Faten Hamama
Faten Hamama (bahasa Arab: فاتن حمامة, Fātan Ḥamāmah ⓘ, 27 Mei 1931 – 17 Januari 2015) adalah seorang aktris dan produser film dan televisi Mesir.[2] Ia membuat debut layarnya pada 1939, ketika ia masih berumur tujuh tahun. Peran-peran awalnya adalah minor, tetapi aktivitasnya dan kesuksesannya membantunya untuk mengembangkannya sebagai aktris Mesir yang berbeda. Kemudian, dan setelah berbagai penampilan yang sukses, ia menjadi bintang. Dianggap sebagai ikon sinema Mesir dan Timur Tengah, Hamama kemudian membantu dalam mempengaruhi industri sinema di Mesir dan menekankan pengaruh wanita di sinema dan masyarakat Mesir.[3] Setelah hengkang selama tujuh tahun dari akting, Hamama kembali pada 2000 dalam sebuah serial mini televisi, Wajh al-Qamar (وجه القمر, Wajah Bulan). Pada 2000, ia terpilih sebagai Bintang Abad Ini oleh organisasi Kritikus dan Penulis Mesir. Pada 2007, delapan film yang ia bintangi masuk dalam 100 film teratas dalam sejarah sinema Mesir oleh komite sinema Dewan Tertinggi Kebudayaan di Kairo.[4] Kehidupan awal dan karierFaten Hamama lahir pada 1931[5] dari sebuah keluarga kelas menengah kebawah Muslim di Mansoura, Mesir (menurut sertifikat kelahirannya), tetapi ia mengklaim bahwa ia lahir di kuarter Abdeen di Kairo.[6] Ayahnya, Ahmed Hamama, bekerja sebagai pegawai di Kementerian Pendidikan Mesir dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Ia memiliki seorang kakak laki-laki, Muneer, seorang adik perempuan, Layla, dan seorang adik laki-laki, Mazhar.[7] Aspirasi untuk akting berkembang pada tahun-tahun awal. Hamama berkata bahwa ia terinspirasi oleh Assia Dagher ketika masih kanak-kanak. Ketika ia berumur enam tahun, ayahnya membawanya ke teater untuk melihat sebuah film karya Assia Dagher; ketika para penonton memberi tepuk tangan pada Assia, ia berkata kepada ayahnya bahwa ia merasa bahwa mereka memberi tepuk tangan untuknya.[6] Ketika ia memenangkan sebuah kontes kecantikan anak-anak di Mesir, ayahnya mengirimkan gambarnya ke sutradara Mohammed Karim yang mencari anak perempuan muda untuk bermain peran gadis kecil bersama dengan aktor dan musisi terkenal Mohamed Abdel Wahab dalam film Yawm Said (يوم سعيد, Hari Bahagia, 1939). Setelah sebuah audisi, Abdel Wahab memilihnya untuk memainkan peran tersebut. Setelah berperan dalam film tersebut, orang-orang menyebutnya "Kuil Shirley Milik Mesir".[8][9] Sutradara tersebut menyukai aktingnya dan ia menandatangani sebuah kontrak dengan ayahnya. Empat tahun kemudian, ia dipilih oleh Kareem untuk peran lainnya dengan Abdel Wahab dalam film Rossassa Fel Qalb (رصاصة في القلب, Bullet in the Heart, 1944) dan dalam film lainnya pada dua tahun berikutnya, Dunya (دنيا, Universe, 1946). Setelah kesuksesannya, Hamama berpindah dengan orangtuanya ke Kairo dan memulai studinya di Institut Tinggi Akting pada 1946.[10] KarierYoussef Wahbi, seorang aktor dan sutradara Mesir, mengakui bakat aktris muda tersebut sehingga ia menempatkannya pada sebuah peran utama dalam film 1946 Malak al-Rahma (ملاك الرحمة, Angel of Mercy). Film tersebut meraih sambutan media, dan Hamama, yang baru berusia 15 tahun pada waktu itu, menjadi terkenal karena peran melodramatis-nya. Pada 1949, Hamama berperan dalam tiga film dengan Wahbi: Kursi Al-I'etraf (كرسي الاعتراف, Chair of Confession), Al-Yateematain (اليتيمتين, Dua Yatim Piatu) dan Sït Al-Bayt (ست البيت, Nyonya Rumah). Semuanya adalah film sukses.[11] 1950an merupakan permulaan masa keemasan industri perfilman Mesir dan Hamama menjadi bagian besar darinya.