Gindara (ikan)
BiologiIkan Gindara (ikan) berwarna abu-abu kehitaman, dan semakin gelap seiring menuanya dia bahkan sampai terlihat hitam. Ikan ini dapat berenang dengan cepat dengan rusuk ekor yang kuat dan empat sampai enam finlet setelah sirip dubur dan sirip punggung kedua.[3] Ikan Gindara (ikan) dapat tumbuh sampai dengan 2 meter. Seperti ikan minyak (Ruvettus pretiosus) lainnya, ikan Gindara (ikan) tidak dapat melakukan metabolisme terhadap ester lilin (gempylotoxin) yang secara alami dapat ditemukan dalam mangsanya, sehingga ikan Gindara (ikan) mengandung 14–25% minyak dalam dagingnya. Efek sampingDapat menyebabakan kerior (Bahasa Yunani: Aliran Lilin), sejenis diare karena tubuh tidak dapat mencerna lemak dengan sempurna, sehingga tinja berlendir/berminyak.[4] Gejalanya sama seperti diare biasa seperti perut begah, mulas, kram, dan sebagainya yang terjadi berkisar antara 30 menit sampai 36 jam setelah mengonsumsi ikan.[5] Untuk mencegahnya, tidak disarankan untuk mengonsumsi lebih dari 6 ons (170 gram) per hari.[6] Ada saran untuk dipanggang/digoreng untuk menurunkan kadar lemak/minyak-nya, walaupun cara tersebut kurang efektif karena lilin tersebut sebenarnya tahan panas dan tidak akan menguap, kecuali merembes dari dalam ikan. Mengupas kulitnya juga membantu mengingat sebagian besar lemak ikan terdapat dekat kulit ikan. Memakan bagian dekat ekornya saja dapat mengurangi risiko diare, karena biasanya lemak di ekor ikan lebih sedikit dibanding bagian tubuh kian lainnya. Salah labelIkan Gindara (ikan) bisa salah salah dilabeli di restoran maupun di pasar ikan. Tahun 2009, sampel tuna dari beberapa restauran sushi di kota New York dan Denver dites DNA. hasilnya, lima dari sembilan restauran yang "menyajikan" tuna putih, tuna putih (albakora)” atau “tuna putih super”, ternyata malah menyajikan Gindara (ikan).[7] Dari 2010 sampai 2013, sebuah studi yang dilakukan oleh Oceana, dimana mereka mengetes 114 sampel daging tuna, dan menyatakan bahwa 84% dari sampel tuna tersebut sebenarnya daging Gindara (ikan).[8] Oceana mengklaim kalau Gindara (ikan) telah salah dilabeli atau tersaruh dengan ikan lain: Kod Atlantik, ikan minyak (berhubungan dengan Gindara (ikan), tetapi berbeda genus), rudderfish, kod biru, kod hitam, tuna raja, kerapu, orange roughy, Bass Laut Eropa, gemfish, Bass Laut Chili, tuna albakora, dan tuna putih.[9] Oceana mengklaim bahwa kesalahan pelabelan ini terjadi akibat ketidakpedulian atau usaha penipuan, yang lebih parah dibandingkan kesalahan pelabelan biasa, mengingat efek samping yang dapat ditimbulkan karena mengonsumsi ikan ini.[10] Di Indonesia, ikan Gindara (ikan) juga sering dilabeli sebagai ikan Gindara meskipun kedua ikan ini adalah spesies ikan yang berbeda. Meskipun rasa kedua ikan ini mirip ketika sudah dimasak, lemak ikan Gindara bisa dicerna manusia, sedangkan ikan Gindara (ikan) tidak bisa dicerna dengan baik oleh manusia dan bisa menyebabkan diare berminyak. Pandangan duniaDi JepangIkan Gindara (ikan) sudah dilarang dikonsumsi oleh pemerintah Jepang sejak tahun 1977. karena memakan ikan ini dapat menyebabkan diare parah atau bahkan keracunan makanan Scombroid. Ikan Gindara (ikan) terkait dengan Scombroid (keracunan histamin) akibat tingginya kadar histidin yang dikonversi menjadi histamin, hal ini dapat disebabkan karena penyimpanan ikan yang kurang baik.[11][12] Hal tersebut tertulis pada pasal 6 ayat 2 dalam Undang-undang Sanitasi Pangan. Negara lainnyaItalia melarang peredaran ikan ini sejak lama, sama seperti Jepang.[11][12] Tahun 1999, badan administrasi obat nasional Swedia dan Denmark memberitahukan asosiasi pedagang ikan dan perusahaan importir ikan untuk memperingatkan konsumen agar berhati-hati dalam mengonsumsi Ikan Gindara (ikan) dan sejenisnya bila tidak dimasak dan disajikan dengan benar. Badan administrasi obat nasional kedua negara tersebut juga mengeluarkan artikel rekomendasi dalam memasak atau menyajikan Ikan Gindara (ikan). Pada awal 2007, setelah menerima banyak komplain dari masyarakat mengenai ikan yang salah label/merk,[13], pemerintah Hong Kong menyarankan agar Ikan Gindara (ikan) tidak dijadikan bahan makanan. Para pedagang diminta untuk memberikan label serta tanda identifikasi yang jelas mengenai spesies ikan sebelum dijual, dan membeli ikan dari sumber yang tepercaya. Sedangkan konsumen disarankan untuk lebih berhati-hati atas efek samping dari memakan Gindara (ikan), ikan minyak, dan sejenisnya. pemerintah Hong Kong teleh membentuk sebuah grup yang terdiri dari ahli akademis, dagang dan konsumen untuk menyiapkan petunjuk untuk membantu pedagang dan konsumen dalam mengidentifikasi spesies ikan di pasaran.
|