Share to:

 

Gereja rendah

Dalam aliran Anglikan, gereja rendah mengacu pada gereja-gereja yang memberikan sedikit penekanan ritual pada kegiatan gerejanya. Istilah ini paling sering digunakan dalam pengertian liturgi, yang mengarah kepada Protestanisme, sedangkan " gereja tinggi" merujuk pada penekanan ritual, seringkali Anglo-Katolik.

Istilah ini awalnya bersifat merendahkan. Saat mulainya berbagai tantangan doktrin dan gerejawi terhadap gereja mapan pada abad ke-17, para penafsir dan lainnya—yang menyukai teologi, ibadah, dan struktur hierarki Anglikanisme (seperti keuskupan) sebagai bentuk sejati Kekristenan—mulai merujuk pada bentuk-bentuk ini. Pandangan (dan praktik terkait) ini sering disebut sebagai " gereja tinggi", dan pada awal abad ke-18 para teolog dan politisi yang mencari lebih banyak reformasi di gereja Inggris dan penyebaran paham liberal pada struktur gereja, lalu sebaliknya disebut sebagai "gereja rendah".

Sejarah penggunaan

Ungkapan gereja rendah pertama kali digunakan pada awal abad ke-18 sebagai padanan dari istilah Latitudinarian. Latitudinarian digunakan untuk merujuk pada nilai-nilai yang memberikan banyak kebebasan iman dan disiplin. Istilah ini berlawanan dengan istilah gereja tinggi, atau orang-orang gereja tinggi, yang dikenali pada mereka yang menghargai otoritas eksklusif dari Gereja yang Resmi, keuskupan, dan sistem sakramental.[1]

Penganut gereja rendah sebenarnya ingin membiarkan paham kaum Puritan tetap berkembang di dalam Gereja Inggris, meskipun mereka mungkin saja tidak setuju dengan praktik liturgi Puritan. Gerakan untuk membawa Separatis, dan khususnya Presbiterian, kembali ke Gereja Inggris berakhir dengan sebagian besar Undang- Undang Toleransi 1689 . Meskipun awalnya istilah Gereja Rendah tetap digunakan untuk para pendeta yang memiliki pandangan yang liberal mengenai apa yang disebut sebagai Pembangkang, istilah tersebut kemudian tidak digunakan lagi.

Kedua istilah ini kembali diangkat pada abad ke-19 ketika gerakan Oxford menggunakan istilah "pejabat gereja tinggi". Istilah itu kembali digunakan dalam arti yang telah dimodifikasi. Pada saat itu istilah tersebut digunakan untuk merujuk pada mereka yang meninggikan gagasan Gereja sebagai entitas katolik sebagai tubuh Kristus, dan sistem sakramental sebagai sarana rahmat yang diberikan secara ilahi. Seorang anggota gereja yang rendah sekarang menjadi setara dengan seorang Anglikan injili, gerakan ini digagas oleh Charles Simeon, yang menganggap perlunya pertobatan personal sebagai hal yang utama.[1]

Pada saat yang sama, Latitudinarian berubah menjadi gereja luas, atau anggota gereja luas. Istilah ini merujuk pada pihak-pihak yang paling menghargai ajaran etika Gereja dan meminimalkan nilai ortodoksi. Kebangkitan ritual pra- Reformasi oleh banyak pendeta menyebabkan sebutan ritualis dimaknai dalam arti yang agak menghina. Namun, istilah pendeta tinggi dan ritualis sering salah arti dan diperlakukan sebagai istilah yang serupa dan maknanya dapat dipertukarkan. Anggota gereja tinggi dalam gereja Katolik lebih berbeda dari penggunaan-penggunaan sebelumnya yang mana digambarkan sebagai "tipe tinggi dan kering" dari masa sebelum dimulainya Gerakan Oxford.[1]

Penggunaan masa kini

Dalam penggunaan modern, "gereja-gereja rendah" lebih menekankan pada sifat Anglikanisme Protestan daripada gereja-gereja besar atau "gereja tinggi" dan biasanya memiliki paham Injili dalam praktiknya. Mereka mungkin cenderung lebih menyukai liturgi tradisional seperti Ibadah Umum daripada Buku Doa Umum, kebaktian Doa Pagi dan Sore daripada Ekaristi, dan kebanyakan dari mereka juga hanya menggunakan liturgi formal minimum yang masih diizinkan oleh hukum gereja. Keuskupan Sydney sebagian besar telah meninggalkan Buku Doa tersebut dan melakukan layanan evangelis dalam bentuk yang lebih bebas.

Beberapa gereja rendah masa kini juga seringkali memasukkan unsur-unsur Kekristenan karismatik dalam kegiatan peribadatan.

