Gambir, Jakarta Pusat
SejarahPada masa penjajahan Belanda, wilayah Gambir, khususnya daerah Kelurahan Gambir dan sekitarnya, dinamakan Weltevreden (termasuk stasiun kereta apinya). Nama "Gambir" sendiri sudah dipakai pula untuk kawasan yang sama sejak awal abad ke-19, diambil dari nama seorang letnan Belanda keturunan Prancis bernama Gambier yang ditugaskan Daendels untuk membuka jalan ke arah selatan.[3] Sebelum dikembangkan oleh Daendels sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda di daerah baru yang disebutnya Weltevreden sejarah kawasan ini telah dimulai sejak tahun 1658 di mana masih berupa daerah rawa-rawa dan padang ilalang. Oleh pemiliknya yang bernama Anthony Paviljoen, daerah ini mulai disewakan kepada masyarakat Tionghoa untuk digarap sebagai lahan pertanian sayur-sayuran dan sawah. Setelah makin berkembang daerah ini timbul pasar yang berlanjut terus menerus sebagai pasar tempat memperingati hari lahir penguasa Belanda yang diadakan pasar malam setiap tahun. Pasar yang tumbuh dan berkembang terus itu disebut pasar Gambir. Setelah Daendels berkuasa dan memindahkan pusat pemerintahan dari Kota ke Weltevreden yang dalam bahasa Belanda berarti tempat yang paling ideal sebagai lokasi pemukiman (tempat yang nyaman), maka Belanda mulai membangun berbagai macam sarana prasarana perkotaan di daerah baru ini. Salah satu sarana perkotaan yang terkenal pada waktu itu adalah lapangan Koningsplein yang disebut juga oleh masyarakat lokal dengan nama lapangan Gambir. Lapangan ini kemudian dikenal dengan nama Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta). Lapangan ini menjadi tempat dilaksanakannya rapat raksasa rakyat Jakarta yang terjadi di lapangan Ikada. Pada masa lalu, di lapangan ini terdapat perkumpulan-perkumpulan olahraga, yang paling terkenal adalah Bataviaasche Sport Club (BSC) dan Batavia Buitenzorg Wedloop Societiet (BBWS). BSC adalah perkumpulan olahraga biasa dan BBWS adalah perkumpulan olahraga berkuda.[4] DemografiPada tahun 2021, penduduk kecamatan Gambir sebanyak 96.940 jiwa, dengan kepadatan 12.755 jiwa/km².[2] Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2021 mencatat bahwa mayoritas penduduk kecamatan ini memeluk agama Islam. Adapun persentasi penduduk menurut agama yang dianut adalah Islam sebanyak 71,87%, kemudian Kristen sebanyak 21,39%, di mana Protestan 12,99% dan Katolik 8,40%. Kemudian sebagian lagi memeluk agama Buddha yakni 6,44%, Hindu 0,28% dan Konghucu 0,02%.[2] Untuk sarana rumah ibadah di Gambir, terdapat 57 masjid, 42 musala, 20 gereja Protestan, 5 vihara, 3 gereja Katolik dan 1 pura.[5] AdministrasiPembagian wilayahKecamatan Gambir terdiri dari 6 kelurahan, yakni;
TransportasiKecamatan Gambir mempunyai transportasi publik seperti bus BRT dan kereta api komuter, yaitu:
Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Gambir.
|