Emma
Emma, karya Jane Austen, adalah sebuah novel tentang keangkuhan masa muda dan risiko dari cinta yang disalahpahami. Novel ini pertama kali di publikasikan pada Desember 1815. Seperti novel-novelnya yang lain, Austen mengeksplorasi masalah dan kesulitan wanita terhormat yang hidup pada Era Georgian di Inggris; dia juga menciptakan sebuah komedi tata krama yang hidup di antara karakter-karakternya. Sebelum memulai novel ini, Austen menulis, "Aku akan menggunakan seorang tokoh yang tidak mirip siapapun kecuali diriku sendiri."[1] Di kalimat pertama dia memperkenalkan judul karakter sebagai "Emma Woodhouse, cantik, pintar, dan kaya". Emma, bagaimanapun juga agak manja, keras kepala, dan bangga pada diri sendiri; dia sangat berlebihan menilai kemampuannya dalam menjodohkan orang lain; dia buta akan bahaya campur tangannya dalam kehidupan orang lain, dan imajinasi serta persepsi sering kali membuatnya tersesat. Ringkasan plotEmma Woodhouse, berumur 20 tahun di awal novel, seorang gadis muda, cantik, lucu, dan wanita terhormat di sebuah daerah di Inggris. Dia tinggal di permukiman elit desa Highbury, Hartfield, Surrey, dengan ayahnya yang seorang duda, seorang yang mengidap hipokondriak yang terlalu memperhatikan kesehatan dan keselamatan orang-orang yang dicintainya. Teman Emma, dan satu-satunya yang bisa mengkritiknya, George Knightley, tetangganya dari permukiman elit yang berdekatan, Donwell, dan saudara laki-lakinya, John, menjadi suami kakak perempuan Emma, Isabella. Di awal novel, Emma baru saja menghadiri pernikahan Miss Taylor, teman baiknya dan mantan pengasuhnya. Dia telah memperkenalkan Miss Taylor kepada calon suaminya, Mr. Weston, Emma berperan dalam pernikahan mereka, dan memutuskan bahwa ia menyukai perjodohan. Menentang saran Mr. Knightley, Emma melanjutkan hobi barunya, dan mencoba menjodohkan teman barunya Harriet Smith, seorang gadis manis, cantik, tetapi tidak terlalu cerdas, penghuni asrama yang berumur tujuh belas tahun dengan Mr. Elton, pendeta setempat. Emma yakin bahwa perhatian yang tetap Mr. Elton adalah hasil dari ketertarikan dan tumbuhnya cinta kepada Harriet. Tapi sebelum hal yang diinginkannya terjadi, Emma harus meyakinkan Harriet untuk menolak sebuah lamaran pernikahan yang menguntungkan. Pelamarnya adalah seorang petani terhormat, berpendidikan, dan pandai bicara, Robert Martin, tetapi Emma dengan sombong memutuskan lelaki itu tidak cukup baik untuk Harriet. Melawan keinginannya sendiri, Harriet yang mudah dipengaruhi menolak lamaran Mr. Martin. Rencana Emma menjadi kacau ketika Mr. Elton, yang menginginkan kenaikan status sosial, mengira Emma jatuh cinta padanya dan kemudian melamarnya. Teman Emma menyatakan bahwa perhatian Mr. Elton benar-benar ditujukan padanya, tetapi dia telah salah mengartikan tanda-tandanya. Emma, yang terkejut dan agak tersinggung, mengatakan pada Mr. Elton bahwa dia mengira lelaki itu menyukai Harriet; namun Elton sangat tidak menyukai ide menikahi Harriet yang berstatus sosial rendah. Setelah Mr. Elton ditolak oleh Emma, ia pergi untuk sementara waktu untuk tinggal di Bath, dan Harriet mengira dirinya patah hati. Emma merasa bersalah karena menyesatkan Harriet dan berhenti sebentar untuk mencampuri kehidupan orang lain. Mr. Elton, seperti yang salah dipahami Emma karakternya, memperlihatkan dirinya yang sebenarnya; angkuh, menyebalkan, dan sombong. Dia segera kembali dari Bath dengan seorang istri yang kaya dan sombong yang menjadi bagian dari lingkaran sosial Emma, meskipun kedua wanita itu segera saling membenci satu sama lain. Keluarga Elton memperlakuka