Gereja rendah Anglikan yang lebih tradisional menolak doktrin bahwa sakramen dapat menurunkan karunia ex opere operato (misalnya, regenerasi pembaptisan) dan lebih menekankan Alkitab sebagai sumber otoritas tertinggi dalam hal-hal iman yang diperlukan untuk keselamatan. Hal ini akibat pengaruh pemikiran Calvinis atau Reformed yang pernah diwarisi dari era Reformasi. Mereka, umumnya dapat bekerja sama dengan umat Protestan lain dalam ketentuan yang hampir serupa.[butuh rujukan] Beberapa gereja rendah Anglikan dari partai Reformed menganggap diri mereka sebagai satu-satunya penganut setia Anglikanisme sejak dulu kala dan menekankan Tiga Puluh Sembilan Artikel Gereja Inggris sebagai pernyataan doktrin resmi dari tradisi Anglikan.[butuh rujukan]

Hubungan ekumenis

Persekutuan gereja dengan Protestan di Asia

Beberapa wilayah provinsi Persekutuan Anglikan di negara-negara di Asia sudah bergabung dengan gereja-gereja Protestan. Gereja India Selatan sebelumnya muncul dari penggabungan provinsi bagian selatan Gereja India, Pakistan, Burma dan Sri Lanka (Anglikan), Gereja Metodis India Selatan dan Gereja Bersatu India Selatan (Gereja bersatu Kongregasionalis, Reformasi dan Presbiterian) pada tahun 1947. Pada tahun 90-an sedikit dari gereja Baptis dan Pantekosta juga bergabung dalam persekutuan gereja tersebut.

Pada tahun 1970 Gereja dari negara-negara India, Pakistan, Burma dan Sri Lanka, yakni Gereja Persatuan India Utara, Gereja Baptis India Utara, Gereja Brethren di India, Gereja Methodist (Konferensi Inggris dan Australia) dan denominasi Disciples of Christ bergabung untuk membentuk Gereja India Utara. Selain itu pada tahun 1970, gereja Anglikan, Presbiterian (Gereja Skotlandia), Metodis Bersatu dan Gereja-Gereja Lutheran di Pakistan kemudian bergabung ke dalam Gereja Pakistan. Gereja Bangladesh adalah hasil dari penggabungan beberapa gereja Anglikan dan Presbiterian.

Inggris Raya dan Irlandia

Pada tahun 60-an, Gereja Metodis Inggris Raya memberikan tawaran ekumenis kepada Gereja Inggris, yang ditujukan untuk mempersatukan gereja tersebut. Usaha ini gagal dilakukan karena proposal mereka ditolak secara resmi oleh Sinode Umum Gereja Inggris pada tahun 1972. Pada tahun 1981, sebuah perjanjian kembali diusulkan, kali ini antara Gereja Inggris, Gereja Metodis di Inggris Raya, Gereja Reformasi Bersatu dan Gereja Moravia.[2]

Pada tahun 1982, United Reformed Church kemudian memberikan suara yang mendukung perjanjian tersebut. Hal ini berarti mengubah model para penatua dan moderatornya sebagai uskup dan memasukkan aktivitas pelayanan gereja ke dalam suksesi apostolik. Akan tetapi Gereja Inggris menolak perjanjian itu. Perundingan dan kerja sama terus berlanjut hingga akhirnya disepakati pada tahun 2003. Kesepakatan ini ditandai dengan sebuah penandatanganan perjanjian antara Gereja Inggris dan Gereja Metodis Inggris Raya.[2] Sejak tahun 70-an dan seterusnya, Gereja Methodist kemudian terlibat dalam beberapa "Proyek Ekumenis Lokal" (LEPs) dengan denominasi tetangga biasanya dengan Gereja Inggris, Baptis atau dengan United Reformed Church, yang melibatkan berbagai gereja, sekolah dan dalam beberapa hal mengenai pendeta .

Di Gereja Inggris, Anglo-Katolik sering menentang persatuan dengan Protestan, yang kemudian menurunkan harapan bersatunya gereja dengan Gereja Katolik Roma. Penerimaan pendeta wanita yang sering dilakukan Protestan juga akan mempersulit persatuan dengan Tahta Roma.

Pada tahun 1990-an dan awal 2000-an, Gereja Episkopal Skotlandia (Anglikan), Gereja Skotlandia (Presbiterian), Gereja Metodis Inggris Raya, dan Gereja Reformasi Bersatu merupakan sebuah bagian dari " Inisiatif Gereja Skotlandia untuk Persatuan" (SCIFU). Persekutuan ini awalnya dibuat untuk mencari kesatuan yang lebih besar. Upaya itu kemudian terhenti setelah Gereja Skotlandia menarik diri pada tahun 2003.

Pada tahun 2002 Gereja Irlandia, yang termasuk ke dalam salah satu gereja rendah Anglikanisme, menandatangani perjanjian untuk kerjasama yang lebih besar dan berpotensi untuk mempersatukan mereka dengan Gereja Methodist di Irlandia.[3]

Referensi

  1. ^ a b c  Satu atau lebih kalimat sebelum ini menyertakan teks dari suatu terbitan yang sekarang berada pada ranah publikChisholm, Hugh, ed. (1911). "Low Churchman". Encyclopædia Britannica. 17 (edisi ke-11). Cambridge University Press. hlm. 72. 
  2. ^ a b "Church of England/Methodist Church Covenant". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-06-29. Diakses tanggal 2022-09-23. 
  3. ^ "Church of Ireland/Methodist Church Covenant". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-04-25. Diakses tanggal 2022-09-23. 

Bacaan lanjutan

  • Cross, FL (ed.) (1957) Oxford Dictionary of the Christian Church . London: Oxford UP; Gereja Rendah, hal. 824

Pranala luar

Templat:Christian theology by tradition

Kembali kehalaman sebelumnya