Fasci Italiani di CombattimentoFasci Italiani di Combattimento (bahasa Indonesia: Fasci Pertarungan Italia) adalah sebuah organisasi Italia fasis yang diciptakan oleh Benito Mussolini pada tahun 1919.[1] Fasci ini merupakan penerus dari Fascio d'Azione Rivoluzionaria, Fasci Aksi Revolusioner, dan berada pada sayap politik kanan yang lebih jauh daripada fasci sebelumnya. Fasci ini dimasukkan ke dalam Partai Fasis Nasional pada tahun 1921. Fasci Pertarungan Italia didirikan oleh Mussolini dan pendukungnya setelah Perang Dunia I, dalam sebuah pertemuan di Milan pada bulan Maret 1919.[2] Organisasi ini bersifat ultranasionalis dan merupakan sebuah organisasi yang utamanya menarik bagi veteran perang dari seluruh spektrum politik. Pada awalnya, fasci ini tidak memiliki orientasi politik yang jelas.[3] Fasci ini sangat dekat dengan koran Mussolini, Il Popolo d'Italia, dan Mussolini menjabat sebagai ketua (Duce) pergerakan ini semasa keberadaannya. Setelah kalah dalam Pemilihan umum Italia 1919 — dengan hasil tiada anggota Fasci yang mendapatkan bangku — organisasi ini bergerak semakin ke sayap kanan dan kini mengembangkan reputasi senang menggunakan kekerasan paramiliter melawan lawan-lawan politiknya, terutama anggota Partai Sosialis Italia.[3] Dengan dukungan milisi Baju Hitam dan dengan aliansi politik dengan pemerintah Giovanni Giolitti dan Asosiasi Nasionalis Italia, Fasci berhasil masuk ke Parlemen Italia pertama kali pada pemilihan umum Italia 1921.[3][4] Pada bulan November tahun itu, Fasci Italiani di Combattimento berubah nama menjadi Partai Fasis Nasional. SejarahLatar belakangBenito Mussolini bergabung dalam Tentara Kerajaan Italia pada Perang Dunia I, hingga ia cedera di bulan Februari 1917 dan dilepaskan dari tentara setelah perawatan enam bulan di rumah sakit.[4] Sekembalinya ke Milan, Mussolini kembali mengisi jabatannya sebagai penyunting kepala Il Popolo d'Italia, koran yang ia dirikan pada bulan November 1914 yang menyokong keterlibatan Italia dalam perang.[3] Dengan absensinya, jumlah koran itu menurun; tetapi Mussolini berhasil menghidupkan kembali koran itu dengan berfokus pada komentar perang. Ia ingin menarik perhatian para mantan anggota dan pendukung Fascio d'Azione Rivoluzionaria, yang menjadi aktivis pro-perang terkemuka di bawah kepemimpinannya pada tahun 1915.[3] Mussolini memimpikan gerakan politik baru yang dipimpin oleh veteran perang. Ia berargumen bahwa hanya mereka yang berani bertarung demi negaranya akan cocok untuk memimpin negara dan ia menyokong konsep "pemerintahan oleh orang-orang di parit".[4] Mereka ini dimimpikan akan menjadi kelas pemerintahan baru, "aristokrasi masa depan".[3] Pada tahun 1917 dan 1918, setelah selesai perang, Mussolini dan Il Popolo d'Italia menerima banyak pendanaan dari produsen dan pebisnis senjata besar di Milan.[3][4] Sejarawan Denis Mack Smith menulis bahwa "kemungkinan sumber uang dari bisnis besar ini tidak memengaruhi politik korannya", tetapi musuh-musuh Mussolini bertanya, "mengapa firma-firma itu mau mendukung koran kecil seperti itu kecuali ada jasanya?"[3] Pada tahun 1919, setelah Perang Dunia I berakhir, Perjanjian Versailles menyebabkan Italia menerima Tirol Selatan, Trentino, Istria, dan Trieste dari Austria-Hungaria. Kaum nasionalis di Italia juga menginginkan Fiume dan daerah Dalmasia di pinggir laut Adriatik; mereka merasa terkhianati dan mengatakan bahwa mereka sebatas memenangkan "kemenangan termutilasi". Angkatan bersenjata spesial Italia yang pulang dari perang, dikenal sebagai Arditi, marah terhadap berbagai masalah yang dihadapi di Italia. Mussolini sangat bersimpati terhadap mereka, mengklaim bahwa ia juga merasakan pengalaman perang mereka. Para arditi kemudian masuk dalam gerakannya dan kemudian akan menjadi Squadrismo. Mussolini menggunakan korannya pada tahun 1919 untuk menyokong proposal-proposal "dramatis dan mengagetkan" yang terinspirasi dari pandangannya dari seluruh spektrum politik. Ia merasa bahwa ia "jauh lebih peduli dengan taktik daripada dengan ide" dan menemukan bahwa inkonsistensinya tidak mengganggu pembaca.