Share to:

 

Hacktivisme

"Markas" peretas anarkis

Hacktivisme (lakuran dari hack dan activism) adalah teknik penggunaan komputer, seperti peretasan, sebagai bentuk pembangkangan sipil untuk mempromosikan agenda politik atau perubahan sosial.[1][2] Adapun orang yang melakukan aktivitas hacktivisme disebut sebagai 'hacktivis' (bahasa Inggris: hacktivist). Berakar pada budaya dan etika peretas, tujuan hacktivisme sering kali berkaitan dengan gerakan kebebasan berbicara, hak asasi manusia, atau kebebasan informasi.[3]

Asal-muasal dan definisi

Istilah hacktivism pertama kali digunakan oleh seorang penulis yang bernama Jason Snack pada tahun 1995 dalam sebuah artikel yang mengonseptualisasikan film Fresh Kill karya Shu Lea Cheang.[4][5] Istilah ini juga sering dinsibatkan kepada anggota kelompok Cult of the Dead Cow (cDc), "Omega", yang menggunakan istilah tersebut dalam sebuah surel pada grup tersebut pada tahun 1996.[6][7] Beragamnya arti dari masing-masing akar kata tersebut menyebabkan tidak adanya kesepakatan mengenai definisi dari hacktivism tersebut. Sebagian definisi juga memasukkan terorisme siber dalam hacktivisme ini, meskipun definisi lainnya hanya menekankan penggunaan peretasan teknologi untuk tujuan perubahan sosial.[8][9][10]

Bentuk dan metode

Pihak yang mengaku dirinya sebagai "hacktivis" sering kali bertindak secara anonim, baik secara berkelompok maupun secara sendirian bersama dengan persona siber (cyber-persona) dalam payung aktivisme internet yang makin mendapat tempat dalam minat masyarakat dan budaya pop.

Untuk melancarkan aksinya, para hacktivis tersebut bisa saja membuat peranti baru atau mengintergrasikan berbagai macam peranti perangkat lunak yang sudah tersedia di internet. Selain itu, para hacktivis juga bisa saja meningkatkan aksesibilitas bagi para pengguna lainnya untuk turut serta dalam aksi politis daring.

Adapun repertoar tindakan (repertoire of contention) hacktivisme mencakup:

  1. Code (kode): Perangkat halus dan situs dapat digunakan untuk mencapai tujuan politik.
  2. Mirroring (pemantulan): Pemantulan digunakan sebagai peranti untuk mencari celah melewati berbagai blok sensor pada situs.
  3. Anonymity (keanoniman): Cara untuk bersuara kepada khalayak umum perihal isu hak asasi manusia, opresi pemerintah, dll. yang menggunakan berbagai peranti, seperti akun surel sekali pakai, penabiran IP (IP masking), dan peranti lunak blogging untuk menjaga keanoniman tingkat tinggi.[11]
  4. Doxing (doksing): Praktik penyebarluasan catatan dan dokumen pribadi atau konfidensial kepada khalayak umum. Para hacktivis melihat hal tersebut sebagai transparansi yang dijamin sementara para ahli mengklaim hal tersebut sebagai tindakan pelecehan.
  5. Denial-of-service attack (serangan kegagalan layanan): Serangan ini menggunakan berbagai macam komputer pribadi dan publik yang dikendalikan oleh para peretas melalui malware (peranti pembahaya) yang biasanya ditransmisikan melalui lampiran surel atau tautan situs. Setelah berhasil dikendalikan, lalu lintas jaringan tersebut akan diarahkan kepada suatu situs dengan intensi membenani peladen tersebut di luar kapasitasnya agar situs tersebut tidak aktif.
  6. Virtual sit-in (geruduk daring): Serupa dengan serangan DoS, tindakan ini dilakukan oleh individual daripada perangkat lunak. Para pemrotes mengunjungi situs yang ditarget secara beramai-ramai dan memuat halaman tersebut secara cepat agar situs tersebut kewalahan menghadapi lalu lintas tersebut.
  7. Website defacement (pengawamukaan): Para peretas menjebol peladen jaringan untuk menggantikan halaman situs tertentu dengan halaman mereka, biasanya untuk menyampaikan pesan tertentu.[12]
  8. Website redirect (pengarahan ulang situs): Metode ini menggunakan penggantian alamat situs dalam peladen sehingga calon pengunjung tersebut diarahkan ke situs yang dibuat oleh pengecohnya.
  9. Geo-bombing (bombardir penandaan bumi): Teknik yang digunakan oleh warganet dengan menambahkan penandaan bumi (geotagging) pada penyuntingan video YouTube sehingga lokasi video tersebut dapat dilhat melalui Google Earth.[13]
  10. Protestware (perangkat protes): Penggunaan malware untuk menyemarakkan masalah sosial atau protes.[14]

