DispensasionalismeDispensasionalisme adalah salah satu cabang dari teologi Kristen yang mengajarkan sejarah Alkitab sebagai serangkaian pengaturan atau administrasi, masing-masing dengan penekanannya terhadap kesinambungan dari perjanjian-perjanjian dalam Perjanjian Lama yang dibuat Allah dengan umat pilihannya melalui Abraham, Musa dan Daud. Dispensasionalisme adalah sebuah kerangka penafsiran untuk memahami keseluruhan alur Alkitab, dan sering kali dikontraskan dengan penafsiran yang berlawanan yaitu Supersesionisme yang juga disebut sebagai Teologi Pengganti. Dalam pengertian yang sederhana, Supersesionisme mengatakan bahwa agama Kristen menggantikan Yudaisme, sementara Dispensasionalisme mengajarkan bahwa agama Kristen memulihkan unsur-unsur yang hilang dari Yudaisme. Jadi, banyak penganut dispensasionalis yang percaya akan Restorasionisme. Sebagai masalah praktis, Dispensasionalis Kristen kadang-kadang memeluk apa yang disebut oleh para kritikusnya dengan nada mengejek Yudeofilia (pecinta Yahudi) – yang merentang dari mendukung negara Israel atau berusaha mempelajari bahasa Ibrani sebagai alat bantu untuk mempelajari Alkitab, hingga merayakan hari-hari raya tradisional Yahudi dan mempraktikkan ritual-ritual keagamaan Yahudi. Lihat pula Kristen Yahudi dan Yudaisme. SejarahDispensasionalisme dilahirkan dari gerakan keagamaan yang gelisah di Inggris dan Irlandia pada 1820-an. Gerakan ini berakar dalam gerakan Plymouth Brethren, khususnya ajaran-ajaran John Nelson Darby (1800–1882). Darby membangun di atas tema-tema yang umum di antara kaum Calvinis yang radikal dalam gerakan Evangelikal dari awal abad ke-19, tetapi ia menguraikan sebuah sistem yang lebih rumit dan lengkap untuk menafsirkan Alkitab daripada para penulis sebelumnya. Gerakan Plymouth Brethren, yang pada hakikatnya adalah sebuah reaksi terhadap Gereja Inggris yang mapan dan eklesiloginya, menjadi terkenal karena sikapnya yang anti-denominasional, anti-klerus, dan anti-kredo. Pada 1848, Plymouth Brethren terpecah menjadi kelompok "Eksklusif" yang dipimpin oleh Darby dan kelompok yang "Terbuka". Pandangan-pandangan Darby menjadi dominan di antara kaum Brethren Eksklusif, tetapi baru menyebar di antara kaum Brethren Terbuka pada tahun 1870-an atau 1880-an. Dispensasionalisme pertama kali diperkenalkan di Amerika Utara oleh James Inglis (1813–1872), melalui sebuah majalah bulanan yang bernama Waymarks in the Wilderness (“Tanda-tanda di Padang Gurun”), yang terbit secara tidak teratur antara 1854 dan 1872. Pada 1866, Inglis mengadakan Pertemuan Orang-orang Percaya untuk Pendalaman Alkitab, yang memperkenalkan gagasan-gagasan dispensasionalis kepada sebuah kelompok kecil Evangelikal Amerikan namun berpengaruh. Setelah kematiannya, James H. Brookes (1830–1898), seorang pendeta di St. Louis, mengorganisir Konferensi Alkitab Niagara untuk melanjutkan penyebaran gagasan-gagasan dispensasionalis. Dispensasionalisme mengalami kemajuan pesat setelah Dwight L. Moody (1837–1899) belajar tentang "kebenaran dispensasional" dari seorang anggota Brethren yang tidak diketahui pada 1872. Moody menjadi dekat dengan Brookes dan kaum dispensasionalis lainnya, dan mendorong penyebaran Dispensasionalisme, tetapi tampaknya ia tidak pernah mempelajari nuansa-nuansa dari sistem dispensasionalis. Dispensasionalisme mulai berkembang pada masa ini, terutama sekali setelah sekelompok dispensasionalis penting mengajukan gagasan tentang Pengangkatan (Rapture) "pasca-penderitaan besar". Para pemimpin Dispensasionalis di kalangan Moody termasuk Reuben Archer Torrey (1856–1928), James M. Gray (1851–1925), Cyrus I. Scofield (1843–1921), William J. Eerdman (1833–1923), A. C. Dixon (1854–1925), A. J. Gordon (1836–1895) dan William Blackstone, pengarang buku yang laris pada 1800-an "Jesus is Coming" (yang disokong oleh Torrey dan Eerdman). Orang-orang ini adalah penginjil-penginjil aktivis yang mempromosikan serangkaian konferensi Alkitab dan usaha-usaha misionaris dan penginjilan lainnya.. Mereka juga melembagakan secara permanen gerakan dispensasionalis dengan mengambil kepemimpinan dalam lembaga-lembaga Alkitab yang baru seperti Institut Alkitab Moody (1886), Institut Alkitab di Los Angeles (1907), dan Sekolah Tinggi Alkitab Philadelphia—kini Universitas Alkitabiah Philadelphia (1913). Jaringan lembaga-lembaga yang terkait yang segera muncul menjadi nukleus bagi penyebaran Dispensasionalisme Amerika. Kerja keras C. I. Scofield dan rekan-rekannya memperkenalkan Dispensasionalisme kepada khalayak yang lebih luas di Amerika dan memberikan kehormatan kepada gerakan ini melalui Alkitab Referensi Scofield. Penerbitan Alkitab Referensi Scofield pada 1909 oleh Oxford University Press merupakan suatu kudeta sastra yang