[3] Pada masa ini, Mussolini "tampak berubah-ubah dari pimpinan Liga menjadi pimpinan kaum nasionalis, kemudian sebagai sosialis, kemudian sebagai konservatif, kemudian monarkis, lalu republikan"; dan ia berharap bahwa semua pilihan politiknya tetap terbuka.[3] Pendirian FasciFasci Italiani di Combattimento didirikan oleh Mussolini dan sekelompok pendukung berjumlah 50–200 orang, yang bertemu di sebuah auditorium yang dipinjamkan seorang pebisnis Milan, di Piazza San Sepolcro, pada 23 Maret 1919.[2][3] Ada kebingungan besar mengenai posisi politik organisasi baru ini.[3] Secara umum, sikapnya berbeda secara radikal dengan kaum fasis yang akan datang; Fasci pada tahap ini memproklamirkan perlawanannya terhadap penyensoran, militerisme, dan kediktatoran.[2] Mussolini menulis: "pada akhirnya, kita semua libertarian yang mencintai kebebasan bagi semua, bahkan musuh-musuh kita."[3] Pada kesempatan yang sama, ia juga mengatakan bahwa kebebasan berpikir dan bersuara adalah "ekspresi tertinggi peradaban manusia."[3] Mussolini membawakan dua pidato pada pertemuan 23 Maret 1919, yang berisi sejumlah proposal yang dapat menangkap kepentingan semua kaum politik, dari kiri hingga kanan.[4] Bagi kaum kiri, antara lain ada proposal yang menyokong pendirian republik Italia yang berdasar pada kesetaraan bagi kedua gender (pada waktu itu, hanya lelaki yang boleh ikut pemilihan umum); pendirian referendum; pembubaran Senat Italia; serta, penghapusan segala jabatan yang berdasar pada kasta atau kelas.[4] Bagi kaum kanan, Mussolini menyokong klaim nasionalis atas Fiume dan Dalmasia, sementara Fasci menyokong pembangkrutan pemerintahan dan memindahkan segmen-segmen besar ekonomi dari kepemilikan publik menjadi kepemilikan swasta.[4] Tidak lama setelah didirikan, Fasci mulai melakukan kekerasan politis melawan musuh-musuhnya. Pada 15 April 1919, kantor dan alat cetak koran sosialis besar, Avanti!, diserang dan dihancurkan oleh sekelompok fasis yang dipimpin oleh Marinetti dan Ferrucchio Vecchi.[3] Mussolini sendiri mengklaim bahwa ia tidak bertanggung jawab atas serangan ini, tetapi ia membelanya dan menganggapnya "pencapaian material pertama revolusi fasis".[3] Pada tahun yang sama, bulan November 1919, pemilihan umum digelar di Italia. Fasci membolehkan setiap anggotanya untuk mengikuti pemilihan sebagaimana mereka inginkan. Banyak cabang lokal yang menentukan program elektoralnya sendiri; beberapa bergerak jauh ke sayap kanan, meskipun Mussolini dan cabang Milan tempatnya mengedepankan sebuah program kiri dan anti-rohaniwan.[3] Sebenarnya ini adalah upaya untuk mengambil suara dari kaum sosialis, tetapi ternyata berakhir dalam bencana, ketika dalam penghitungan terakhir Mussolini dan partainya hanya mendapatkan kurang dari 5.000 suara sementara kaum sosialis hanya di Milan saja mendapatkan lebih dari 190.000 suara.[2] Hasil pemilu tersebut begitu menyedihkan; bahkan di Predappio, kota kelahiran Mussolini, tidak ada satu orang pun yang memilihnya.[3] Dalam sebuah upacara pemakaman palsu yang dilakukan setelah pemilu, anggota Partai Sosialis Italia mengangkut sebuah peti mati bertuliskan nama Mussolini. Upacara itu sengaja dilewatkan di depan apartemennya agar menjadi simbol akhir karier politiknya.[5] Reorientasi dan kebangkitanSetelah hasil yang menyedihkan dalam pemilu 1919, keanggotaan Fasci menurun drastis, hingga kurang dari 4.000 anggota pada akhir tahun. Mussolini sempat mempertimbangkan meninggalkan politik, pindah dari Italia, dan melanjutkan kariernya menulis fiksi.