Fajar Adriyanto
Marsekal Pertama TNI Fajar Adriyanto (lahir 20 Juni 1970) adalah seorang perwira tinggi TNI-AU yang sejak 6 Desember 2024 mengemban amanat sebagai Kapoksahli Kodiklatau. Fajar, merupakan lulusan Akademi Angkatan Udara tahun 1992[1] dan menjadi penerbang pesawat tempur F-16 Fighting Falcon yang memiliki callsign "Red Wolf". Ia juga merupakan alumni dari SMA Negeri 1 Malang tahun 1989. Ia pernah mengemban jabatan sebagai komandan Skadron 3 Lanud Iswahyudi dari tahun 2007 - 2010, Komandan Pangkalan TNI AU (Lanud) Manuhua, Biak, pada 8 Oktober 2017 hingga 6 Mei 2019 dan Kepala Dinas Penerangan TNI AU dari 6 Mei 2019 hingga 18 November 2020.[2][3][4][5] Fajar, juga salah seorang pelaku sejarah atas peristiwa terjadinya duel tempur pesawat-pesawat F-16 TNI AU dengan pesawat-pesawat F/A-18 Hornet Angkatan Udara Amerika Serikat yang terjadi di wilayah udara Pulau Bawean pada tahun 2003. Beberapa penghargaan yang diterimanya adalah Sertifikat dan Brevet "Tanggap Tangkas Tangguh" dari BNPB, peraih tesis terbaik ketika menempuh pendidikan di tingkat Pasca Sarjana di Universitas Pertahanan Indonesia.[6] PendidikanPendidikan di tingkat Sekolah Menengah Atas ditempuhnya di SMA Negeri 1 Malang dari tahun 1986 hingga 1989. Setelah itu melanjutkan ke pendidikan militer di Akademi Angkatan Udara yang akhirnya diselesaikan pada tahun 1992.[1] Ia menempuh pendidikan tingkat Pasca Sarjana di Universitas Pertahanan Indonesia dengan mengambil program studi "Disaster Management for National Security". Dalam masa pendidikan tersebut, ia pernah mendapatkan sertifikat dan brevet "Tanggap Tangkas Tangguh" yang diberikan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Dr. Syamsul Ma'arif, M.Si. dan merupakan satu-satu perwakilan TNI yang menerimanya.[7] Pendidikan ini ia selesaikan dengan menjadi peraih tesis terbaik, dengan judul "Pengerahan Kekuatan Udara (Air Power) dalam Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana di daerah Terpencil".[6] UmumMiliter
KarierSetelah menyelesaikan pendidikannya di SMA Negeri 1 Malang tahun 1989, ia melanjutkan ke Akademi Angkatan Udara yang diselesaikannya pada tahun 1992. Insiden Bawean 2003Fajar termasuk salah satu pilot F-16 TNI AU yang pernah terlibat dalam peristiwa duel udara dengan pesawat-pesawat F/A-18 Hornet, Angkatan Laut Amerika Serikat yang terjadi di wilayah udara Pulau Bawean, pada 3 Juli 2003. Pada saat itu radar Komando Pertahanan Udara Nasional Indonesia dan Pusat Operasi Pertahanan Nasional menangkap ada lima titik mencurigakan yang terbang dalam formasi rapat dan tidak teridentifikasi. Namun ketika satu flight pesawat tempur TNI AU dikirimkan untuk melakukan identifikasi, tidak ditemukan obyeknya. Dua jam kemudian, terlihat manuver-manuver pesawat terbang tanpa identitas dan ada laporan dari para penerbang pesawat Bouraq Indonesia Airlines, bahwa manuver-manuver mereka yang berkecepatan tinggi sudah membahayakan kesalamatan dan keamanan penerbangan sipil berjadual. Pesawat-pesawat itu juga tidak melakukan komunikasi dengan menara pengatur lalu-lintas penerbangan nasional.