Harriet yang masih patah hati dengan buruk, semakin terlihat dengan Mr. Elton yag secara terang-terangan mengabaikan Harriet disebuah pesta. Mr. Knightley, yang saat itu sedang tidak berdansa, dengan segera menghampiri Harriet untuk memintanya berdansa, yang membuat Emma gembira. Sebuah perkembangan menarik datang ke lingkungan mereka, seorang pemuda tampan dan menawan bernama Frank Churchill, putra Mr. Weston, yang telah diberi kekayaan oleh saudara almarhum ibunya, yaitu Keluarga Churchill. Frank, yang sekarang menjadi anak tiri Mrs. Weston, dan Emma belum pernah bertemu sebelumnya, tetapi dia telah lama menunggu untuk bertemu dengannya. Seluruh tetangga tertarik padanya, dengan pengecualian Mr. Knightley, yang suka marah-marah setiap kali nama lelaki itu disebut dan mengatakan pada Emma bahwa Frank pintar dan menarik tetapi agak dangkal. Pendatang ketiga adalah seorang yatim piatu Jane Fairfax, yang pendiam, cantik, dan elegan, keponakan dari tetangga Emma yang miskin, Miss Bates yang banyak bicara, yang tinggal bersama ibunya yang tuli dan seorang janda. Miss Bates adalah seorang perawan tua, berhati baik tetapi miskin; Emma berusaha untuk bersikap sopan dan baik padanya, tetapi terganggu oleh bibinya yang suka membanggakannya. Jane, sangat berbakat musik, adalah kebanggaan dan kebahagiaan Miss Bates; Emma iri akan bakatnya dan walaupun ia telah mengenal Jane seumur hidupnya, dia tidak pernah benar-benar menyukai Jane secara pribadi. Jane tinggal bersama Miss Bates sampai ia berumur sembilan tahun, Tapi Kolonel Campbell, teman ayahnya, menerimanya dirumahnya, di mana Jane berteman dengan anak perempuannya dan mendapat pendidikan kelas atas. Tapi sekarang Miss Campbell telah menikah dan Jane yang berbakat tetapi miskin harus kembali pada Keluarga Bates, berpura-pura untuk mengembalikan kesehatannya dan bersiap-siap untuk menghidupi dirinya dengan menjadi pengasuh. Emma kesal karena seluruh linkungannya, termasuk Mrs. Weston dan Mr. Knightley, memuji Jane, tetapi ketika Mrs. Elton, yang mengira dirinya sebagai pemimpin baru masyarakat Highbury, merendahkan Jane dan mengumumkan bahwa ia akan menemukan pengasuh yang ideal, Emma mulai merasakan simpati atas kesulitan Jane. Namun, Emma melihat sesuatu yang misterius dengan kembalinya Jane dengan tiba-tiba ke Highbury dan membayangkan bahwa Jane dan suami Miss Campbell, Mr Dixon, saling tertarik dan itulah sebabnya Jane pulang, bukannya pergi ke Irlandia untuk mengunjungi mereka. Dia berbagi kecurigaannya dengan Frank, yang telah berkenalan dengan Jane dan Campbell ketika mereka bertemu di tempat liburan tahun sebelumnya, dan Frank tampaknya setuju dengannya. Kecurigaan lebih lanjut terpicu ketika sebuah piano dikirim oleh seorang dermawan anonim, tiba untuk Jane. Emma mencoba untuk membuat dirinya jatuh cinta pada Frank, terutama karena hampir semua orang tampaknya mengharapkan itu. Frank tampaknya berpacaran dengan Emma, dan keduanya saling menggoda dan bercanda di depan umum, di pesta, dan saat perjalanan ke Box Hill, sebuah tempat yang memiliki pemandangan indah di daerah mereka. Namun, ketika bibinya yang penuntut dan sakit-sakitan, Mrs. Churchill, meminta Frank pulang, Emma menyadari bahwa dirinya tidak merindukan "kekasihnya" didekatnya seperti yang ia harapkan dan mengatur perjodohan antara Frank dan Harriet, yang terlihat telah melupakan Mr. Elton. Harriet terengah-engah memberitahu bahwa Frank telah "menyelamatkan" dirinya dari sekelompok orang Gipsi dan terlihat mengakui kekagumannya pada Frank. Sementara itu, Mrs. Weston menyangka jika teman lama