Eva Mozes Kor
Eva Mozes Kor (31 Januari 1934 – 4 Juli 2019) adalah penyintas Holokaus kelahiran Rumania. Bersama dengan saudara kembarnya Miriam, Eva menjadi subyek percobaan menggunakan manusia dibawah arahan Dokter dari SS Josef Mengele di kamp konsentrasi Auschwitz yang berada di wilayah Polandia Nazi selama Perang Dunia II. Orang tua dan dua saudaranya yang lebih tua dibunuh di kamar gas di Kamp Birkenau. Hanya ia dan Miriam yang selamat. Eva mendirikan organisasi bernama CANDLES (akronim dari "Children of Auschwitz Nazi Deadly Lab Experiments Survivors" (bahasa Indonesia: Anak-Anak Penyintas Percobaan Laboraturium Mematikan Nazi di Auschwitz) pada tahun 1984 program ini berhasil mengumpulkan 122 penyintas lainnya dari percobaan Mengele.[1] Pada tahun 1984, Eva mendirikan Pusat Pendidikan dan Museum Holokaus CANDLES untuk mengedukasi publik mengenai eugenika, peristiwa Holokaus, dan kekuatan dari memaafkan. Setelah bertemu Hans Münch, Eva mendapat perhatian internasional ketika ia di depan umum menyatakan memaafkan Nazi atas apa yang sudah diperbuat kepadanya. Hal ini lalu dijadikan sebuah karya dokumenter berjudul Forgiving Dr. Mengele (bahasa Indonesia: Memaafkan Dr. Mengele). Eva menulis 6 buku, dan mengambil bagian dalam banyak kegiatan untuk mengenang Holocaust.[2] Kehidupan awalEva Mozes lahir pada tahun 1934 di Porţ, Kerajaan Rumania, ia adalah anak dari Alexander dan Jaffa Mozes, petani dan satu-satunya keluarga Yahudi di wilayah tersebut. Ia memiliki dua kakak bernama Edit dan Aliz serta saudara kembarnya Miriam.[3] Pada 1940, saat Eva dan Miriam berusia lima tahun, Tentara Hungaria yang berafiliasi dengan Jerman menduduki desa mereka. Pada musim semi 1944, keluarga ini dibawa menuju ke ghetto lokal di Cehei (Şimleu Silvaniei). Pada saat berada di ghetto, keluarga ini tidak diberi rumah namun tidur di tenda. Beberapa pekan kemudian mereka ditransfer menuju ke Kamp konsentrasi Auschwitz. HolokausKeluarga Mozes lalu ditransfer dari Ghetto Cehei ke kamp konsentrasi Auschwitz-Birkenau pada Mei 1944. Setelah dua hari perjalanan menaiki truk, mereka tiba di Auschwitz II-Birkenau. Seorang tentara SS mendekati ibu Eva saat seleksi pendatang baru (untuk tenaga kerja atau langsung dieksekusi di kamar gas) untuk mengetahui apakah Eva dan Miriam adalah saudara kembar. Saat ibunya bilang ya, kembaran ini langsung ditarik pergi meskipun ibunya memprotes. Eva mengatakan sendiri bahwa itulah saat terakhir ia melihat ibunya, lengannya terulur putus asa saat ia dibawa pergi. "Aku bahkan tak sempat mengucapkan selamat tinggal. Namun aku tidak tahu bahwa saat itu adalah saat terakhirku melihatnya".[4] Saudara kembar ini dijadikan percobaan oleh Dokter Josef Mengele hingga dibebaskan 10 bulan berikutnya. Di dalam dokumenternya, Forgiving Dr. Mengele, Eva menceritakan pada hari Senin, Rabu, dan Jumat para dokter Nazi akan menempatkannya bersama saudara kembar yang lain di sebuah ruangan dengan telanjang lalu mereka akan mengukur bagian bagian tubuh mereka. Data yang dikumpulkan lalu dibandingkan dengan saudara kembarannya dan kemudian memberi perkembangan terhadap data yang diambil sebelumnya. Pada Selasa, Kamis, dan Sabtu, dokter SS akan membawa Eva ke apa yang disebut laboraturium darah dimana disana kedua lengannya diikat untuk membatasi aliran darah, lalu sejumlah besar darah diambil dari lengan kiri sedangkan di lengan kanan akan diberikan lima suntikan substansi yang tidak diketahui. Setelah suntikan tersebut, Eva merasa sangat sakit dan mengalami demam tinggi serta lengan dan kakinya menjadi bengkak dan sakit; ia kemudian menjadi gemetaran saat matahari bulan Agustus membakar kulitnya dan ia memiliki bintik merah yang muncul di seluruh badannya. Ia lalu dibawa ke Dr. Mengele, yang memeriksa demamnya dan tidak lagi mengukur ukuran tubuhnya. Eva ingat bahwa Mengele berkata bahwa ia akan bertahan hidup paling lama dua pekan. Eva lalu dibawa ke rumah sakit. Selama dua pekan tersebut, ia hanya ingat bahwa ia merangkak di lantai (karena sudah tidak sanggup berjalan) untuk meraih keran untuk minum. Saat merangkak pandangannya berkunang, namun ia berkata "Aku harus bertahan, aku harus bertahan. Setelah dua pekan, demamnya turun dan ia kembali ke saudaranya tiga pekan kemudian. Pada 27 Januari 1945, Tentara Merah membebaskan Auschwitz. Eva dan saudaranya beserta kira-kira 180 anak lainnya, kebanyakan dari mereka adalah saudara kembar menjadi penyintas dari kamp tersebut.