[3] Akan tetapi, kini menjadi jelas bahwa parlemen yang baru dipilih tidak mampu mendirikan koalisi pemerintah. Partai terbesar adalah sosialis; situasi ini begitu membuat resah kaum konservatif hingga mereka mencari sekutu politik baru agar tidak terbentuk pemerintahan sosialis.[3] Mussolini melihat kesempatan untuk mereorientasi Fasci menjadi sebuah organisasi yang dapat bersekutu dengan politik sayap kanan tradisional. Ia tetap berpolitik.[3] Melalui kampanye koran yang mendukung persenjataan dan perdagangan laut yang lebih besar, Mussolini dan Fasci mendapatkan subsidi-subsidi baru dari kelompok bisnis.[4] Mereka juga mendeklarasikan mendukung perampasan kekuasaan oleh Gabriele D'Annunzio di kota Fiume dan meminta sumbangan masyarakat untuk mendukung D'Annunzio. Uang ini tidak pernah sampai ke D'Annunzio dan malah digunakan oleh Fasci untuk kepentingannya sendiri.[4] Pada musim panas 1920, sejumlah aksi mogok kerja dan pendudukan pabrik oleh buruh sosialis semakin meyakinkan kaum industrialis dan tuan tanah untuk memberikan sumbangan dana kepada gerakan fasis.[4] Fasci kemudian mendirikan cabang-cabang baru di seluruh negeri dan segera memperbesar milisi paramiliternya yang dikenal sebagai Baju Hitam. Mereka berpura-pura menyelamatkan negeri dari komunisme dan meluncurkan sejumlah aksi kekerasan pada musim dingin 1920–21.[4] Pada musim semi 1920, Fasci mulai memindahkan fokusnya ke daerah pedesaan. Di sana, mereka menampilkan diri sebagai perlawanan yang paling tangguh terhadap kaum sosialis dan satu-satunya kelompok yang mau melakukan aksi kekerasan.[6] Mereka merekrut besar-besaran dari daerah pedesaan dan keanggotaannya naik sepuluh kali lipat pada tujuh bulan terakhir tahun 1920.[6] Mereka semakin banyak menggunakan kelompok-kelompok kekerasan berisi veteran militer, kadang dipimpin oleh mantan pejabat militer, untuk melawan markas-markas sosialis dan menghancurkan serikat buruh.[6] Mussolini sendiri tidak punya banyak kendali atas kelompok-kelompok bersenjata fasis tersebut pada masa ini. Akan tetapi, ia menggunakan mereka untuk menampilkan aura kekuatan di meja negosiasi dengan partai politik lainnya. Dalam pemilihan umum Italia 1921, Fasci kemudian berkoalisi dengan pemerintahan Giovanni Giolitti, yang percaya bahwa ia dapat menggunakan mereka untuk melawan kaum sosialis dan Partai Komunis Italia yang baru terbentuk.[4] Koalisi yang dipimpin oleh Giolitti disebut Blok Nasional. Mussolini menampilkan Fasci sebagai perwakilan "sayap kanan ekstrem" kelompok ini.[3] Pemilihan umum tahun itu terjadi dalam iklim politik penuh kekerasan. Kini, kaum fasis berada dalam koalisi dengan pemerintah. Mereka dapat melanggar hukum dan mengancam musuh-musuhnya dengan semena-mena. Polisi kadang meminjamkan truk mereka kepada gerombolan fasis; unit tentara kadang memberikan mereka senjata, dan hakim biasanya memberi vonis tidak bersalah bagi mereka.[3] Beberapa bagian negara sudah berada di bawah kendali fasis pada hari pemilihan umum. Sebagai akibatnya, Fasci Italiani di Combattimento mendapatkan hasil pemilu yang lebih baik daripada tahun 1919, tetapi masih hanya 7% dan 35 bangku di parlemen (yang berisi 535 bangku); Asosiasi Nasionalis Italia pro-fasis memenangkan 10 bangku.[3][4] Meskipun jumlah fasis di parlemen begitu kecil, salah satu deputi fasis terpilih adalah Mussolini sendiri. Kini, ia memiliki platform untuk meningkatkan profil publiknya dan lebih memberi pengaruh kepada pimpinan-pimpinan regional dan lokal Fasci. Keanggotaan dewan perwakilan ini juga memberikannya imunitas dari hukum. Ini penting karena ada kasus kriminal yang sedang diproses terhadapnya.[3] Beberapa bulan kemudian, Mussolini memutuskan mengubah Fasci Italiani di Combattimento yang mulai ter-desentralisasi menjadi sebuah partai politik yang lebih terorganisasi dengan ketat. Pada November 1921, Fasci berubah nama dan di-reorganisasi sebagai Partai Fasis Nasional.[4] Referensi
|