Gravity (film)
Gravity adalah film cerita seru fiksi ilmiah tahun 2013 yang disutradarai Alfonso Cuarón yang juga menulis, menyunting, dan memproduseri film ini. Film ini dibintangi Sandra Bullock dan George Clooney sebagai antariksawan Amerika Serikat yang terdampar di luar angkasa setelah Pesawat Ulang-Alik mereka hancur di tengah orbit dan berusaha untuk kembali ke Bumi. Alfonso menulis naskah film ini bersama anaknya Jonás dan berusaha mengembangkan film ini di Universal Pictures. Hak distribusi film ini kemudian diambil alih Warner Bros. Pictures. David Heyman yang sebelumnya bekerja dengan Alfonso di Harry Potter and the Prisoner of Azkaban (2004) memproduseri film ini bersamanya. Gravity diproduksi seluruhnya di Britania Raya tempat perusahaan efek visual Britania Raya Framestore menghabiskan lebih dari tiga tahun menciptakan sebagian besar efek visual film yang melibatkan hampir sepanjang durasi film. Gravity menjadi film pembuka di Festival Film Internasional Venesia ke-70 pada 28 Agustus 2013, and had its North American premiere three days later at the Telluride Film Festival. Upon its release, Gravity was met with widespread critical acclaim, with praise for its direction and visuals. Considered one of the best films of 2013, it appeared on numerous critics' year-end lists, and was selected by the American Film Institute in their annual Movies of the Year list.[6] The film became the eighth highest-grossing film of 2013 with a worldwide gross of over $723 million, against a production budget of around $100 million. The film earned accolades from numerous critics and guilds. At the 86th Academy Awards, Gravity received ten nominations, including Best Actress for Bullock and Best Picture, and won seven awards, including Best Director, Best Original Score, Best Cinematography, and Best Visual Effects. The film was also awarded six BAFTA Awards, including Outstanding British Film and Best Director, the Golden Globe Award for Best Director, seven Critics' Choice Movie Awards, the 2013 Ray Bradbury Award,[7] and the 2014 Hugo Award for Best Dramatic Presentation. AlurDr. Ryan Stone (Sandra Bullock), seorang insinyur rekayasa biomedis dari Lake Zurich, Illinois, berada di dalam pesawat ulang-alik NASA Explorer untuk misi antariksa pertamanya, STS-157. Astronaut veteran Matt Kowalski (George Clooney) memimpin misi terakhirnya. Dalam perjalanan antariksa untuk memperbaiki teleskop luar angkasa Hubble, Pengendali Misi (Ed Harris) di Houston memperingatkan anggota tim tentang serangan rudal milik Rusia terhadap satelit yang tidak berfungsi, yang secara tidak sengaja menyebabkan reaksi berantai dan membentuk awan puing-puing di antariksa. Pengendali Misi memerintahkan agar misi tersebut dibatalkan dan anggota tim segera masuk kembali ke pesawat karena puing-puing melaju menuju pesawat ulang-alik. Tak lama kemudian, komunikasi dengan Pengendali Misi terputus. Puing berkecepatan tinggi dari satelit Rusia menyerang Explorer dan teleskop Hubble, memisahkan Ryan dari pesawat dan membiarkannya terjebak melintasi ruang angkasa. Matt, menggunakan Manned Maneuvering Unit (MMU), menyelamatkan Ryan dan mereka kembali ke Explorer. Keduanya segera mengetahui bahwa pesawat tersebut telah mengalami kerusakan parah dan anggota tim lainnya tewas. Ryan dan Matt memutuskan untuk menggunakan MMU untuk mencapai International Space Station (ISS), yang berada di orbit sekitar 1.450 km (900 mil). Matt memperkirakan bahwa mereka memiliki waktu 90 menit sebelum puing-puing datang menutupi orbit dan mengancam mereka lagi. Dalam perjalanan ke ISS, mereka membahas kehidupan dan putri Ryan, yang meninggal muda karena kecelakaan. Ketika