FibrotoraksFibrotoraks adalah kondisi medis yang ditandai dengan jaringan parut yang parah (fibrosis) dan penyatuan lapisan rongga pleura yang mengelilingi paru-paru, mengakibatkan penurunan pergerakan paru-paru dan tulang rusuk.[1] Gejala utama fibrotoraks adalah sesak napas. Mungkin juga ada pengumpulan cairan berulang di sekitar paru-paru (efusi pleura). Fibrotoraks dapat terjadi sebagai komplikasi dari banyak penyakit, termasuk infeksi rongga pleura yang disebut empiema atau perdarahan ke rongga pleura yang disebut hematotoraks.[2] Fibrosis pada pleura dapat dihasilkan dengan sengaja menggunakan teknik yang disebut pleurodesis untuk mencegah pungsi paru berulang (pneumotoraks), biasanya fibrosis yang dihasilkan terbatas dan jarang menyebabkan fibrotoraks.[3] Fibrotoraks paling sering didiagnosis menggunakan Sinar-x atau CT scan. CT san lebih mudah mendeteksi kasus-kasus ringan. Fibrotoraks sering dirawat secara konservatif dengan menunggu dengan waspada, tetapi kondisi mungkin memerlukan pembedahan. Prospeknya biasanya baik selama tidak ada fibrosis paru yang mendasari atau komplikasi setelah operasi. Penyakit ini sangat jarang terjadi. Tanda dan gejalaTandaGejalaPenyebabMekanismeDiagnosisPerawatanPrognosisFibrotoraks hasil komplikasi dari penyakit lain lain, seperti pleuritis tuberkulosis, empiema, atau hemotoraks akut, sering sembuh secara spontan dalam 3-6 bulan.[3] EpidemiologiKasus yang sporadis jarang dilaporkan dalam literatur medis, misalnya karena komplikasi iatrogenik atau pasca operasi. Fibrotoraks jarang terjadi di negara maju, terutama karena insiden tuberkulosis yang lebih rendah. Kondisi ini jauh lebih umum pada pekerja yang terpapar asbes, dengan 5-13,5% -nya kemudian mengalami beberapa derajat fibrosis pleura, kadang-kadang tidak didiagnosis sampai beberapa dekade setelah paparan awal.[4] Referensi
|