[11] Pada 1952, ia membintangi film Lak Yawm Ya Zalem (لك يوم يا ظالم, Harimu Akan Datang) yang dinominasikan di Festival Film Cannes untuk penghargaan Prix International. Ia juga memainkan peran utama dalam Baba Ameen (بابا أمين, Ameen, Ayahku, 1950) karya Yousef Shaheen dan Sira' Fi Al-Wadi (صراع في الوادي, Perjuangan di Lembah, 1954) yang menjadi nominee kuat di Festival Film Cannes 1954 untuk penghargaan Prix International. Hamama juga dikenal karena memainkan peran utama dalam film misteri Mesir pertama Manzel Raqam 13 (منزل رقم 13, Rumah Nomor 13). Pada 1963, ia meraih sebuah penghargaan untuk perannya dalam film politik La Waqt Lel Hob (لا وقت للحب, Tidak Ada Waktu untuk Cinta).[12] Hamama juga masuk ke perfilman Hollywood; pada 1963 ia berperan dalam film kejahatan, Cairo.[13] Pada 1947, Hamama menikah dengan aktor/sutradara Ezzel Dine Zulficar ketika pembuatan film Abu Zayd al-Hilali (أبو زيد الهلالي). Mereka memulai sebuah perusahaan produksi yang memproduksi film Maw'ed Ma' Al-Hayat (موعد مع الحياة, Kencan dengan Hidup) yang ia bintangi, Film tersebut membuatnya mendapat julukan "ibu layar lebar Arab". Ia bercerai dengan al-Faqqar pada 1954. Setahun kemudian, ia menikah dengan bintang film Mesir Omar Sharif. Meskipun demikian, Hamama tetap melanjutkan akting dalam film-film yang disutradarai oleh suami pertamanya.[7] Pada 1954, ketika pembuatan film Youssef Chahine, Perjuangan di Lembah, Hamama menolak beradu peran dengan aktor Mesir Shukry Sarhan, dan Chahine memilih Omar Sharif sebagai penggantinya. Omar telah lulus dari kolese pada waktu itu dan berkarya untuk karyanya; Hamama menerimanya sebagai lawan perannya. Hamama tidak pernah setuju untuk berakting pada adegan ciuman dalam kariernya, tetapi ia terkejut diterima dalam film tersebut. Mereka jatuh cinta, dan Sharif berpindah ke Islam dan menikah dengannya. Pernikahan tersebut memulai era baru dari karier Hamama, di mana pasangan tersebut membuat beberapa film bersama.[11] Sharif dan Hamama menjadi pasangan utama pada film Ayyamna Al-Holwa (أيامنا الحلوة, Hari-Hari Manis Kami), Ardh Al-Salam (أرض السلام, Tanah Perdamaian), La Anam (لا أنام, Tak Tidur) dan Sayyidat Al-Qasr (سيدة القصر, Nyonya Istana). Film terakhir mereka sebelum mereka bercerai adalah Nahr Al-Hob (نهر الحب, Sungai Cinta) pada 1960.[14] Kontroversi pada akhir 1960anHamama meninggalkan Mesir dari 1966 sampai 1971, mengklaim bahwa ia dilecehkan oleh Intelijensi Mesir. Ia menjadi pendukung Revolusi 1952, tetapi kemudian menjadi penentang Perwira Bebas dan rezim opresif mereka.[6] Ia berkata bahwa mereka "mengajaknya untuk bekerjasama" namun ia meminta maaf dan menolaknya. Akibatnya, ia dilarang untuk pergi atau berpartisipasi dalam festival-festival film. Ia hanya dapat meninggalkan Mesir setelah beberapa persengketaan serius. Ketika ia pergi, Presiden pada waktu itu Gamal Abdel Nasser meminta para penulis terkenal, jurnalis dan teman-temannya untuk membujuknya kembali ke Mesir. Ia menyebutnya "harta karun nasional"[15] dan kemudian memberikannya sebuah penghargaan kehormatan pada 1965. Namun, ia tidak kembali sampai 1971, setelah Nasser meninggal. Setelah kepulangannya, ia memainkan peran menyuarakan pesan-pesan demokrasi. Ia sering mengkritik hukum di Mesir dalam film-filmnya. Dalam film 1972 Imbarotiriyat Meem (إمبراطورية ميم, Kekaisaran M), Hamama mempersembahkan sudut pandang pro-demokratik dan meraih sebuah penghargaan dari Uni Wanita Soviet di Festival Internasional Moskwa. Film paling signifikannya adalah Oridu Hallan (أريد حلاً, Aku Ingin sebuah Solusi). Dalam film tersebut, ia mengkritik hukum yang mengatur pernikahan dan perceraian di Mesir.[16] Setelah film tersebut, pemerintah Mesir meniadakan hukum yang melarang para istri menceraikan suaminya, sehingga memungkinkan khul'.[17][18] Karier selanjutnyaKetika usia Hamama semakin beranjak tua, peran aktingnya menurun dan film-filmnya lebih sedikit dibandingkan dengan karier sebelumnya, tetapi film-filmnya selalu sukses.[19] Ia membuat penampilan televisi pertamanya pada karier akhirnya. Ia membintangi serial mini TV Dameer Ablah Hikmat (ضمير أبلة حكمت, Mrs. Hikmat's Conscience).