Emma, Mr. Knightley, tertarik pada Jane. Emma segera menyanggah ide tersebut dan mengatakan bahwa ia tidak ingin Mr. Knightley menikah dengan siapapun, dan bahwa keponakan kecilnya Henry harus mewarisi Donwell, properti keluarga Knightley. ketika Mr Knightley menegurnya atas penghinaan yang tidak dipikirkan pada Miss Bates, Emma tertegun dan malu dan mencoba untuk menebunyas dengan pergi mengunjungi Miss Bates. Mr. Knightley terkejut dan sangat terkesan atas pengakuan bersalah Emma, tetapi pemulihan hubungan ini rusak ketika Mr. Knightley mengumumkan bahwa ia pergi ke London untuk mengunjungi saudaranya. Ketika itu, Jane diberitakan sakit, dan menolak bertemu Emma atau menerima hadiahnya, dan tiba-tiba diberitahukan bahwa ia telah menerima posisi pengasuh yang diberikan oleh teman Mrs. Elton. Pada saat itu datang kabar bahwa bibi Frank Churchill telah meninggal dan kabar mengejutkan bahwa Frank dan Jane telah diam-diam bertunangan sejak pertama kali mereka bertemu setahun yang lalu. Mereka merahasiakan pertunangan tersebut karena mereka tahu bahwa bibi Frank tidak akan menerimanya dan mencoret warisannya bila Frank tetap mempertahankan hubungan tersebut. Ketegangan dari hubungan yang ditutup-tutupi lebih sulit dijalani oleh Jane yang berhati-hati, Frank yang periang, dan keduanya bertengkar sengit; tetapi sekarang bibinya telah meninggal, pamannya yang santai telah memberikan restunya. Pertunangan itu tidak lagi dirahasiakan, rahasia dibalik perilaku Jane dan Frank terungkap, dan Emma menyesal sekali lagi menemukan bahwa dirinya telah salah tentang banyak hal. Emma yakin bahwa Harriet akan hancur mendengar pertunangan Frank, tetapi Harriet meyakinkannya bahwa itu tidak terjadi. Bahkan, Harriet memberitahu Emma, bahwa Mr. Knightley lah yang ia sukai dan ia yakin bahwa Mr.Knightley membalas perasaannya. Emma sangat kaget, yang dia pikirkan pertama kali adalah perjodohan itu tidak cocok, tetapi saat ia merasa cemas dan cemburu, dia menyadari dalam sekejap bahwa dia sendiri telah lama jatuh cinta pada Mr. Knightley. Dia menderita saat berpikir bahwa mungkin telah terlambat dan memutuskan untuk mendukung teman tersayangnya apapun yang mereka lakukan, walaupun mengakibatkannya sakit hati. Namun ketika Mr. Knightley bergegas kembali ke Highbury untuk menghibur Emma yang dibayangkannya telah kehilangan Frank Churchill, Emma juga menyadari bahwa Mr. Knightley juga jatuh cinta padanya. Mr. Knightley melamarnya dan ia dengan senang hati menerimanya. Ada satu lagi perjodohan yang terjadi: dengan semangat dari Mr. Knightley, sang petani Robert Martin melamar kembali Harriet, dan kali ini dia menerimanya. Jane dan Emma berdamai dan semua kesalahpahaman telah dihilangkan sebelum Jane dan Frank pergi untuk pernikahan mereka dan tinggal bersama pamannya di Yorkshire. Emma dan Mr. Knightley memutuskan bahwa setelah menikah, mereka akan tinggal bersama ayah Emma di Hartfield untuk menghindari Mr. Woodhouse yang kesepian dan kesusahan. Mereka tampaknya menuju sebuah penyatuan "kebahagiaan yang sempurna," dengan sukacita besar dari teman-teman mereka. Mrs. Weston melahirkan seorang bayi perempuan, untuk kepuasan Emma yang sepertinya ingin memperkenalkan Miss Weston kecil pada keponakan kecilnya. Karakter utamaEmma Woodhouse, tokoh protagonis dari cerita, seorang gadis cantik, bersemangat tinggi, cerdas, dan agak manja berusia dua puluh. Ibunya meninggal ketika ia masih sangat muda dan telah menjadi nyonya rumah sejak saat kakak tertuanya menikah. Walaupun cerdas, dia tidak memiliki disiplin yang diperlukan untuk berlatih atau belajar