Hayao Tada
Hayao Tada (多田 駿 , Tada Hayao, 24 Februari 1882 – 16 Desember 1948) adalah seorang jenderal di Angkatan Darat (AD) Kekaisaran Jepang dalam Perang Tiongkok-Jepang Kedua. BiografiHayao Tada berasal dari Sendai, Prefektur Miyagi. Tada lulus dari kelas ke-15 Akademi Angkatan Darat Kekaisaran Jepang pada tahun 1903. Ia bertugas di artileri selama Perang Rusia-Jepang. Tada lulus dari kelas ke-25 Kolese Perang Angkatan Darat (Jepang) pada tahun 1913. Ia bertugas sebagai instruktur bagi Tentara Tiongkok di Akademi Militer Beijing tahun 1926-1927. Setelah kembali ke Jepang, ia menjadi instruktur di Kolese Perang Angkatan Darat tahun 1927-1928 sebelum diberikan tugas lapangan sebagai komandan Resimen Artileri Medan Ke-4 AD Kekaisaran Jepang pada tahun 1928. Ia dipromosikan menjadi kepala staf (militer) pada Divisi ke-16 AD kekaisaran Jepang pada tahun 1930.[1] Tada kembali ke Akademi Militer Beijing tahun 1931-1932. Tahun 1932-1934, ia menjabat sebagai Kepala Penasihat Militer untuk Kekaisaran Manchukuo. Pada masa itu, ia memiliki seorang perempuan simpanan, yaitu Putri Aisin Gioro Xianyu (alias "Permata Timur" yang kemudian mengambil nama Jepang Yoshiko Kawashima), seorang anggota Keluarga Kerajaan Qing yang membantu membujuk Pu Yi untuk menjadi kaisar Manchukuo. Sejak 1 Agustus 1935 hingga 1 Mei 1936 Tada menjabat sebagai panglima tertinggi Tentara Garnisun Tiongkok. Tak lama sebelum pecahnya Perang Tiongkok-Jepang Kedua, Tada memegang komando Divisi ke-11 AD Kekaisaran Jepang. Tetapi, ia dipanggil kembali ke Jepang pada 14 Agustus 1937 untuk menjadi Wakil Kepala Staf AD Kekaisaran Jepang. Pada saat yang bersamaan ia juga menjabat sebagai Komandan Sekolah Staf Angkatan Darat. Setelah Insiden Jembatan Marco Polo, Tada berusaha untuk menghubungi pemimpin Kuomintang, Chiang Kai-shek, untuk meredakan ketegangan antara Jepang dan Tiongkok. Ia berpendapat bahwa kedua negara sama-sama menghadapi ancaman eksternal dari Uni Soviet dan ancaman internal dari komunisme, dan tidak perlu membuang-buang sumber daya yang berharga dengan saling bertempur. Tetapi, upaya itu ditolak oleh Perdana Menteri Fumimaro Konoe, Menteri Tentara Hajime Sugiyama, Menteri Angkatan Laut Mitsumasa Yonai, dan Menteri luar Negeri Koki Hirota, yang semuanya marah pada Tada karena mencoba melakukan diplomasi pribadi. Tada kembali ke Tiongkok pada 10 Desember 1938 sebagai Komandan Tentara Ketiga Jepang. Pada 12 September 1939, ia dipromosikan menjadi Panglima Tentara Wilayah Tiongkok Utara. Meskipun ia pernah melakukan upaya damai, Tada adalah seorang komandan yang kuat dan ia pernah mengusulkan pemisahan provinsi-provinsi utara Tiongkok menjadi sebuah negara boneka yang bebas dari kontrol pemerintah Kuomintang. Hayao Tada dianugerahi Tanda Kehormatan Elang Emas kelas 2 pada bulan Juli 1941 dan diangkat menjadi jenderal penuh. Ia pensiun dari dinas militer aktif dua bulan kemudian. Setelah perang berakhir, Tada ditangkap oleh otoritas pendudukan SCAP dan ditahan untuk diadili atas tuduhan kejahatan perang "Kelas A". Ia meninggal dalam penjara pada 16 November 1948 sebelum masa percobaannya berakhir. Seminggu setelah kematiannya terungkap bahwa ia akan dibebaskan tanpa ada pengenaan tuduhan. Catatan
ReferensiBuku
Pranala luar
|