[20] Setelah 1993, kariernya terhenti. Ia tidak berkarier sampai 2000 di mana ia kembali dalam serial mini TV sukses Wajh ِِal-Qamar yang disiarkan di 23 saluran TV di Timur Tengah. Dalam serial mini tersebut, Hamama menggambarkan dan mengkritik beberapa masalah dalam masyarakat Mesir dan Timur Tengah.[21] Disamping beberapan kritikan, serial tersebut meraih pujian dan sambutan. Hamama diberi penghargaan Aktor Tinggi Terbaik Mesir Tahun Ini dan serial mini tersebut memenangkan Penghargaan Serial TV Terbaik di Festival Radio dan Televisi Mesir.[22] Ia masuk sejarah sebagai aktris berbiaya tertinggi dalam sebuah serial mini televisi Mesir sampai 2006, ketika terdapat aktris lainnya yang berbiaya lebih tinggi.[23] Sebelum 1950an, Hamama berperan utama dalam 30 film, di mana ia sering memainkan peran gadis lemah, berempati dan miskin. Setelah 1950an, Hamama mencari identitas aslinya dan berusaha membangun dirinya sendiri sebagai figur yang berbeda. Pada periode ini, pilihan material dan perannya terkadang terbatas. Namun, produser-produser film mengkapitalisasi ketenarannya dengan audien-audien dalam pasar lokal dan Timur Tengah, dan ia mulai memainkan peran wanita kuat dan realistis seperti dalam Sira' Fi Al-Wadi (صراع في الوادي, Perjuangan di Lembah, 1954) di mana ia memerankan seorang putri pria kaya yang, yang berlawanan dengan stereotip, merupakan seorang wanita realistis yang membantu dan mendukung kaum miskin. Dalam film 1952 Miss Fatmah (الأستاذة فاطمة), Hamama berperan sebagai pelajar hukum yang percaya bahwa wanita dapat berpengaruh seperti halnya pria dalam masyarakat.[24] Dalam Imbratoriyat Meem (امبراطورية ميم, Kekaisaran M), ia memainkan peran seorang janda yang mengambil kepedulian keluarga besarnya dan mengalami kesulitan.[20] Film paling berpengaruhnya adalah Oridu Hallan (أريد حلا, Aku Ingin sebuah Solusi) yang mengkritik hukum pernikahan dan perceraian di Mesir.[16][18] Sebuah hukum di Mesir yang melarang Khul' ( خلع ) – perceraian yang diinisiasikan oleh istri – segera dicabut setelahnya.[17] Kebanyakan kritikus bersepakat bahwa peran paling membanggakan Hamama adalah dalam film 1959 Dua'e Al-Karawan (دعاء الكروان, The Nightingale's Prayer), yang dianggap menjadi salah satu film Mesir terbaik. Film tersebut berdasarkan pada novel dengan nama yang sama karya penulis Mesir terkenal Taha Hussein. Dalam film tersebut, Hamama memainkan peran Amnah, seorang wanita muda yang berusaha membalas dendam terhadap pamannya atas pembunuhan saudarinya.[25] Setelah film tersebut, Hamama berhati-hati dalam memilih perannya. Pada 1960, ia membintangi film Nahr Hob (نهر حب, Sungai Cinta) yang berdasarkan pada novel terkenal Leo Tolstoy Anna Karenina dan pada 1961, ia memainkan peran utama dalam film La Tutf'e al-Shams (لا تطفئ الشمس, Don't Turn Off the Sun) yang berdasarkan pada sebuah novel karya Ihsan Abdel Quddous. Kematian dan pemakamanFaten Hamama meninggal pada 17 Januari 2015, pada usia 83 tahun karena masalah kesehatan. Putranya Tarek Sharif tidak menyebutkan penyebab kematiannya secara rinci.[26] Rasa belasungkawa kemudian berdatangan dari seluruh industri film setelah kematiannya serta dari tokoh-tokoh pemerintahan. Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, yang berada pada kunjungan keluar negeri, berduka atas kematiannya dan mengirimkan seorang wakil ke acara pemakamannya, sementara sebuah pernyataan dari kantornya menyebutnya sebagai tokoh "bernilai kreatif tinggi". "Ia akan tetap menjadi lambang seni rupa Mesir sejati dan komitmen etisnya," tambah pernyataan tersebut.[27][28] Kementerian Budaya memerintahkan masa berkabung selama dua hari dan memberhentikan seluruh aktivitas artistik.[29] Sekretaris-Jenderal Liga Arab, Nabil el-Arabi, menyebutnya "lambang seni rupa Mesir dan Arab yang beradab".[28] Harian negara tersebut mencantumkan ketenaran di halaman-halaman depan mereka, dengan surat kabar Al-Akhbar menjadikan berita "Selamat Tinggal Ibu Layar Lebar Arab" sebagai berita utama.