Gerakan Fajar NusantaraGerakan Fajar Nusantara (disingkat Gafatar) adalah aliran kepercayaan yang dianggap sebagai salah satu penerus Al-Qiyadah Al-Islamiyah.[1] Aliran ini didirikan oleh Ahmad Moshaddeq yang menyatakan dirinya sebagai nabi atau mesias, dan gerakan ini merupakan gerakan sinkretik yang menggabungkan ajaran Islam, Kristen dan Yahudi.[1] AjaranMenurut hasil penelitian ketua Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI) Amin Djamaludin, ajaran gerakan ini masih sama dengan ajaran Al-Qiyadah Al-Islamiyah, seperti penggantian kalimat syahadat dari "Asyhadu an laa ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah" (Aku bersaksi tiada Tuhan Selain Allah dan Aku bersaksi Nabi Muhammad adalah utusan Allah) menjadi "Asyhadu an laa ilaaha illallaah wa asyhadu anna Al-Masiihal Maw'uuda Rasulullah" (Aku bersaksi tiada Tuhan Selain Allah dan Aku bersaksi Al-Masih Al-Maw'ud adalah utusan Allah),[2] ketiadaan kewajiban puasa, dan pengakuan Ahmad Moshaddeq sebagai nabi setelah Nabi Muhammad dengan nama "Al-Masih Al-Maw’ud".[3] Mereka juga meniadakan kewajiban sholat lima waktu, tetapi masih mewajibkan "Qiyamul lail" (sholat malam) dan sholat waktu terbit dan terbenamnya matahari.[2] Selain itu, menurut Djamaludin, cara menebus dosa dalam kepercayaan Gafatar adalah dengan membayarkan nominal tertentu kepada Ahmad Moshaddeq sebagai nabi, seperti yang tertulis di dalam salah satu buku pegangan Gafatar yang berjudul "Islam Hanif: Akan Masuk Surga" karya Robert P. Walean.[2] Dalam buku "Memahami dan Menyikapi Tradisi Tuhan: Kebangkitan yang Dibenci tapi Dirindukan" karya Ahmad Mesiyyakh, diyakini bahwa umat pilihan Tuhan akan dibangkitkan kembali pada tahun 2024 M oleh seorang nabi sebagai bagian dari siklus 700 tahun kejayaan dan kejatuhan semenjak kelahiran Nabi Muhammad (menurut kepercayaan Gafatar lahir pada tahun 624 M).[4] Selain itu, menurut buku "Kewajiban Menghormati Hari 'Ketujuh' (Sabath)", hari suci penganut Gafatar adalah hari Sabtu.[4] Di buku yang sama juga dijelaskan proses penciptaan alam semesta melalui enam tahapan, dan pada tahap ketujuh alam semesta telah selesai diciptakan dan Tuhan kemudian beristirahat.[4] Proses penciptaan versi Gafatar memadukan unsur-unsur dari Taurat, Al-Quran, dan Alkitab.[4] Berdasarkan pengamatan Amin Djamaludin, Gafatar ingin mewujudkan enam tahapan untuk mendirikan sebuah teokrasi, yaitu:
Tahapan ketigalah yang konon mendasari kedatangan banyak anggota Gafatar ke wilayah Kalimantan.[3] Namun, seorang mantan pemimpin Gafatar yang bernama Yudhistira mengklaim bahwa anggota Gafatar dikirim ke Kalimantan untuk ikut program pangan dengan menggarap lahan yang telah disediakan oleh Gafatar.[5] PengikutPada puncaknya, Gafatar diduga memiliki sekitar 20.000 anggota yang tersebar di 34 provinsi.[5] Menurut pengakuan anggota Gafatar, dana organisasi ini berasal dari sumbangan anggota.[5] Akibat anggapan bahwa Gafatar adalah aliran sesat, anggota organisasi ini telah mengalami persekusi, seperti penyerangan terhadap desa-desa yang dihuni oleh anggota Gafatar di Kabupaten Mempawah Timur di Kalimantan Barat pada Januari 2016 yang berujung pada pembakaran tempat tinggal mereka dan pengusiran sedikitnya 1.124 anggota Gafatar.[6] Referensi
|