mereka mendekat, mereka melihat bahwa awak ISS telah dievakuasi ke dalam salah satu dari dua kapsul Soyuz-TMA milik ISS. Parasut Soyuz TMA-14M yang tersisa telah dipasang, membuat kapsul tersebut tidak berguna untuk kembali ke Bumi. Matt menyarankan untuk melakukan perjalanan ke stasiun antariksa Tiangong milik Tiongkok, berjarak 100 km (60 mil), untuk membawa modul Tiongkok kembali ke Bumi dengan selamat. Kehabisan udara dan tenaga manuver, mereka mencoba mencapai ISS saat mereka melayang. Kaki Ryan terjerat dalam tali parasut Soyuz dan ia meraih tali pengikat pada setelan Matt, tetapi mereka segera mengetahui bahwa kabel-kabel tidak dapat menarik mereka berdua. Meskipun Ryan tidak menginginkannya, Matt melepaskan diri dari tali pengikat untuk menyelamatkan Ryan. Ryan ditarik kembali ke ISS, sementara Matt melayang hingga tewas. Matt tetap mendukung Ryan hingga ia tidak bisa berkomunikasi. Ryan memasuki ISS melalui airlock Pirs Docking Compartment. Ia tidak dapat membangun kembali komunikasi dengan Matt dan menyimpulkan bahwa ia sekarang adalah satu-satunya yang selamat. Di dalam stasiun, api besar tiba-tiba berkobar dan memaksanya untuk bergegas ke Soyuz. Ketika Ryan menyalakan kapsul jauh dari ISS, tali pengikat parasut yang masih terjerat mencegahnya memisahkan diri dari stasiun. Ryan melakukan perjalanan antariksa untuk melepaskan tali pengikat dan berhasil ketika puing-puing menutup orbitnya dan menghancurkan stasiun. Ryan meluruskan Soyuz dengan Tiangong, tetapi ia menemukan bahwa mesin Soyuz tidak memiliki bahan bakar. Setelah ia mencoba berkomunikasi dengan seorang pria di Bumi yang hanya dapat berbicara bahasa Eskimo-Aleut melalui radio, Ryan menyerah dan bunuh diri dengan mematikan suplai oksigen kabin sehinga ia terlantar. Ketika Ryan mulai kehilangan kesadaran, Matt masuk ke kapsul dan memarahinya karena menyerah, lalu Matt menyuruhnya untuk memakai retroroket Soyuz untuk mendorong kapsul ke arah Tiangong. Ryan kemudian menyadari bahwa kemunculan Matt adalah sebuah halusinasi, tetapi tetap memberinya kekuatan dan kemauan untuk tetap melanjutkan. Ryan mengembalikan aliran oksigen dan menggunakan retroroket untuk mendorong kapsul ke arah Tiangong dengan momentum. Karena tidak dapat menyalakan manuver Soyuz untuk mendarat dengan stasiun tersebut, Ryan mengeluarkan dirinya melalui dekompresi eksplosif dan menggunakan tabung pemadam api sebagai pendorong darurat untuk menempuh beberapa meter terakhir ke arah Tiangong, yang dengan cepat melakukan proses penetrasi atmosfer. Ryan kemudian masuk ke kapsul Shenzhou tepat saat Tiangong mulai terpisah di atas atmosfer. Ryan menyatakan melalui radio bahwa ia siap untuk kembali ke Bumi. Setelah masuk ke atmosfer, Ryan mendengar Pengendali Misi, yang melacak kapsul dan mengirim penyelamatan. Namun karena terlalu kencang dan perisai panas kapsul yang jatuh terlalu dini ketika kapsul masuk ke atmosfer, percikan api mulai muncul di dalam kapsul. Setelah melaju kencang menembus atmosfer, kapsul jatuh ke danau, tetapi asap tebal yang muncul memaksa Ryan untuk segera keluar setelah percikan api muncul. Ryan membuka kapsul, membiarkan air masuk dan menenggelamkannya, memaksanya untuk melepaskan pakaian astronautnya dan berenang ke darat. Setelah melihat serpihan Tiangong masuk kembali ke atmosfer, Ryan berjalan dengan gemetar. Pemeran
