Haryatmoko |
---|
| |
Nama lahir | Haryatmoko |
---|
Lahir | 9 Maret 1959 (umur 65) Sleman[1] |
---|
Kewarganegaraan | Indonesia |
---|
R.P. Dr. Johanes Haryatmoko, SJ (lahir 9 Maret 1959) adalah seorang pastor Katolik dan dosen di beberapa universitas terkemuka di Indonesia. Di samping sebagai dosen tetap Universitas Sanata Dharma (Yogayakarta), Haryatmoko adalah pengajar tamu di pasca-sarjana Universitas Indonesia (Jakarta), Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta) dan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sejak 2015, ia juga mengajar di program doktor Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (Jakarta). Ia kerap kali diminta untuk memberikan ceramah ataupun pelatihan di pelbagai perguruan tinggi di Indonesia. Ia juga sering memberikan pelatihan etika pada perusahaan-perusahaan nasional. Haryatmoko banyak menyumbangkan pemikiran kritisnya dalam bidang filsafat, sosial politik, etika dan komunikasi. Dengan bahasa yang sangat lugas dan pemilihan kosakata yang cermat, tulisan-tulisannya telah banyak dipublikasikan baik berupa buku maupun artikel antara lain di harian Kompas dan majalah Basis.
Pendidikan
Haryatmoko lulus dari Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara pada tahun 1984. Ia kemudian melanjutkan studi program licentiate of theology di Brussel, Belgia (1985–1988, 1990), dan pada saat bersamaan dia belajar ilmu-ilmu sosial di Institu d’Etudes Sociales, Paris (1988–1989). Pada tahun 1993 ia berhasil menyelesaikan D.E.A (Diploma d’Etudes Approfondies) Antropologi dan Sejarah Agama-Agama di Universitas Sorbonne-Paris IV. Tahun 1996 secara bersamaan ia menyelesaikan doktor di bidang Antropologi dan Sejarah Agama-agama di Universitas Sorbonne-Paris IV dan Etika Politik (Moral Sosial) di Institut Catholique de Paris Diarsipkan 2023-08-10 di Wayback Machine., Prancis dengan disertasinya berjudul Le statut épistémologique de l'enseignement social de l'Eglise catholique. Dari September 2010 sampai Juni 2011, ia mendapatkan International Visiting Fellowship dari The Woodstock Theological Centre, Georgetown University, Washington DC, USA untuk melakukan penelitian mengenai Public Ethics.
Karya Tulis
Buku
- Le statut épistémologique de l'enseignement social de l'Eglise (Bern: Peter Lang, 1996).
- Manusia dan Sistem: Pandangan Tentang Manusia dalam Sosiologi Talcott Parsons. (Kanisius, 1986).
- Etika Politik dan Kekuasaan. (Buku Kompas, 2003, 2004, 2004, 2014).
- Etika Komunikasi: Manipulasi Media, Kekerasan, dan Pornografi. (Kanisius, 2007).
- Dominasi Penuh Muslihat: Akar Kekerasan dan Diskriminasi. (Gramedia Pustaka Utama, 2010).
- Etika Publik: Untuk Integritas Pejabat Publik dan Politisi. (Gramedia Pustaka Utama 2010, 2011; Kanisius, 2015, 2016)
- Membongkar Rezim Kepastian: Pemikiran Kritis Post-Strukturalis (Kanisius, 2016).
- Critical Discourse Analysis: Landasan Teori, Metodologi dan Penerapan. (RajaGrafindo Perkasa, 2016, 2017)
Antologi
- L’Altérité: Fondement du pluralisme de religions en Indonésie, dans: Identités Culturelles En Europe et En Extrême Orient. (Ambassade de France à Singapour, 1998)
- Paradigma Hubungan Antar Agama: Pluralisme de Jure dan Kritik Ideologi, dalam 'Antologi studi Islam: Teori dan Metodologi’. (Sunan Kalijaga Press, Yogyakarta, 2000)
- Ideologi dan Ajaran Sosial Gereja, dalam 'Struggling in Hope'. (BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1999)
- Agama: Etika Atasi Kekerasan?, dalam 'Indonesia di Persimpangan Kekuasaan Dominasi Kekerasan atas Dialog Publik'. (The Go-East Institute, 2001)
- Menjadi Biasanya Tindak Kekerasan: Adakah Tanggungjawab Kolektif?, dalam 'Problematika Bangsa Indonesia Zaman Sekarang'. (Universitas Sanata Dharma, 2001)
- Dominasi Laki-Laki Melalui Wacana, dalam 'Feminis Laki-Laki: Solusi atau Persoalan'. ( Yayasan Jurnal Perempuan, 2001).
