Dolok Tinggi Raja
SejarahDolok tinggi raja ditetapkan sebagai cagar alam dengan keputusan Zelfbestuur Besluit (ZB) Nomor 24 Tangga 16 April 1924, pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Hingga sekarang, kawasan ini masih berstatus cagar alam. Sejarah terbentuknya Kawah putih dolok tinggi raja belum diketahui dengan pasti. Warga Simalungun masih percaya terbentuknya kawah putih dan mata air panas dolok tinggi raja berdasarkan legenda rakyat.[3] LegendaDahulu kala daerah tinggi raja ini merupakan sebuah daerah raja-raja yang makmur. Ada seorang Raja yang mempunyai orang tua yang sudah tua renta, suatu ketika Raja tersebut hendak mengirim makanan lezat kepada orang tua nya yang sudah tua tersebut, maka sang Raja memerintahkan seorang petani Aren yang kala itu hendak pulang kedaerah tempat orang tua sang Raja tinggal. Ditengah perjalanan pesuruh raja tersebut lapar, dia memakan semua bekal ibu sang Raja dan hanya menyisakan makanan yang tidak layak, yakni berupa tulang belulang. Mendapati bekal makanan yang tidak layak hasil kiriman sang Raja, ibu sang raja pun murka, si ibu memanggil anak-anak nya yang lain untuk mengadakan sebuah acara tari-tarian dengan media seekor kucing. Ditengah acara tersebut terjadi sebuah insiden, dimana air panas yang sedah dimasak tumpah. Air panas yang tumpah tersebut meluas keseluruh daerah dan membanjiri daerah tersebut. Daerah yang dibanjiri air panas tersebut inilah yang kini kita dapati menjadi sebuah kawah air panas dan nama Tinggi Raja juga diambil karena cerita legenda ini dimana daerah ini dahulu kala adalah Kerajaan nya para Raja-raja.[4] AksesTinggi Raja sudah ditemukan sejak ratusan tahun lalu, tetapi karena akses menuju tempat ini sangat memprihatinkan. Akses jalan menuju ke cagar alam ini yang sangat terjal dan rusak parah. Sampai saat ini pemerintah setempat belum mampu memperbaiki akses jalan secara maksimal ke lokasi tersebut. Untuk sampai ke daerah cagar alam dolok tinggi raja, pengunjung dapat menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua, yang kemudian menempuh jarak sejauh 95 Km dari pusat kota Medan dengan rute perjalanan sebagai berikut: Medan melewati perisimpangan Kota Lubuk Pakam lalu menuju Galang kemudian melewati Dolok Masihul lalu masuk kepersimpangan Nagori Dolok dan sampailah ke kawasan cagar alam Dolok Tinggi Raja. Bukan hanya dari Lubuk Pakam, Melalui berastagi juga bisa di tempuh, yaitu melewati Saribu Dolok Kemudian Tiga Runggu dan masuk melalui simpang Pangalbuan Kec. Raya. Sampai saat ini belum ada kendaraan umum untuk mencapai ke kawasan ini. Referensi
Pranala luar |