TemaMeskipun Gravity sering disebut di berbagai media, dan dengan demikian juga oleh artikel ini, sebagai film fiksi ilmiah,[8] Cuarón mengatakan kepada BBC bahwa ia melihat film ini lebih sebagai "drama seorang perempuan di luar angkasa".[9] Menurutnya, tema utama film itu adalah sebuah "kemalangan"[10] dan ia menggunakan puing-puing sebagai metafora untuk ini.[11] Meskipun film ini bertema lokasi di luar angkasa, film ini menggunakan motif dari bangkai kapal dan kisah tentang perubahan psikologis dan upaya bertahan hidup di alam liar setelah bencana.[12][13][14][15] Cuarón menggunakan karakter Ryan Stone untuk menggambarkan kejernihan pikiran, ketekunan, pelatihan, dan improvisasi dalam menghadapi isolasi dan konsekuensi dari hukum Murphy yang tak kenal lelah.[8] Film ini menggabungkan tema spiritual atau eksistensial, dengan membeberkan kematian putri Stone yang tidak disengaja, dan dalam keharusan memanggil keinginan untuk bertahan hidup dalam menghadapi rintangan yang luar biasa, tanpa kepastian di masa depan, dan dengan ketidakmungkinan upaya penyelamatan tanpa menemukan tekad ini.[13] Bencana terjadi tetapi hanya astronaut yang masih hidup yang dapat menyaksikannya.[16] Kesan dari adegan dalam film ini diperkuat dengan pergantian antara perspektif obyektif dan subyektif, wajah Bumi yang hangat dan ruang angkasa yang tampak begitu gelap, pergerakan puing-puing yang tidak dapat diprediksi dan menimbulkan kekacauan, dan keheningan dalam ruang hampa dengan latar belakang skor musik memberikan efek yang diinginkan.[15][17] Film ini menggunakan pengambilan adegan yang sangat panjang dan tak terputus untuk menarik penonton ke dalam aksi, tetapi terasa kontras dengan adegan-adegan di dalam pakaian luar angkasa dan kapsul yang terasa sesak.[13][18] Evolusi dan kemampuan bertahan hidup manusia sering dipandang sebagai tema kunci film ini.[12][19][20][21] Film ini dibuka dengan sebuah eksplorasi luar angkasa — puncak kehebatan peradaban manusia — dan diakhiri dengan alegori awal kehidupan umat manusia ketika Ryan Stone berjuang untuk keluar dari air setelah pendaratan darurat, melewati katak, menggenggam tanah, dan perlahan-lahan mendapatkan kembali kemampuannya untuk berdiri tegak dan berjalan. Sutradara Cuarón berkata, "Dia berada di perairan keruh ini yang tampak seperti air ketuban atau sup purba, di mana Anda melihat para amfibi berenang. Dia merangkak keluar dari air, tidak seperti makhluk awal dalam evolusi. Dan kemudian dia merangkak. Dan setelah merangkak dia agak membungkuk sampai dia benar-benar berdiri tegak. Itu adalah evolusi kehidupan manusia dalam satu adegan cepat".[21] Citra lainnya yang menggambarkan pembentukan kehidupan diantaranya adegan di mana Stone bersandar pada posisi seperti embrio, dikelilingi oleh lilitan kabel yang sangat menyerupai tali pusar. Kembalinya Stone dari luar angkasa, disertai dengan puing-puing seperti meteorit, dapat dilihat sebagai petunjuk bahwa unsur-unsur penting bagi perkembangan kehidupan di Bumi mungkin berasal dari luar angkasa yang turun dari meteorit.[22] Film ini juga menonjolkan tema strategi umat manusia untuk bertahan hidup; bahwa, dalam suatu lintas budaya, seseorang harus mampu mendalilkan makna, melampaui eksistensi materiil, di saat ia tidak dapat memaknai apapun. Beberapa komentator juga mencatat adanya pesan-pesan agama di dalam film.[23][24][25][26] Misalnya, Robert Barron dari The Catholic Register meringkas ketegangan antara teknologi dalam film Gravity dan simbolisme agama. Ia berkata, "Teknologi yang dirayakan dan digaung-gaungkan oleh film ini ... tidak dapat menyelamatkan kita, dan tidak dapat menyediakan sarana yang digunakan untuk menjalin kontak nyata satu sama lain. Sungai Gangga di matahari, ikon Santo Kristoforus, patung Budai, dan yang terpenting, sebuah "kunjungan" dari penghuni surga, menandakan bahwa ada dimensi realitas yang berada di luar semua yang bisa dijangkau atau dikuasai oleh teknologi; bahwa Tuhan itu nyata".[26] Referensi
Pranala luar
|