[27] Acara pemakamannya dihadiri oleh ribuan pelayat yang memblok lalu lintas di sekitar masjid di mana upacara tersebut diadakan. Acara tersebut disiarkan langsung pada sebuah saluran swasta.[29] Para hadirinnya meliputi Menteri Budaya Gaber Asfour, mantan kandidat presiden Amr Moussa, serta beberapa aktor dan aktris, tetapi tidak dengan Omar Sharif (yang meninggal pada usia yang sama kurang dari enam bulan kemudian).[28] Raja Mohammed VI dari Maroko memerintahkan duta besar negaranya di Kairo untuk menghadiri pemakamannya.[30] Pernikahan dan anakIa dan sutradara Ezzel Dine Zulficar, ketika pemfilman Abu Zayd al-Hilali (أبو زيد الهلالى) pada 1947, jatuh cinta dan menikah. Pernikahannya berlangsung selama tujuh tahun. Mereka bercerai pada 1954. Hamama berkata bahwa cintanya untuk Zulficar lebih kecil ketimbang admirasi seorang murid dan cinta untuk seorang guru[6] Dua tahun masih berteman, dan Hamama melanjutkan untuk membintangi film-filmnya setelah perceraian tersebut. Mereka memiliki satu anak, seorang putri, Nadia Zulficar. Pada 1954, Hamama memilih Omar Sharif untuk menjadi bintang bersamanya dalam sebuah film. Dalam film tersebut, ia secara tidak berkarakteristik setuju untuk beradegan percintaan yang melibatkan sebuah ciuman. Pada saat pemfilman tersebut, mereka jatuh cinta. Sharif berpindah ke Islam dan menikah dengannya. Pasangan tersebut membintangi beberapa film. Namun, setelah setidaknya dua dekade bersama, pasangan tersebut bercerai pada 1974; mereka memiliki satu putra, Tarek Sharif.[6] Hamama kemudian menikahi Dr Mohamed Abdel Wahab Mahmoud, seorang dokter Mesir.[31] Mereka tinggal di Kairo sampai kematiannya pada 17 Januari 2015 ketika sakit berjangka pendek.[32] Penghargaan, nominasi dan penghormatanSepanjang karier Hamama, ia meraih sejumlah penghargaan dan nominasi untuk aktris terbaik, dan dinominasikan untuk Prix International di Festival Film Cannes untuk perannya dalam Harimu Akan Datang pada 1950.[33] Ia meraih penghargaan pertamanya pada 1951 untuk perannya dalam I'm the Past, yang dipersembahkan kepadanya oleh pihak yang berbeda, termasuk Pusat Katolik Mesir untuk Perfilman. Kementerian Bimbingan negara tersebut juga memberikannya gelar Aktris Terbaik pada 955 dan 1961. Penghargaan tersebut disusul oleh beberapa penghargaan berbeda untuk aktris terbaik dari berbagai acara nasional dan internasional.[34] Salah satu penghargaan internasional yang didapatkan olehnya meliputi penghargaan istimewa untuk akting di Festival Film Internasional Tehran pertama pada 1972 untuk perannya dalam The Thin Thread, dan kembali di Festival Film Tehran 1977 untuk perannya dalam Mulut dan Kelinci.[35] Pada 1973, ia meraih Penghargaan Istimewa di Festival Film Internasional Moskwa untuk perannya dalam Empire M. Penghargaan internasional Hamama lainnya meliputi penghargaan Aktris Terbaik di Festival Film Jakarta pada 1963 untuk perannya dalam The Open Door,[34][36] dan di Festival Film Carthage pada 1988 untuk perannya dalam Bitter Days, Nice Days.[35] Hamama juga merupakan penerima dari Ordo Merit Lebanon pada 1984 untuk perannya dalam The Night of Fatma's Arrest.[34] Ia kemudian meraih penghargaan prestasi seumur hidup, yang satu di Festival Film Mediterania Montpellier pada 1993, dan yang lainnya di Festival Film Internasional Dubai pada 2009.[35] Pada 2001, Organisasi Kritikus dan Penulis Mesir memilihnya sebagai "Bintang Abad Ini" di Festival Film Internasional Iskandariyah, untuk menghormati karier jangka panjangnya dalam perfilman Mesir.[37] Hamama juga dihormati pada beberapa kesempatan lainnya. Beberapa diantaranya meliputi:
Filmografi pilihan
Televisi
Lihat pulaReferensi
SumberSumber yang diterbitkan
Sumber online
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Faten Hamama.
|