Giuvanna, Ratu Sisilia
Giuvanna atau Joan dari Inggris (Juli 1165 – 4 September 1199) merupakan seorang permaisuri Sisilia dan Comtesse Toulouse. Giuvanna adalah putri ketujuh Henry II, Raja Inggris dan permaisuri, Aliénor dari Aquitaine.[2] Permaisuri SisiliaGiuvanna lahir di istana d'angers, Anjou, dan menghabiskan masa mudanya di istana ibundanya di Winchester dan Poitiers. Pada tahun 1176, Gugghiermu II dari Sisilia mengirim duta besar ke istana Inggris untuk meminang Giuvanna.[3] Pertunangan itu dikonfirmasi pada tanggal 20 Mei dan pada tanggal 27 Agustus Giuvanna berlayar ke Sisilia, dikawal oleh John Oxford, uskup Norwich dan pamandanya, Hamelin de Warenne, Earl Surrey. Di Saint Gilles, rombongannya bertemu dengan perwakilan Kerajaan Sisilia: Alfanus, Uskup agung Capua, dan Richard Palmer, Uskup Syracuse. Setelah pelayaran berbahaya, Giuvanna tiba dengan selamat, dan pada tanggal 13 Februari 1177, ia menikah dengan Gugghiermu II dari Sisilia dan dinobatkan sebagai Ratu Sisilia di Katedral Palermo.[4] Giuvanna tidak menghasilkan ahli waris yang masih hidup, meskipun ada rumor bahwa ia melahirkan seorang putra bernama Bohemond. Ketika Gugghiermu II meninggal pada bulan November 1189 ia digantikan oleh sepupunya yang tidak sah, Tancredi, yang merebut tanah-tanah yang diberikan kepadanya oleh Gugghiermu dengan alasan strategis yang masuk akal bahwa Monte Sant'angelo berada di rute yang diambil oleh pasukan penyerang dari Heinrich IV dari Jerman. Perang Salib KetigaAkhirnya, kakandanya, Richard I, Raja Inggris tiba di Italia pada tahun 1190, dalam perjalanannya ke Tanah Suci. Ia menuntutnya kembali, bersama dengan setiap sen maharnya. Ketika Tancredi menolak keras tuntutan tersebut, Richard menyita sebuah biara dan kastil La Bagnara. Ia memutuskan untuk menghabiskan musim dingin di Italia dan menyerang dan menaklukkan kota Messina, Sisilia.[5] Akhirnya, Tancredi menyetujui persyaratan tersebut dan mengirim mahar Giuvanna. Pada bulan Maret 1191 Aliénor dari Aquitaine tiba di Messina bersama pengantin Richard, Berengela. Aliénor kembali ke Inggris, meninggalkan Berengela dalam perawatan Giuvanna. Richard memutuskan untuk menunda pernikahannya, menempatkan adindanya dan mempelai wanitanya di atas kapal, dan berlayar. Dua hari kemudian armada itu dilanda badai ganas, menghancurkan beberapa kapal dan meniup kapal Giuvanna dan Berengela. Richard mendarat dengan selamat di Kreta, tapi mereka terdampar di dekat Siprus. Despot lalim dari Siprus, Isaakius Komnenos hendak menangkap mereka saat armada Richard tiba-tiba muncul. Putri-putri itu selamat, tapi despot itu keluar dengan harta Richard. Richard mengejar dan menangkap Isaakius, melemparkannya ke penjara, menikahi Berengela pada tanggal 12 Mei 1191 di Limasol, Siprus dan kemudian mengirim Giuvana dan Berengela ke Akko. Giuvanna adalah adinda kesayangan Richard, dan ia tidak menggunakannya sebagai chip tawar-menawar dalam skema politiknya. Ia bahkan menyarankan menikahinya dengan saudara Salahuddin, Al-Adil, dan menjadikan mereka penguasa bersama Yerusalem. Meskipun Al-Adil dan Salahuddin sama-sama sepakat dengan pengaturan tersebut, rencana itu gagal ketika para imam berpangkat tinggi menentang pernikahan dan mengancam Richard bahwa ia akan dikucilkan dari Gereja Kristen. Raja Philippe II dari Prancis juga menyatakan minat untuk menikahinya, namun rencana ini, juga gagal (mungkin dengan alasan afinitas, karena ayahanda Philippe, Louis VII sebelumnya pernah menikah dengan ibundanya). Comtesse ToulouseGiuvanna menikah pada bulan oktober 