inovatif bagi gerakan ini, karena untuk pertama kalinya, catatan-catatan yang terang-terangan dispensasionalis ditambahkan ke dalam halaman-halaman teks Alkitab. Alkitab Referensi Scofield menjadi Alkitab utama yang dipergunakan oleh kaum Evangelikal dan Fundamentalis independen di AS selama enam puluh tahun berikutnya. Lewis Sperry Chafer (1871–1952), yang sangat dipengaruhi oleh C. I. Scofield, mendirikan Seminari Teologi Dallas pada 1924, yang telah menjadi perahu utama Dispensasionalisme di Amerika. Dispensasionalisme telah mendominasi panggung Evangelikal Amerika, khususnya di antara gereja-gereja non denominasional, banyak kelompok Baptis, dan kebanyakan Pentakostal serta kelompok Karismatik. Sebelum Dispensasionalisme, Teologi Perjanjian merupakan pandangan Protestan yang terkemuka mengenai sejarah penebusan dan hingga kini masih merupakan pandangan gereja-gereja Hervormd, meskipun kaum dispensasionalis akan mengatakan bahwa teori Perjanjian yang modern tidak jauh lebih tua daripada Dispensasionalisme. Sebuah pandangan yang relatif baru, yang dianggap sebagai alternatif ketiga, khususnya di antara kaum Baptis konservatif, disebut Teologi Perjanjian yang Baru. Namun, di luar agama Kristen Protestan, cabang-cabang agama Kristen lainnya (mis., Katolik Roma, Ortodoks Timur, Ortodoks Oriental) menolak baik Dispensasionalisme maupun Teologi Perjanjian. Teologi DispensasionalisLihat artikel utama: Teologi Dispensasionalis Dispensasionalisme berusaha menjawab apa yang dianggap banyak orang sebagai teologi-teologi yang berlawanan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Namanya berasal dari kenyataan bahwa gerakan ini berusaha melihat sejarah Alkitab sebagaimana dipahami melalui serangkaian dispensasi atau zaman yang secara khusus telah ditetapkan oleh Allah di dalam Alkitab.
Masing-masing zaman dikatakan mewakili suatu cara yang berbeda dari Allah dalam menangani manusia, sering kali dalam bentuk ujian yang berbeda untuk manusia. "Periode-periode ini ditandai dalam Kitab Suci oleh suatu perubahan dalam cara Allah menangani manusia, dalam hubungannya dengan dua persoalan: dosa, dan tanggung jawab manusia," C. I. Scofield menjelaskan. "Masing-masing zaman ini dapat dianggap sebagai sebuah ujian baru atas manusia yang alamiah dan masing-masing berakhir dengan penghakiman—menandakan kegagalan totalnya dalam masing-masing zaman." Empat ajaran dasarSelain ketujuh zaman ini, signifikansi teologis yang sesungguhnya dapat dilihat dalam empat ajaran dasar yang melatari ajaran dispensasional yang klasik. Dispensasionalisme menyatakan:
Berbagai pandangan di kalangan Dispensasionalisme masing-masing mempunyai tingkat yang berbeda-beda sejauh mana keempat ajaran tersebut dipegang. Dispensasionalisme Klasik dan Tradisional (atau Revisi) cukup kuat dalam berpegang kepada ajaran-ajaran di atas. Cabang Progresif dari teologi ini mengendurkan sebagian daripada perbedaan-perbedaan yang disebutkan di atas, sementara model Hiper-Dispensasional menciptakan serangkaian perbedaan yang lebih besar lagi. Malah, kebanyakan dispensasionalis akan menganggap Dispensasionalisme Progressif dan Hiper-Dispensasionalisme sebagai cabang-cabang teologi yang terpisah dari Dispensasionalisme, meskipun Dispensasionalisme Progresif telah menjadi cara pengajaran utama dalam praktis semua seminari yang secara tradisional bersifat Dispensasional. Pengaruh keyakinan dispensasionalisDispensasionalisme telah menghasilkan sejumlah pengaruh terhadap Protestanisme, setidak-tidaknya sebagaimana yang dipraktikkan di Amerika Serikat. Dengan mengajarkan secara konsisten bahwa binatang buas dalam Kitab Wahyu, atau sang Anti Kristus, adalah seorang pemimpin politik, Dispensasionalisme telah mengurangi penekanan tradisional dari masa Reformasi bahwa tokoh itu adalah Paus, dan Gereja Katolik Roma itu adalah Babel si pelacur, tetapi demikian hanya dalam cara yang kecil. Sementara Paus selalu digambarkan sebagai sang Anti Kristus dalam literatur Protestan selama ratusan tahun (bahkan sebelum mereka disebut Protestan selama masa Reformasi), ia biasanya masih diidentifikasikan dengan salah satu dari tiga agen utama Setan yang melakukan penipuan sedunia pada masa Penderitaan yang Hebat. Dispensasionalisme modern telah menyebabkan banyak orang Kristen Evangelikal di AS memisahkan perspektif tradisional mereka yang anti Katolik dan anti terhadap Paus dari perspektif mereka yang lebih bersimpati terhadap orang-orang awam Katolik. Sebagian penganut dispensasionalis, biasanya yang Fundamentalis, terus mengajarkan bahwa seorang paus (atau antipaus) kelak akan muncul sebagai sang Anti Kristus atau sebagai nabi palsu seperti yang digambarkan Kitab Wahyu. Pustaka
Lihat pula
Pranala luar
Referensi |