apapun secara mendalam. Dia digambarkan sebagai seorang yang sangat peduli kepada orang miskin, tetapi pada saat yang sama ia menjunjung tinggi kelas sosialnya. Kasih sayang dan kesabarannya kepada ayahnya hipokondriak juga patut diperhatikan. Sementara dalam banyak hal dia telah dewasa untuk usianya, Emma membuat beberapa kesalahan serius, terutama karena keyakinannya bahwa dia selalu benar dan dia kurang pengalaman dunia nyata. Meskipun dia telah bersumpah tidak akan pernah menikah, dia senang menjodohkan orang lain. Dia terlihat tidak bisa jatuh cinta, sampai kecemburuan membuatnya menyadari bahwa dia telah lama mencintai Mr Knightley. George Knightley, berumur sekitar tiga puluh tujuh tahun, adalah teman dekat dari Emma, dan satu-satunya yang berani mengkritiknya, meskipun ia sangat peduli padanya. Mr Knightley adalah pemilik estate Donwell Abbey, yang mencakup tanah peternakan yang luas. Dia saudara lealki tertua Mr. John Knightley, suami kakak perempuan Emma, Isabella. Mr. Knightley sangat kesal saat Emma menyarankan Harriet untuk menolak Mr. Martin, berpikir bahwa Harriet beruntung dalam hal ini, ia juga mengingatkan Emma terhadap perjodohan Harriet dengan Mr Elton, ia menebak dengan benar bahwa Mr Elton memiliki pendapat yang jauh lebih tinggi tentang dirinya sendiri, dan akan 'bertindak rasional'. Dia mencurigai Frank Churchill dan motifnya, walaupun kecurigaannya ternyata harus didasarkan pada kecemburuan kepada pria yang lebih muda, nalurinya terbukti benar oleh penyataan bahwa Frank Churchill tidak seperti kelihatannya. Mr. Frank Churchill, putra Mr. Weston dari pernikahan terdahulunya, adalah seorang pemuda yang ramah, yang diatur untuk disukai semua orang kecuali Mr. Knightley, yang menganggap dia cukup dewasa, walaupun sebagian karena kecembuannya pada Frank karena mengejar Emma. setelah kematian ibunya, dia dibesarkan oleh paman dan bibinya yang kaya dan memakai nama belakang mereka. Frank menikmati musik dan tarian dan menikmati hidup sepenuhnya. Frank mungkin dipandang tidak pedulian tetapi karakternya kurang jahat dibanding karakter dalam novel Austen yang lain seperti Mr. Wickham dalam Pride and Prejudice atau Willoughby dalam Sense and Sensibility. Dia sering memanipulasi dan memainkan permainan dengan karakter lain untuk menjamin pertunangannya dengan Jane tetap tersembunyi. Jane Fairfax, seorang yatim piatu yang hanya memiliki seorang bibi, Miss Bates, dan seorang nenek, ibu Miss Bates, dianggap sebagai seorang wanita yang sangat cantik, pintar dan elegan, dengan tingkah laku yang baik, dan juga sangat terdidik dan sangat berbakat bernyanyi dan bermain piano, bahkan, dia adalah satu-satunya orang yang membuat Emma iri. Dia memiliki keberuntungan kecil, bagaimanapun, dan tampaknya ditakdirkan untuk menjadi pengasuh anak - prospek tidak disukainya. Harriet Smith, teman Emma yang lebih muda darinya, sangat cantik tetapi sederhana dan terlalu mudah dipengaruhi orang lain, terutama Emma; dia bersekolah di sekolah terdekat. Dia adalah anak yang tidak sah dari orang tua yang tidak diketahui, dia mengungkapkan dalam bab terakhir ia adalah anak pedagang yang cukup kaya dan layak, meskipun tidak "gentleman". Emma menaruh Harriet dibawah sayapnya di awal novel, dan dia menjadi subyek dari beberapa upaya perjodohan Emma. Harriet awalnya menolak lamaran pernikahan dari petani Robert Martin karena Emma percaya bahwa status sosialnya rendah, meskipun asal usul sendiri Harriet diragukan. Dia kemudian mendambakan Mr Knightley, yang merupakan katalis bagi Emma untuk menyadari perasaannya sendiri. Pada akhirnya, Harriet