Fouad Mahmoud al Rabiah
Fouad Mahmoud al Rabiah (lahir 24 Juni 1959) adalah seorang warga negara Kuwait, yang ditahan di Kamp Tahanan Telok Guantanamo milik Amerika Serikat, di Kuba[1] sejak Mei 2002 sampai December 2009. Nomor Seri Tahanan Al Rabia di Guantanamo adalah 551.[2] Al Rabia adalah seorang eksekutif di maskapai penerbangan nasional Kuwait sebelum ia ditangkap secara tidak sah dan diekstradisi. Ia telah menyelesaikan studi di AS, dan menggambarkan diriniya sebagai seorang pecinta America. Ia juga seorang filantropis, sama seperti para anggota keluarganya, dan mereka secara teratur mengunjungi secara pribadi usaha amal yang mereka sumbang. Ia secara rutin melaksanakan kunjungan pendahuluan dan kunjungan lanjutan untuk mengecek proyek-proyek yang ia sumbang. Pada tahun 2001, ia menceritakan berkunjung ke Afghanistan, untuk kegiatan amal. Al Rabia direncanakan didakwa pada tahun2008 di hadapan sebuah komisi militer Guantanamo, akan tetapi semua dakwaan terhadapnya dibatalkan pada tahun 2009. Pada bulan September 2009, petisi habeas corpus Al Rabia dipenuhi, lalu hakim Pengadilan Distrik AS memerintahkan ia untuk dilepaskan "segera". Pelepasan tersebut terjadi pada tanggal 9 Desember 2009. Pengacara Al Rabiah meminta President Barack Obama untuk meminta maaf atas nama Amerika Serikat dan menyediakan "kompensasi yang pantas" atas segala kesusahan al Rabiah.[3] Komisi militer GuantanamoPada tanggal 22 October 2008, Kantor Komisi Militer melayangkan tuntutan terhadap Fouad Al Rabia dan Fayiz Al Kandari.[4] Pada 12 August 2009, penasihat pengacara Fouad Al Rabia, Lieutenant Commander Kevin Bogucki menegaskan bahwa izinnya untuk bepergian ke Kuwait disita.[5] Semua tuntutan ditarik kembali pada tahun 2009. Berat Fouad al RabiaDokumen yang diterbitkan ketika tuntutan diusulkan terhadap Fouad al Rabia termasuk rekaman berat badan al Rabia yang dicatat oleh staf medis di Guantanamo.[6] SiksaanCNN menerbitkan sebuah artikel berdasarkan wawancara dengan Fouad dan sejumlah mantan tahanan Guantanamo lain, berjudul "Former Guantanamo inmates tell of confessions under 'torture'" (Mantan tahanan Guantanamo menceritakan pengakuan mereka dalam 'siksaan'").[7] Al Rabiah bercerita pada Jenifer Fenton bahwa ia disiksa oleh para penangkapnya dari Aliansi Utara, ia disiksa di penjara di Kandahar, disiksa di pangkalan Bagram, dan disiksa di Guantanamo. Rabiah berkata padanya bahwa ia telah diinterogasi sebanyak lebih dari 200 kali, yang melibatkan "banyak sekali siksaan". Al Rabiah menunjukkan pada Fenton sebuah salinan surat sepanjang dua halaman yang ditemukan di Tora Bora yang menunjukkan ia disiksa sampai membuat pengakuan. Penulis surat tersebut menulis bahwa ia dan anaknya, Abdullah, memimpin suatu serangan di Afghanistan pada tahun 1991. Namun, meskipun nama anak Al Rabiah adalah benar Abdullah, usianya pada tahun 1991 adalah baru satu tahun. Al Rabiah berkata pada Fenton bahwa ia mulai membuat pengakuan atas segala yang dituduhkan para penginterogasinya setelah ia ditanyai "Apa kamu mau pulang ke rumah sudah jadi pecandu obat terlarang?"[7] Ia berkata pada Fenton bahwa ia melihat hal ini sebagai salah satu ancaman yang memicunya memberikan pengakuan palsu. RepatriasiPada 12 Mei 2007, surat kabar Kuwait Times melaporkan bahwa Kuwait dan AS telah menyelesaikan suatu negosiasi tentang repatriasi sisa-sisa tahanan asal Kuwait.[8] Pelepasan segera
Pada tanggal 17 September 2009, Hakim Pengadilan Distrik AS Colleen Kollar-Kotelly memutuskan bahwa Al Rabia tidak bisa lagi ditahan di bawah peraturan Otorisasi Pemakaian Kekuatan Militer dan memerintahkan pemerintah untuk melepaskannya dari tahanan di Teluk Guantanamo.[9] Ia kemudian direpatriasi pada tanggal 9 Desember 2009. Kementerian Kehakiman AS mengumumkan bahwa ia telah dipindahkan dari fasilitas penahanan di Teluk Guantanamo ke bawah kendali pemerintahan Kuwait. Pemindahan tersebut dilaksanakan bersama oleh pemerintah AS dan Kuwait. AS kemudian terus berkonsultasi dengan pemerintahan Kuwait terkait dengan Al Rabia. Lihat jugaReferensi
Pranala luar
|