- Transparansi sebagai Proses Hermeneutika; dalam 'Tulus Seperti Merpati Cerdik Seperti Ular'. (Kanisius, 2001)
- Menjadi Biasanya Tindak Kekerasan: Adakah Tanggungjawab Kolektif? Dalam 'Problematika Manusia Indonesia, Permasalahan Kemanusiaan Bangsa Indonesia Zaman Sekarang'. (Universitas Sanata Dharma, 2001)
- Budaya Politik Santun dan Pluralitas, dalam Esei-Esei 2002 Bentara. (Buku Kompas, 2002)
- Etika Levinas: Mengusik Egoisme Modernitas. (Yayasan Mitra Budaya, 2003)
- Filsafat dalam Pengolahan Teologi, dalam 'Sejarah,Teologi dan Etika Agama- Agama (Dian/Interfidei, 2003)
- Le peu d’intérêt pour la Réflexion Epistémologique appauvrit le développement de la recherche en sciences sociales, dalam 'le Colloque Internationale des chercheurs en sciences sociales à Singapour'. (2003).
- Expérience proche et expérience distanciée: De la justesse du regard dans la recherche en sciences sociales, dalam 'Réflechir l’Asie du Sud-Est: Essai d’épistémologie'. ( Irasec et les Indes savantes, 2004)
- Reorganising Collective Memory and Creating Public Space. Towards a Cultural Transformation in Indonesia. dalam 'Cultural Traditions and Contemporary Challenges in Southeast Asia'. (The Council for Reserach Value and Principle, 2005)
- Menuju Orientasi Pendidikan Humanis dan Kritis, dalam 'Menemukan Kembali Kebangsaan'. (Departemen Komunikasi & Informasi RI, 2008)
Artikel
- Relevansi Filsafat Di Dalam Ilmu-Ilmu Sosial. (Mitra,1999)
- Provokator itu Bernama Impunity. (KOMPAS, 2000)[2]
- Sosial Memory dan Syarat Rekonsiliasi. (KOMPAS, 2000)
- Demagogue dan Kebencian itu. (KOMPAS, 2000)
- Etika Politik dan "Civil Society". (KOMPAS, 2000) [3]
- Pembongkaran Agama dan Aspek Destruktifnya. (Basis, 2000)[4]
- Demokrasi, Manipulasi dan Kekerasan. (KOMPAS, 2000)
- Ingatan Kolektif: Mencegah Terulangnya Kekerasan. (KOMPAS, 2000)
- Etika Politik: Keadilan Prosedural dan Prinsip Subsidiaritas.(2001)
- Memihak Yang Miskin: antara Idealisme dan Realisme (Jurnal Spiritualis Ignatian, 2001)
- Etika Politik: Bukan Hanya Moralitas Politikus. (KOMPAS, 2001)
- Hukum dan Moral dalam Masyarakat Majemuk. (KOMPAS, 2001)[5]
- Pendidikan Tinggi, Kapan Memihak yang Miskin. (KOMPAS, 2001)
- Lupa Diri dalam Jaring Kekuasaan. (KOMPAS, 2001)
- Terorisme, Politik Porno dan Etika Keyakinan. (KOMPAS, 2001)
- Menggugat Agama. (Jurnal Melintas, 2002)
- Apa yang Tersisa dari Agama? (Basis, 2002)
- Kekuasaan Melahirkan Anti Kekerasan: Menelanjangi Mekanisme an Teknik Kekuasaan Bersama Michel Foucault. (Basis, 2002)
- Agama dan Sekularisai. ( Jurnal Iman, Ilmu, Budaya, 2002)
- Etika Media dan Situasi Konflik. (KOMPAS, 2002)
- Hermeneutika Paul Ricoeur: Transparansi sebagai Proses. (Basis, 2002)
- Mengapa Koruptor Tidak Merasa Bersalah. (KOMPAS, 2002)
- Utopia Politik dan Radikalisme. (KOMPAS, 2002)
- Nasib Bangsa bila Menjadi Teokrasi. (KOMPAS, 2002)
- Menggapai Kopentensi, Menuai Kesadaran Kritis. Mencari Orientasi Pendidikan di Indonesia? (Basis, 2002)
- Lemahnya Refleksi Filsafat Mempermiskin Polotik. (KOMPAS, 2002)[6]
- Kekuasaan, Pengetahuan dan Pengawasan. Relevansi Pemikiran Foucault. (KOMPAS, 2002)
- Pragmatisme dan Banalisasi Tragedi. (KOMPAS, 2002)
- Membangun Institusi Sosial yang Adil. (KOMPAS, 2002)
- Menyingkap Kepalsuan Budaya Penguasa. (Basis, 2003)[7]
- Dimensi-dimensi Etika Politik. (KOMPAS, 2003)