Kontroversi

Hacktivisme dapat berbentuk peretasan teknologi yang digerakkan oleh politik, pembangkangan sipil anarkis yang konstruktif, atau gerakan antisistemis yang tidak ditentukan—tergantung pihak yang menggunakan istilah tersebut.[15] Selain itu, hacktivisme juga menandai protes antikapitalis atau politik, aktivisme anti-spam, kepakaran pengamanan internet, atau advokasi sumber terbuka.[16]

Rujukan

  1. ^ "THE "ANONYMOUS" MOVEMENT: HACKTIVISM AS AN EMERGING FORM OF POLITICAL PARTICIPATION" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-10-19. Diakses tanggal 2017-07-05. 
  2. ^ Aisyah, Novia. "Mengenal Apa Itu Hacktivism seperti yang Dilakukan Bjorka dan Tujuannya". detikedu. Diakses tanggal 2024-12-15. 
  3. ^ "Hackers take down thousands of 'dark web' sites, post private data". NBC News (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-02-27. Diakses tanggal 2017-02-27. 
  4. ^ Logan, Jason (November 1995). "Take the Skinheads Bowling". InfoNation. Minneapolis. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 February 1997. Diakses tanggal 3 June 2019. 
  5. ^ Webber, Craig; Yip, Michael (June 2018). "The Rise of Chinese Cyber Warriors: Towards a Theoretical Model of Online Hacktivism" (PDF). International Journal of Cyber Criminology. 12 (1): 230. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-06-21. Diakses tanggal 2020-07-13. 
  6. ^ Shantz, Jeff; Tomblin, Jordon (2014-11-28). Cyber Disobedience: Re://Presenting Online Anarchy. John Hunt Publishing. ISBN 9781782795551. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-11-16. 
  7. ^ Mills, Elinor (30 March 2012). "Old-time hacktivists: Anonymous, you've crossed the line". CNet. Diakses tanggal 3 June 2019. 
  8. ^ Peter Ludlow "What is a 'Hacktivist'?" Diarsipkan 2013-05-21 di Wayback Machine. The New York Times. January 2013.
  9. ^ Jordon, Tomblin (2015-01-01). "The Rehearsal and Performance of Lawful Access". curve.carleton.ca. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-02-03. Diakses tanggal 2016-01-16. 
  10. ^ Krapp, Peter (2005-10). "Terror and Play, or What Was Hacktivism?". Grey Room (dalam bahasa Inggris). 21: 70–93. doi:10.1162/152638105774539770. ISSN 1526-3819. 
  11. ^ Zuckerman, Ethan. "Anonymous Blogging with Wordpress and Tor". Global Voices Advocacy. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-02-09. Diakses tanggal 2011-02-09. 
  12. ^ Romagna, M.; van den Hout, N. J. (October 2017). "Hacktivism and Website Defacement: Motivations, Capabilities and potential Threats". Proceedings of the 27th Virus Bulletin International Conference: 41–50. Diakses tanggal 12 May 2019. 
  13. ^ "Geo-bombing: YouTube + Google Earth · Global Voices Advocacy". Global Voices Advocacy (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-11-24. 
  14. ^ "Open source 'protestware' harms Open Source". opensource.org (dalam bahasa Inggris). 24 March 2022. Diakses tanggal 2022-03-28. 
  15. ^ "Hactivism's New Face: Are Your Company's Enemies Embracing New Tactics?". Security Directors Report. 10: 2–4. 2010 – via EBSCO Host. 
  16. ^ Ragan, Steve (2014). "Hactivism Struggles With a Slippery Slope as Anonymous Targets Children's Hospital". CSO Magazine. 13 – via EBSCO Host. 

Daftar pustaka

Kembali kehalaman sebelumnya