1196, di Rouen, sebagai istri ketiga Raymond VI, comte Toulouse, dengan Quercy dan Agenais sebagai mas kawinnya. Ia adalah ibunda ahli warisnya, Raymond VII dari Toulouse (lahir Juli 1197), dan seorang putri, Joan (lahir 1198), yang menikah dengan Bernard II de la Tour, Lord la Tour. Beberapa penulis sejarah, yang tidak menyukai Raymond VI, Comte Toulouse (percaya bahwa ia seorang yang sesat), mengklaim bahwa pernikahannya dengan Giuvanna dengan cepat menjadi tidak bahagia, dan bahwa ia telah melarikan diri ke wilayah kakandanya, Richard pada tahun 1199, ketika ia mengetahui kematian Richard. "Babad Guillaume de Puylaurens", bagaimanapun, mengatakan beberapa bulan terakhir Giuvanna berikut ini: "Ia adalah seorang wanita mapan yang sangat semangat, dan setelah ia pulih dari nifas, ia bertekad untuk melawan luka-luka yang ditimpakan pada suaminya di tangan sejumlah besar tokoh terkemuka dan ksatria. Oleh karena itu ia membawa senjata melawan penguasa Saint-Felix, dan mengepung sebuah trastrum milik mereka yang dikenal sebagai Les Cassés. Usahanya sedikit bermanfaat, beberapa dari mereka yang dengan ceroboh dan diam-diam memberikan senjata dan persediaan kepada musuh yang terkepung. Sangat dirugikan, ia meninggalkan pengepungan tersebut, dan hampir dicegah meninggalkan kampnya dengan api yang dimulai oleh para pengkhianat. Banyak yang terkena dampak luka ini, ia buru-buru menemui kakandanya, Raja Richard untuk memberitahunya tentang hal ini, tetapi mendapati bahwa ia telah meninggal. Ia sendiri meninggal pada saat hamil dengan kesedihan ganda ini." Kematian dan pemakamanGiuvanna meminta untuk diterima di Fontevrault Abbey, permintaan yang tidak biasa untuk wanita hamil yang telah menikah, namun permohonan ini dikabulkan. Ia meninggal saat melahirkan dan telah berjilbab sebagai seorang biarawati di ranjang kematiannya. Putranya, yang lahir melalui operasi sesar setelah Giuvanna meninggal, hidup cukup lama untuk dibaptis, menerima nama Richard. Giuvanna berusia tiga puluh tiga tahun ia dimakamkan di Fontevrault Abbey, dan lima puluh tahun kemudian putranya, Raymond VII, Comte Toulouse dimakamkan di samping makamnya. Patung Giuvanna awalnya ditampilkan berlutut di atas pusara ayahandanya dengan tangan menggenggam dan kepala membungkuk dengan sikap pengabdian yang diungkapkan di wajahnya. Putranya Raymond dimakamkan di sampingnya dan patungnya berlutut menghadap makamnya. Sayangnya kedua patung itu hancur selama Revolusi Prancis. Penggambaran dalam fiksiNovelis cinta Plantagenet, Molly Costain Haycraft menulis fiksi tentang kehidupan Giuvanna, yang dimulai dengan kematian suaminya yang pertama, dalam buku My Lord Brother the Lionheart. Pada tahun 1965 serial Doctor Who The Crusade, ia disebut sebagai Joanna dan diperankan oleh Jean Marsh; kisah ini termasuk upaya Ricard untuk menikahkan Joanna dengan saudara Salahuddin, Saphadin. Giuvanna digambarkan oleh Joanne Stevens (sebagai seorang gadis) dan Christina Greatrex (sebagai seorang wanita) pada serial televisi tahun 1978 BBC The devil's Crown, yang mendramatisasi pemerintahan ayahandanya dan saudara-saudara. Perjalanan Giuvanna ke Sisilia untuk menikah dengan Gugghiermu digambarkan di dalam A Murderous Procession oleh penulis sejarah Ariana Franklin. Giuvanna memiliki peran menonjol di dalam novel-novel Sharon Kay Penman, Devil's Brood, Lionheart dan A King's Ransom, di mana ia disebut sebagai Joanna. Giuvanna adalah subjek di dalam novel remaja Susan Coventry, The Queen's Daughter, pub. 2010. Catatan
Sumber sejarah
Referensi
Daftar pustaka
|