Gulai masin ikan
Gulai masin ikan atau gulai pangek masin atau cukup pangek masin adalah salah satu hidangan yang berasal dari Sumatera Barat. Hidangan ini merupakan varian dari gulai dengan bahan dasar utamanya adalah dari ikan. Ikan yang digunakan bisa ikan air laut maupun ikan air tawar, tetapi yang umum dipakai antara lain tongkol, tenggiri, kakap, dan ikan mas. Ciri khas yang menonjol dari hidangan ini adalah warna kuahnya yang kuning kental yang muncul karena penggunaan kunyit. Selain itu hidangan ini memiliki rasa yang kompleks mulai dari gurih, sedikit asam, sedikit asin, sedikit manis, dan pedas terdapat dalam hidangan ini. Selain itu, semua bagian dari ikan bisa digunakan dalam hidangan ini baik utuh atau hanya beberapa bagian, yang mana bagian paling favorit yang disukai masyarakat adalah bagian kepala ikan. Untuk membuat hidangan ini, bahan utama yang diperlukan adalah ikan berukuran sedang, dengan varian yang telah disebutkan di atas atau varian ikan lain sesuai selera. Bumbu gulai masin diantaranya santan, serai, cabai, daun salam, dan daun jeruk. Sementara bumbu halusnya terdiri dari bawang merah, bawang putih, kunyit, dan jahe. Untuk memberi sentuhan asam, digunakan belimbing wuluh atau asam sunti (asam kandis juga bisa digunakan). Daun ruku-ruku biasanya turut ditambahkan sehingga aroma gulai masin makin sedap.[1] Cara pembuatannya adalah ikan yang sudah dibersihkan dipotong-potong, lalu dilumuri jeruk nipis dan garam. Kemudian didiamkan sekitar 15 menit untuk menghilangkan bau amis dari ikan. Sementara itu, santan dimasak dengan bumbu halus dan bumbu gulai lainnya sambil diaduk terus agar santan tak pecah. Usai santan mendidih, ikan dimasukkan ke dalamnya dengan disusul belimbing wuluh dan daun ruku-ruku, lalu masak terus hingga ikan matang.[1][2] Hidangan ini sering terdapat di restoran Sumatera Barat atau restoran Padang hingga kedai rumah makan, dan sering dijumpai di daerah pantai seperti di Pariaman dan Padang meskipun hidangan ini juga dijumpai di beberapa kota lainnya di Sumatera Barat. Tidak ada data tertulis yang mencerita kapan makanan ini mulai diminati oleh masyarakat Minangkabau. Menurut cerita para orang tua di kampung setempat bahwa hidangan ini biasanya dimasak pada saat hari besar seperti adanya jamuan syukuran, pesta perkawinan, dan manjalang mintuo (mengunjungi mertua pasca resepsi pernikahan), tetapi banyak juga yang memasaknya pada hari-hari biasa. Referensi
|