[5] Pertama mereka dikirim ke sebuah biara di Katowice, Polandia, yang digunakan sebagai panti asuhan. Setelah itu, dengan mencari kamp pengungsi terdekat, Eva dan Miriam bertemu dengan Rosalita Csengeri, teman ibu mereka, yang juga memiliki anak kembar yang digunakan oleh Mengele. Csengeri kemudian mengasuh Eva dan Miriam, dan membantu mereka kembali ke Rumania.[6] Kehidupan berikutnyaSetelah perang usai, Eva dan Miriam tinggal di Cluj, Rumania, bersama dengan bibi mereka Irena (juga seorang penyintas) dimana mereka mulai bersekolah dan mencoba memulihkan diri dari pengalaman selama di Auschwitz serta menyesuaikan diri dengan kehidupan dibawah penguasa komunis. Pada tahun 1950, saat mereka berusia 16 tahun, mereka mendapat izin untuk meninggalkan Rumania dan berpindah ke Israel, dan tiba di kota pelabuhan Haifa. Mereka berdua lalu bergabung dengan Angkatan Darat Israel. Eva dan Miriam lalu bersekolah di Sekolah Pertanian. Eva kemudian menjadi juru gambar dan meraih pangkat Sersan Mayor di Korps Teknik Angkatan Darat Israel. Pada tahun 1960, Eva menikah dengan Michael Kor, warga negara Amerika Serikat kelahiran Latvia yan juga penyintas Holokaus, setelah menikah mereka tinggal di Amerika Serikat.[7] Pada tahun 1965, Eva Kor menjadi warga negara Amerika Serikat.[8] Pada tahun 1978, setelah adanya serial mini NBC yang berjudul The Holocaust, ia dan Miriam, yang masih tinggal di Israel, mulai mencari sesama penyintas dari eksperimen Mengele. Pada 1984, Eva mendirikan CANDLES.[9] Saat dewasa, Eva menderita beberapa masalah kesehatan yang ia percayai disebabkan oleh perlakuan yang ia alami selama percobaan di Auschwitz. Karena Miriam juga mengalami masalah pada ginjalnya setelah kehamilan pertamanya, Eva lalu mendonorkan satu ginjalnya kepada Miriam, ia berkata: "Aku punya satu saudara dan dua ginjal, maka itu adalah pilihan mudah". Miriam meninggal pada tahun 1993 karena kanker ginjal.[10][11] AktivismeAdvokasiIa aktif untuk memandu tur dan membagikan pengalamannya.[12] Ia sering kali kembali ke Auschwitz ditemani beberapa anggota dari komunitas ini. Tur biasanya diadakan saat musim panas.[13] Pada tahun 2007, Eva bekerja sama dengan anggota dewan negara bagian Indiana, Clyde Kersey dan Tim Skinner agar bisa mengesahkan hukum agar Holokaus bisa dipelajari di tingkat SMP.[14] Ia juga muncul di dokumenter CNN pada Januari 2015 yang berjudul "Voices of Auschwitz"[15] dan "Incredible survivors".[16] pada tahun 2016. Pada April 2015, ia pergi ke Jerman untuk bersaksi pada persidangan mantan Nazi, Oskar Gröning. Selama persidangan ini, Eva dan Gröning terlihat saling akrab. Eva berterima kasih terhadap Gröning atas kerelaannya, pada usia 93 tahun, bersaksi atas apa yang terjadi lebih dari 70 tahun lalu.[17] Pada 23 Januari 2016, Eva menjadi sorotan di Inggris dalam karya dokumenter Channel 4 yang berjudul The Girl Who Forgave the Nazis (bahasa Indonesia: Anak Perempuan Yang Memaafkan Nazi). Dokumenter ini menjelaskan pertemuan Eva dan Groening.[18] Eva menjadi tokoh utama dokumenter yang dibuat oleh Ted Green Films dan WFYI Indianapolis, yang diberi judul Eva yang tayang perdana 5 April 2018, di Butler University.[19] Kor menyadari saat dewasa bahwa agar dia bisa pulih, dia harus memaafkan orang-orang yang melakukan hal-hal mengerikan kepadanya di kamp. Dia menghabiskan berbulan-bulan menulis surat kepada mereka yang memberi perlakuan buruk padanya di masa lalu.[9] Ia bahkan menulis satu surat kepada "Malaikat Kematian", Josef Mengele. Surat ini yang menurutnya paling sulit ia tulis namun melalui cara ini ia merasa menjadi orang yang lebih sehat dan bahagia.[butuh rujukan] Tidak semua orang setuju dengan keputusannya bersikap untuk memaafkan rezim Reich Ketiga namun ia merasa bahwa itu yang terbaik untuknya dan merupakan hal benar untuk dilakukan.[20] KematianPada 4 Juli 4 2019, Eva meninggal dunia saat berada di Kraków, Polandia, saat menemani rombongan tur edukasi CANDLES ke Auschwitz. Ia meninggal pada usia 85 tahun. Ia mengadakan tur tahunan untuk berbagi pengalaman masa kecilnya dan bercerita dari perspektifnya sebagai penyintas Holokaus.[21] Pada 12 Juli, Eva dibahas dalam program berita duka BBC Radio 4, Last Word.[22] Karya
Referensi
Pranala luarMedia tentang Eva Mozes Kor di Wikimedia Commons |