dan Mr Martin yang menikah, meskipun tanpa campur tangan Emma. Emma yang telah lebih bijak menyetujui pernikahan tersebut. Philip Elton sorang yang tampan, pendeta muda yang tampaknya baik dan santun serta ambisius. Emma ingin dia menikahi Harriet, namun ia bercita-cita melamar Emma dalam pernikahan untuk mendapatkan hartanya. Mr. Elton menunjukkan sifat aslinya dengan menikahi wanita kaya lainnya setelah penolakan Emma. Augusta Elton, sebelumnya adalah Miss Hawkins, yang merupakan istri Mr. Elton. Dia kaya raya tidak bisa memiliki keturunan dan memiliki sopan santun cukup baik pada orang kaya. Dia suka membual, mendominasi, selalu bersikap seperti wanita yang menjadi pusat perhatian, merasa bersaing dengan Emma dalam kelas sosial dan juga tidak disukai oleh Emma dan lingkungannya. Dia menampilkan banyak kesalahan yang Mr Knightley persepsikan pada Emma, namun pada skala yang lebih besar. Ironisnya banyak ketidaksukaan Emma terhadap Mrs. Elton muncul dalam kesalahan-kesalahannya. Dia mem-patroni Jane untuk mendapatkan simpati dari orang lain. Mrs. Anne Weston, sebelumnya Miss Taylor, adalah pengasuh Emma selama enam belas tahun dan tetap menjadi teman terdekatnya dan tepercaya setelah dia menikah Mr Weston dalam bab awal. Dia adalah seorang wanita bijaksana yang memuja dan mengidolakan Emma. Mrs. Weston berperan sebagai ibu pengganti baginya, kadang-kadang sebagai pendukungnya yang berlebihan, walaupun dia menyerah dalam argumen. Mr. Weston, seorang pria yang baru kaya yang tinggal di sekitar Hartfield, menikahi mantan pengasuh Emma, Miss Taylor, dan dengan pernikahan pertamanya adalah ayah Frank Churchill, yang diadopsi dan dibesarkan oleh saudara mendiang istrinya dan adik iparnya. Mr Weston adalah seorang pria yang optimis, yang menikmati bersosialisasi. Persahabatannya begitu luas sehingga hampir kehilangan nilainya. Mr Weston sering buta terhadap kesalahan anaknya, Frank. Miss Bates adalah perawan tua, ramah, cerewet yang ibunya, Mrs. Bates, adalah teman Mr Woodhouse. Keponakannya, Jane Fairfax, adalah cahaya hidupnya. Suatu hari, Emma merendahkan dirinya pada saat mereka berlibur keluar kota, ketika dia dengan tajam menyinggung sikap bertele-tele Miss.Bates yang melelahkan dirinya. Setelah itu, Mr Knightley dengan tegas memarahi Emma. Malu, Emma mencoba untuk menebus kesalahannya. Mr. Henry Woodhouse, ayah Emma, yang selalu berkosentrasi pada kesehatan dan kenyamanannya, dan selama itu tidak mengganggu, kesehatan dan kenyamanan teman-temannya. Dia adalah penderita cacat (yaitu, mirip dengan hipokondriak. Dia menganggap banyak hal yang berbahaya bagi kesehatan seseorang, dan orang tua yang sulit diatur karena dia selalu rewel tentang hal-hal sepele yang mengganggunya dan yang ia menganggap hal itu juga mengganggu orang lain, dengan tujuan untuk mencoba meyakinkan tamunya untuk menolak makanan yang dianggapnya tidak sehat. Dia selalu mengeluhkan "Isabella yang malang" dan terutama "Miss Taylor yang malang" telah menikah dan diambil darinya, karena dia tidak bahagia dengan kepergian mereka, dia menganggap mereka juga lebih menderita lagi, dia tidak suka perubahan secara umum, dan pernikahan adalah bentuk perubahan. Isabella Knightley (née Woodhouse) kakak tertua Emma dan anak Henry. Dia menikah dengan John Knightley, dan menghabiskan waktunya dengan mengurus kelima anaknya (Henry, John 'kecil', Bella, Emma 'kecil', dan George), sering menampilkan kepedulian terhadap kesehatan dan kenyamanan dengan cara yang sama seperti ayahnya. John Knightley suami Isabella dan adik lelaki George. Dia adalah kenalan lama Jane Fairfax. Dia menuruti keinginan keluarganya untuk bepergian dan liburan, meskipun ia akan lebih memilih untuk tinggal di rumah, terutama jika cuaca kurang sempurna. Dia bisa sangat berterus terang, yang kadang-kadang terdengar kasar. Kritikan dan temaKritikanUlasan AwalEmma umumnya menguntungkan, namun ada beberapa kritik tentang kurangnya cerita. John Murray mengatakan bahwa ia tidak memiliki "insiden dan Romantis";[2] Maria Edgeworth, PenulisBelinda, yang dikirimi Austen salinan gratis ini, menulis:[2]