- Kejahatan Menjadi Hal Biasa. (KOMPAS, 2003)
- Ekonomi, Kekuasaan dan Masalah Etika. Mengkritik Dominasi Wacana Ekonomi. (KOMPAS, 2003)
- Korupsi Menjadi Hal Biasa. (KOMPAS, 2004)
- Korupsi dan Tanggung Jawab Politik. (KOMPAS, 2004)
- Calon Presiden dan Etika Politik. (KOMPAS, 2004)[8]
- Memecah Kesunyian Dunia Satu Dimensi. (Basis, 2005)
- Penerimaan Pluralitas Agama sebagai Syarat Kemungkinan Etika Politik. (Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial UNISIA, 2005)[9]
- Habitus Baru Melawan Korupsi. (KOMPAS, 2005).[10]
- Logika Waktu Pendek Media. (KOMPAS, 2005)[11]
- Logika Kekerasan Terosisme. (KOMPAS, 2005)[12]
- Mencoba Menafsir Pluralisme. (KOMPAS, 2005)[13]
- Ketika Keadilan Diabaikan. (KOMPAS, 2005)[14]
- Membongkar Selubung-Selubung Dominasi Bersama Michel Foucault. ( Jurnal Fenomena, 2005)
- Kutukan Logika Ekonomi: Tak Mungkin Memberi tanpa Mengharap Kembali. (Basis, 2005)
- Merajut Solidaritas Taktis. (KOMPAS, 2006)[15]
- Politik Melirik Agama Karena Seks. (Basis, 2006)
- Budaya Baru dan Radikalisme. (KOMPAS, 2006)[16]
- Simpul Perubahan Habitus. (KOMPAS, 2006)[17]
- Ingatan Sosial dan Proses Hukum. (KOMPAS, 2007)[18]
- Derrida Membuat Resah Rezim Dogmatis dan Kepastian. (Basis, 2007)[19]
- Korupsi, Kebohongan dan Tanggungjawab Publik. (ADIL, 2007)
- Demokrasi Dikritik. (KOMPAS, 2008)
- Uang, Politik dan Kekuasaan: Adakah Peluang bagi Etika Politik. (Respons, 2008)
- Sekolah, Alat Reproduksi Kesenjangan Sosial:Analisis Kritis Pierre Bourdieu. (Basis, 2008)
- Kekerasan dalam Media. (KOMPAS, 2008)[20]
- Korupsi dan Kejahatan Struktural. (KOMPAS, 2008)
- Demokrasi dan Identitas Naratif. (KOMPAS, 2009)[21]
- Petaka Hipermodernisme. (Basis, 2009)
- Mengarahkan Opini Publik. (KOMPAS, 2009)[22]
- Kekhasan Moral Kristiani: Ideologis atau Epistemologis? (Orientasi Baru, 2009).[23]
- Demokrasi dan Simulasi. (KOMPAS, 2009)
- Budaya Urgensi dan Simulasi. (KOMPAS, 2009)[24]
- Delegitimasi Politik Citra. (KOMPAS, 2009)[25]
- Menakar Politik Budaya. (KOMPAS, 2009)[26]
- Logika Terosisme dan Media. (KOMPAS, 2009).[27]
- Proses Mediasi ke Momen Moral danlam "Pemahaman Diri Ricouer" dan "Penampakan Wajah Levinas". (Studia Philosophica et Theologica, 2009)
- Ilmu Budaya dan Metodologinya: Bagaimana Ilmu Budaya menghadapai Perubahan Episteme. (Adabiyyat,2010)[28]
- Cendekiawan dan Tanggungjawab Politik. (Basis, 2010)
- Kekuasaan-Pengetahuan Sebagai Rezim Wacana Sejarah Seksualitas: Sejarah Pewacanaan Seks & Kekuasaan Menurut Foucault. (Komunitas Salihara, 2010).[29]
- Critical Reason and Faith: the Contribution of Riceour’s Hermeneutics. (Prajna Vihara, 2011)[30]
- Korupsi Katel-Elite Politik. (KOMPAS, 2011).[31]
- Skandal Korupsi dan Mantra Politik. (KOMPAS, 2012)[32]
- Hukum Memihak yang Kuat. (KOMPAS, 2012)[33]
- Demokrasi dan Krisis Representasi. (KOMPAS, 2014)[34]
- Gilles Deleuze: Tubuh-Tanpa-Organ dan Mesin hasrat. (Basis, 2015)[35]
- Mantra Politk Di Balik Skandal. (KOMPAS, 2015)[36]
- Kondisi Ideologis dan Derajat Keteramalan Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough. (Diskursus Diarsipkan 2017-02-02 di Wayback Machine., 2015)
- Menikmati-Mencipta Keindahan Mendorong Kreativitas: Peran Seni dalam Pendidikan Karakter. (ISBI Bandung, 2016)[37]
- Ketika Emosi Dominasi Politik. (Kompas, 2017)[38]
Referensi
|