[8][9][10][11][12] Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional Indonesia, saat itu dijabat Marsekal Muda TNI Teddy Sumarno, mengirimkan dua F-16 B untuk melakukan misi mencegat, mengidentifikasi dan mengusir mereka dari wilayah udara nasional. Penerbangan ini memiliki call sign Falcon Flight. Pemimpin penerbangan bersandikan Falcon 1, bernomor ekor TS-1603 yang diawaki oleh Kapten PNB Ian Fuady dan Kapten PNB Fajar Adriyanto. Falcon 2, bernomor ekor TS-1602, diawaki oleh Kapten PNB Mohamad Tonny Harjono dan Kapten PNB M. Satrio Utomo. Dalam misinya, mereka bertugas untuk identifikasi visual dan menghindari konfrontasi, dengan cara tidak mengunci (lock on) sasaran dengan radar atau rudal sehingga misi identifikasi tidak dianggap mengancam.[8][9][12][10][11] Ketika Falcon Flight tiba di lokasi, mereka langsung disambut oleh dua pesawat F/A-18 Hornet milik Angkatan Laut Amerika Serikat sehingga mereka terlibat dalam perang radar (radar jamming). Dalam peristiwa itu, salah satu penerbang tempur TNI AU sudah dalam posisi terkunci secara radar oleh penerbang tempur A AL AS. Sedang pesawat lainnya sedang saling berkejaran dalam posisi dog fight cukup ketat. Pesawat TNI AU kemudian berinisiatif melakukan gerakan menggoyang sayap (rocking wing) yang menyatakan bahwa mereka tidak dalam posisi mengancam pesawat AL AS.[8][9][12][10][11] Ketika komunikasi berhasil dibuka, diketahui bahwa kedua pesawat AL AS dan jajaran kapal induk Angkatan Laut Amerika Serikat, USS Carl Vinson (CVN-70), merasa bahwa mereka berlayar di wilayah perairan internasional dan meminta agar kedua pesawat TNI AU untuk menjauh. Namun disampaikan oleh pesawat TNI AU bahwa mereka, pesawat-pesawat AL AS berada dalam wilayah kedaulatan Republik Indonesia sesuai dengan Deklarasi Djuanda. Falcon Flight meminta mereka untuk segera mengontak ke ATC setempat, Bali Control, yang hingga saat itu tidak mengetahui keberadaan mereka. Mengetaui adanya itu, pesawat-pesawat AL AS itu kemudian terbang menjauh.[8][9][12][10][11] Komandan Pangkalan TNI AU Manuhua, BiakTongkat komando komandan pangkalan udara (lanud) Manuhua, Biak, resmi diembannya pada 8 Oktober 2017 dalam prosesi serah terima jabatan yang berlangsung di gedung Farsyos Kosek Hanudnas IV, Biak, di mana prosesinya dipimpin oleh Pangkoops II TNI AU, Marsekal Muda TNI Yadi Indrayadi Sutandika, MSS. Kolonel PNB Fajar menggantikan Kolonel PNB Marsudiranto Widyatmaka, M.Tr. (Han).[3] Dan pada 20 Mei 2019 bertempat di hanggar skadron 27, Lanud Manuhua, Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara II, Marsekal Muda TNI Andyawan Martono P, S.I.P memimpin upacara serah terima jabatan Komandan Lanud Manuhua dari Marsekal Pertama TNI Fajar Adriyanto kepada Kolonel PNB Daan Sulfi, S.Sos, M.Si, M.Han.[13] Kepala Dinas Penerangan TNI AUIa dilantik sebagai Kepala Dinas Penerangan TNI-AU secara resmi oleh Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Yuyu Sutisna, S.E., M.M. pada 13 Mei 2019 dengan upacara militer di auditorium IG. Dewanto, Markas Besar TNI-AU, menggantikan Marsekal Pertama TNI Novyan Samyoga dan merupakan pejabat ke-32.[14] Kepala Pusat Potensi Dirgantara TNI AUFajar mendapatkan kepercayaan sebagai Kepala Pusat Pembinaan Potensi Dirgantara TNI Angkatan Udara (Kapuspotdirga) sejak 18 November 2020 menggantikan Marsma TNI Basuki Rochmat. Pergantian ini didasarkan pada Surat Keputusan Panglima TNI nomor Kep/911/XI/2020 yang diterbitkan per 18 November 2020.[2] Jabatan militer
FilmografiFilm
Penghargaan
Brevet/WingPenghargaan/Tanda Jasa
ReferensiCatatan kaki
Daftar pustaka
Lihat juga
Pranala luar
|