TemaEmma Woodhouse adalah tokoh pertama Austen yang tanpa masalah keuangan, sebagaimana yang ia nyatakan kepada Nona Smith yang naif, adalah alasan bahwa ia tidak memiliki dorongan untuk menikah. Ini adalah perubahan besar dari novel Austen lainnya, di mana upaya untuk pernikahan dan keamanan finansial sering menjadi tema penting dalam cerita. Sumber daya keuangan Emma yang cukup menempatkan dia dalam posisi yang jauh lebih istimewa daripada tokoh dalam karya-karya Austen sebelumnya, seperti Sense and Sensibility dan Pride and Prejudice. Prospek Jane Fairfax, sebaliknya, suram. Berbeda dengan tokoh Austen lainnya, Emma tampaknya kebal terhadap daya tarik romantis. Tidak seperti Marianne Dashwood, yang tertarik pada pria yang salah sebelum dia menemukan pria yang tepat, Emma tidak menunjukkan ketertarikan romantis dengan pria-pria yang ditemuinya. Dia sangat terkejut (dan bagaimanapun jijik) ketika Mr. Elton menyatakan cinta padanya—lebih seperti reaksi Elizabeth Bennet krtika Mr. Collins melamarnya. Kesukaannya pada Frank Churchill lebih mewakili kerinduan akan drama kecil dalam hidupnya daripada kerinduan cinta romantis. Terutama juga, Emma benar-benar gagal untuk memahami kasih sayang antara Harriet Smith dan Robert Martin, dia menafsirkan perjodohan hanya dalam hal kekayaan, keuangan dan ambisi sosial. Hanya setelah Harriet Smith mengungkapkan minatnya pada Mr Knightley, Emma menyadari perasaannya sendiri. Meskipun Emma memiliki perberbedaan mencolok dari tokoh Austen lainnya, dalam dua hal ia menyerupai Elizabeth Bennet dan Anne Elliot, antara lain: dia adalah seorang wanita muda yang cerdas dengan terlalu sedikit hal yang harus dilakukan dan tidak ada kemampuan untuk mengubah lokasi nya atau rutinitas sehari-hari. Meskipun keluarganya menyenangkan dan status ekonomi nya aman, kehidupan sehari-hari Emma memang membosankan, dia memiliki sahabat yang tidak berbeda jauh usia dari dirinya sendiri ketika novel dimulai. Keputusaannya dalam perjodohan yang tidak kompeten merupakan protes terhadap lingkup sempit kehidupan seorang wanita kaya, terutama yang dari seorang wanita yang belum menikah dan punya anak. Emma, atau kedangkalan dari dunia nyataDihuni oleh "detail menit" kecil (meminjam istilah dari Sir Walter Scott), sangat realistis namun anodyne, novel ini tidak terorientasi dengan berbagai hal dari zaman Jane Austen dalam kehidupan sehari-hari dari sebuah kota kecil, dan dengan tidak adanya sesuai tontonan. Kita lihat, misalnya, Emma menemani Harriet ke butik Mr. Ford dan sementara temannya fokus dengan belanja, dia sendiri berdiri di pintu untuk mengamati tontonan jalan:
Kita menemukan bahwa pusat kehidupan Highbury ada di butik Pak Ford. Misalnya, ketika Harriet Smith bertemu pengagumnya, Robert Martin, di sana (jilid II, Bab III). Juga, yakin akan pentingnya tempat tersebut, ketika Frank Churchill menyatakan:
Adaptasi film, TV dan pentasEmma telah menjadi subjek adaptasi dari banyak film, TV, radio and pentas.
Budaya populer
Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Emma by Jane Austen.
|