Eksperimen psikologi merupakan metodepenelitianpsikologi yang dilakukan oleh peneliti yang melakukan aktivitas untuk memanipulasi terhadap objek psikologi yang akan diteliti. Ketika melaksanakan eksperimen terhadap manipulasi, peneliti harus bekerja sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. Hasil penelitian eksperimen psikologi harus bisa diamati, karena hasil yang diperoleh harus menunjukkan proses dan perlakuan eksperimen, dan menghindarkan dari opini dan persepsi.[3]
Anne Myers berpendapat bahwa eksperimen psikologi adalah prosedur yang terkontrol, dengan paling sedikit memiliki dua kondisi perawatan yang diberikan kepada dua subjek. Hal tersebut dilakukan untuk melihat pengaruh dari suatu hal tentang hubungan variabel bebas dan tergantung.[4]
Eksperimen Psikologi Paling Berpengaruh
Bidang Perkembangan Manusia
Perkembangan kognitif oleh Jean Piaget
Jean Piaget adalah seorang ahli biologi, namun Ia terkenal karena memiliki pemikiran yang dibuat menjadi sebuah karya teori kognisi. Jean Piaget dianggap memiliki peranan yang sangat besar dalam pengembangan teori kognisi.[6] Jean Piaget melakukan eksperimen selama ribuah jam terhadap anak-anak yang sedang bermain mengenai perilaku dan perasaannya. Fokus eksperimennya yaitu bagaimana cara anak belajar, berbicara, berpikir, bernalar dan akhirnya membentuk pertimbangan moral. Awal mula observasi dilakukan terhadap anaknya sendiri yang lahir di tahun, 1925, 1927 dan 1931 dan hasil pengamatan tersebut di publikasikan dalam sebuat karya penelitian yang berjudul the origins of inteligence in children dan the construction of reality in the child.[7] Teori perkembangan kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget. Teori tersebut menyatakan bahwa kecerdasan bisa berubah sesuai dengan masa pertumbuhan anak. Perkembangan anak bukan diukur dari pengetahuan saja, melainkan perkembangan mental.[8] Tahapan perkembangan kecerdasan menurut Jean Piaget, yaitu:
Tahap sensorimotor (Usia 18 - 24 bulan); pada tahapan ini bayi mengembangkan pemahaman melalui pengalaman sensorik dengan cara melihat, mendengarkan, juga melalui pengalaman tindakan seperti menggapai, dan menyentuh.[8] Kunci utama dari perkembangan sensorimotor yaitu anak memahami bahwa sesuatu yang terjadi karena faktor alamiah. Selain itu anak mulai mengetahui hubungan dari suatu kejadian, ke kejadian lainnya, juga mengenal orang asing yang ada di sekitarnya.[9]
Tahap praoperasional (usia 2-7 tahun), pada tahapan ini anak mulai mengenal makna secara simbolik, namun belum bisa menggunakan operasi kognitif.[8] Pada tahapan ini, anak-anak mulai memiliki imajinasi, hingga bisa memahami keberadaan masa lalu dan masa depan. Namun, cenderung menggunakan intuisi dan belum seutuhnya menggunakan pemikiran yang logis. Anak-anak belum bisa memahami tentang teori sebab-akibat, serta belum bisa menbandingkan.[9]
Tahap operasional (usia 7-11 tahun), pada tahapan ini anak mulai bisa mengorganisasi dan berpikir secara rasional dan mulai berpikir secara logis.[8] Pada tahapan ini, anak-anak belum menyadari bahwa perasaan mereka unik dan berbeda dengan orang lain. Pada tahapan ini anak-anak belum seutuhnya bisa berpikir secara abstrak.[9]
Tahap operasional formal (usia 12 tahun ke atas), pada tahapan ini anak sudah bisa berpikir secara abstrak dan bisa memanipulasi ide.[8] Pada tahapan ini, anak-anak sudah bisa menggunakan simbol yang berkaitan dengan konsep abstrak, seperti aljabar dan sains. Pemikiran yang dibangun pada tahapan ini sudah bisa sistematis, hingga bisa membuat pertimbangan kemungkinan yang akan terjadi.[9]
The nature of love oleh Harry Harlow
Harry Harlow adalah seorang psikolog yang meneliti tentang sifat cinta dan kasih sayangmanusia. Melalui eksperimen yang Ia lakukan, Ia membuktikan tentang betapa pentingnya keterikatan awal, kasih sayang, dan ikatan emosional dalam perjalanan perkembangan yang sehat.[10] Selama sepuluh tahun Harry Harlow melakukan eksperimen terhadap efek isolasi sosialparsial dengan cara merawat monyet sejak lahir dan seterusnya di kandangkawatkosong dan memisahkannya dari induk mereka. Monyet ini menderita karena terpisah dari ibunya, serta tidak memiliki kesempatan untuk membentuk ikatan kasih sayang dengan teman sebayanya.[11] Eksperimen Harlow membuktikan bahwa cinta sangat penting untuk perkembangan di masa anak-anak secara normal. Eksperimen tambahan oleh Harlow mengungkapkan kehancuran jangka panjang yang disebabkan oleh deprivasi, yang menyebabkan tekanan psikologis dan emosional yang mendalam dan bahkan kematian.[12]
Hubungan urutan kelahiran dan perkembangan intelektual oleh Robert Zajonc
Robert Zajonc adalah seorang psikolog sosial terkemuka di dunia. Robert Zajonc meneliti hubungan urutan kelahiran dengan perkembangan intelektual suatu anak. Urutan kelahiran merupakan urutan lahir dalam suatu keluarga hingga dapat memberikan label anak sulung, anak kedua, ketiga, dan seterusnya.[13] Robert Zajonc dan tim melakukan eksperimen terhadap lingkunganintelektual dalam sebuah keluarga. Kesimpulan dari eksperimen tersebut yaitu bahwa hanya anak sulung yang mendapatkan perhatian penuh dari orang tuanya, Zajonc berteori bahwa anak sulung lebih sering mendengarkan bahasa orang dewasa, sedangkan anak-anak yang lahir kemudian mengalami ucapan yang kurang dewasa dan kekanak-kanakan dari saudaranya yang lebih tua. Aspek teori ini akan membantu menjelaskan mengapa anak sulung cenderung mendapat skor lebih tinggi pada tes kemampuan verbal.[14]