sesuatu menjadi terang.[3]

Pencerahan disebabkan konteks Eropa yang kacau balau setelah perang yang berkepanjangan (Perang Tiga Puluh Tahun) antara Kelompok Protestan dan Kelompok Katolik.[2] Perang tersebut mengakibatkan jutaan korban jiwa, dekandensi moral, hancurnya perekonomian, kemiskinan meningkat dan ketidakpercayaan kepada agama yang terlalu dogmatis.[2]

Deisme di Inggris

Kuburan David Hume di Edinburgh

Pencerahan di Inggris yang disebut Deisme.[1] Pengaruh pencerahan ini menekankan kemampuan super rasio dan menolak otoritas adikodrati.[1] Deisme adalah suatu ajaran atau paham rasional yang percaya bahwa Allah ada dan dapat dilihat melalui kerumitan dan hukum-hukum alam.[1] Akan tetapi, Allah tidak turut serta dalam perkembangan alam dan kehidupan manusia yang bekerja berdasarkan prinsip-prinsip alam yang dibuatnya.[1] Secara sederhana, Allah adalah pencipta alam pada taraf tingkat kerumitannya, tetapi Allah hanya menanamkan prinsip-prinsip kerja dalam alam.[1] Kemudian sang adikodrati melepaskan alam dan manusia untuk bekerja dengan sendirinya.[1] Th van den End menganalogikan, seperti arloji yang berjalan secara otomatis.[1]

Deisme muncul bersamaan dengan lahirnya sebuah aliran filsafat empirisme yang digagas oleh John Locke.[1] Salah satu tokoh yang berperan dalam gerakan Pencerahan tentang toleransi.[1] John Locke mengatakan, bahwa penyataan Allah sesuai dengan akal budi manusia.[1] Di Inggris, pergerakan Deisme berkembang sangat cepat, karena orang-orang bebas untuk berpendapat memiliki tokoh-tokoh ilmuwan seperti Newton, David Hume dan John Locke.[4] Tokoh besar pertama dari Deisme adalah Herbert dari Cherbury.[4] Herbert meengatakan, agama yang sejati haruslah universal, tidak hanya menuntut kesetiaan buta atas ajaran Alkitab dan tokoh-tokoh gereja.[4] Agama tidak berdasarkan pada keselamatan yang khusus, ataupun gerak sejarah, tetapi cukup pada naluri alamiah dari setiap keberadaan manusia.[4]

Kemudian Deisme di Inggris mencapai puncaknya pada pemikiran David Hume.[3] Segala sesuatu yang tidak rasional dan empiris harus disingkirkan ke dalam api.[3] Kemudian Deisme tersebar ke luar Inggris, bahkan secara radikal di Prancis oleh Voltaire, Diderot, Rousseau.[3] Menurut Cairns, Deisme memiliki beberapa ajaran yang penting yaitu percaya pada Allah sebagai penyebab awal dari segala sesuatu dalam dunia yang kemudian meninggalkannya bekerja dalam hukum alam; tidak ada tempat bagi mukjizat dan Alkitab sebagai penyataan dari Allah; Yesus hanya dianggap sebagai guru moral, manusia hanya menyembah pada Allah saja; dan Alkitab hanya buku pedoman moral, karena bagi manusia secara alamiah sumber moral ada pada pikirannya sendiri.[2]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m (Indonesia) Th Van den End. Harta dalam Bejana, Sejarah Gereja Ringkas. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2005. 233, 230, 232, 231
  2. ^ a b c d (Indonesia) Earle E. Cairns. Earle E. Chirstianity Through The Centuries: a History of The Christian Church. Michigan: Zondervan Publishing. 1996. 380, 347-349, 387 Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Cairns" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  3. ^ a b c d (Indonesia) Simon Petrus L. Tjahjadi. Petualangan Intelektual: Konfrontasi dengan Para Filsuf dari Zaman Yunani hingga Zaman Modern. Yogyakarta: Kanisius. 2004. 182, 181, 247
  4. ^ a b c d (Inggris) Justo L. Gonzalez. Story of Christianity Volume 2: The Reformation to The Present Day. San Francisco: Harper & Row. 1984. 190

Lihat pula

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya