Hering raja
Hering Raja, Nasar Raja, Ruak-ruak Bangkai Raja, Sarcoramphus papa, adalah spesies burung hering Dunia Baru yang hidup di Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Spesies ini masuk dalam famili Cathartidae. Burung Hering ini hidup di hutan tropis dataran rendah di Meksiko selatan sampai Argentina utara, walaupun ada pula yang mempercayai bahwa lukisan "Hering Berwarna" karya William Bartram di Florida mungkin merupakan lukisan spesies ini. Sejauh ini Hering Raja merupakan anggota satu-satunya genus Sarcoramphus yang diketahui. Burung ini berukuran besar dan sebagian besar tubuhnya berwarna putih, dengan bulu-bulu punggung, sayap dan ekor berwarna abu-abu atau hitam. Kepala dan lehernya botak, dengan warna kulit berubah-ubah, termasuk kuning, jingga, biru, ungu, dan merah. Burung Hering Raja memiliki gelambir kuning yang sangat kelihatan menyolok pada paruhnya. Spesies burung ini merupakan burung pemakan bangkai dan sering menjadi burung pertama yang mendatangi bangkai segar. Hering Raja juga kerap mengusir jenis-jenis burung hering Dunia Baru yang lebih kecil dari bangkai. Burung ini dapat bertahan hidup sampai dengan 30 tahun dalam penangkaran. Hering Raja merupakan figur populer dalam naskah kuno peradaban Maya, dan juga dalam cerita rakyat dan pengobatan penduduk setempat. Meskipun mereka didaftarkan sebagai spesies berisiko rendah oleh IUCN, jumlah mereka terus berkurang, terutama akibat kehilangan habitat. Taksonomi dan sistematikaHering Raja semula dideskripsikan oleh Carolus Linnaeus pada tahun 1758 dalam edisi ke-10 Systema Naturae dengan nama Vultur papa.[2] Spesies ini kemudian dimasukkan ke dalam genus Sarcoramphus tahun 1805 oleh André Marie Constant Duméril. Genus ini sering salah disebut sebagai Sarcorhamphus. Nama umum Sarcoramphus berasal dari bahasa Yunani, sarco-/σαρκο- yang berarti daging dan ramphos/ραμφος yang berarti paruh bengkok burung pemakan daging.[3] Burung ini juga dimasukkan kedalam genus Gyparchus oleh Constantin Wilhelm Lambert Gloger pada tahun 1841, tetapi klasifikasi ini tidak digunakan dalam literatur modern karena Sarcoramphus mendapatkan prioritas sebagai nama yang lebih awal digunakan.[4] Spesies yang memiliki kekerabatan dengan Hering Raja adalah burung Kondor Andes, Vultur gryphus.[5] Beberapa penulis bahkan memasukkan spesies ini dalam subfamili yang terpisah dari Burung Hering Dunia Baru lainnya, meskipun kebanyakan penulis menyadari subdivisi ini tidak penting.[5] Terdapat dua teori bagaimana Hering Raja mendapat nama "Raja". Pertama, nama "raja" diberikan karena kebiasaannya mengalahkan dan mengusir burung hering yang lebih kecil dari bangkai dan membiarkannya menunggu sementara ia makan sendiri sampai kenyang.[6] Teori alternatif melaporkan bahwa nama raja berasal dari legenda peradaban Maya yang berkisah bahwa burung ini adalah raja yang menjadi utusan antara manusia dan dewa.[7] Burung ini juga disebut sebagai "Gagak Putih" oleh orang-orang Spanyol di Paraguay.[8] Penempatan sistematika Hering Raja dan enam spesies Burung Hering Dunia Baru lainnya masih belum jelas.[9] Meskipun berpenampilan mirip dan memiliki peran ekologi yang serupa, Burung Hering Dunia Lama dan Baru berevolusi dari nenek moyang yang berbeda di belahan dunia yang berbeda. Bagaimanapun, perbedaan keduanya kini diperdebatkan, dengan beberapa sumber yang terdahulu mengusulkan bahwa hering Dunia Baru lebih berkerabat dekat dengan bangau.[10] Sumber yang lebih baru mendudukkan posisi mereka kembali pada bangsa Falconiformes bersama dengan Hering Dunia Lama[11] atau menempatkan mereka di ordo mereka sendiri, Cathartiformes.[12] Komite Klasifikasi Amerika Selatan telah mengeluarkan Hering Dunia Baru dari bangsa bangau (Ciconiiformes) dan menempatkannya dalam status tidak tentu (Incertae sedis), akan tetapi memberikan catatan bahwa perpindahan ke Falconiformes atau Cathartiformes dimungkinkan.[9] Catatan fosil dan evolusiMarga Sarcoramphus, yang kini hanya terdiri dari Hering Raja, memiliki persebaran yang lebih luas sebelumnya. Hering Kern, Sarcoramphus kernense hidup di Amerika Utara barat daya selama pertengahan Kala Pliosen (Piacenzian), sekitar 3.5-2.5 juta tahun yang lalu). Hering ini merupakan salah satu komponen tahap-tahap fauna Blancan/Delmontian yang tak banyak diketahui. Satu-satunya fosil yang ditemukan adalah fosil tulang lengan atas yang rusak, ditemukan di Pozo Creek, Kern County, California. Menurut deskripsi asli Loye H. Miller, "dibandingkan dengan [S. papa], tipe (yang dideskripsi) sesuai dalam bentuk umum dan kelengkungannya, kecuali untuk ukurannya yang lebih besar dan kekekarannya."[13] Jangka waktu panjang di antara keberadaan kedua spesies menyarankan bahwa Hering Kern mungkin jenis yang berbeda dari S. papa, tetapi karena fosilnya rusak dan agak non-diagnosis, bahkan penggolongan ke dalam genus Sarcoramphus pun tidak sepenuhnya pasti.[14] Selama kala Pleistosen akhir, spesies lain yang mungkin masuk ke dalam genus ini, Sarcoramphus fisheri, muncul di Peru. Spesies ini mungkin merupakan leluhur kronospesies Hering Raja, namun juga bisa jadi spesies yang berkerabat sejajar. Hanya sedikit spesies burung masa kini yang berevolusi lebih lanjut setelah masa itu, dan kebanyakannya adalah bangsa burung petengger (Passeriformes) yang berukuran kecil serta berumur pendek. Spesies yang diduga merupakan kerabat Hering Raja yang ditemukan di lapisan gua era Kuarter di Kuba, ternyata tulang elang berukuran rajawali Buteogallus borrasi (sebelumnya dalam marga Titanohierax).[15] Hanya sedikit yang dapat diceritakan mengenai sejarah evolusi genus ini, terutama karena sisa-sisa (fosil) masa Neogen hering Dunia Baru yang lainnya biasanya lebih muda atau bahkan lebih terfragmen. Suku hering Teratornithidae yang telah punah, telah menguasai relung ekologis hering pada masanya, terutama di Amerika Utara. Hering Kern kelihatannya sedikit mendahului kurun utama dari proses Pertukaran Besar Fauna Amerika (Great American Interchange), dan nyata bahwa keanekaragaman hering Dunia Baru berasal dari dari Amerika Tengah.[13] Hering Kern dengan demikian agaknya menggambarkan adanya pemencaran ke arah utara, setaraf dengan garis evolusi S. fisheri - S. papa di selatan. Apabila benar demikian, catatan fosil yang ada, meskipun kurang, mendukung teori bahwa leluhur Hering Raja dan Kondor Amerika Selatan telah terpisah sedikitnya sekitar 5 juta tahun yang lalu. "Hering Berwarna" BartramTerdapat banyak spekulasi mengenai "Hering Berwarna" ("Sarcoramphus sacra" atau "S. papa sacra"), burung yang dilukiskan dalam catatan perjalanan William Bartram di Florida selama tahun 1770-an. Catatan itu telah diubah dan ditambah dalam edisi cetak, kemungkinan oleh seoran penyunting yang pernah melihat gambar Hering Raja dan percaya bahwa burung yang secara singkat dan samar-samar digambarkan oleh Bartram itu adalah seekor Burung Hering Raja, dan oleh karena itu ia menambahkan detail yang ia rasa tepat. Beberapa peneliti telah berusaha membuktikan bekas keberadaan kerabat Hering Raja sebelumnya di Florida, mengusulkan bahwa populasi burung tersebut berada pada proses kepunahan dan akhirnya menghilang dari Florida selama masa dingin .[16] Namun, Bartram melihat "Hering Berwarna" itu di wilayah tempat Karakara Berjambul Utara nantinya ditemukan dan dideskripsi. Karakara ini umum dan biasa terlihat pada masa Bartram berkelana, tetapi burung ini sangat jelas menghilang dari catatan Bartram jika "Hering Berwarna" diterima sebagai seekor Sarcoramphus. Sementara catatan asli agak tidak jelas sehubungan dengan penampilan burungnya, deskripsinya ternyata cocok dengan seekor karakara. Perilaku burung tersebut, sebagaimana dicatat Bartram, sesuai dengan kebiasaan karakara. Contohnya, Bartram mengamati bahwa burung itu mengikuti menjalarnya kebakaran liar agar dapat memangsa serangga dan kura-kura darat yang terbakar. Perilaku itu khas milik karakara, karena Hering Raja yang lebih besar dan berkaki lebih pendek tidak biasa berjalan jauh di tanah. Fakta bahwa Bartram mengamati seekor karakara tetapi tidak menyebut-nyebut dalam catatannya adalah kepingan bukti yang paling meyakinkan melawan teori bahwa burung termaksud adalah subspesies atau kerabat Hering Raja.[16] DeskripsiHering Raja dewasa merupakan Hering Dunia Baru yang warnanya paling menarik.[17] Burung ini memiliki warna dominan putih, dengan bulu-bulu leher, bulu terbang pada sayap dan ekornya bervariasi dari abu-abu sampai hitam.[18] Bulu putih Hering Raja terpulas sedikit dengan warna merah jambu kekuningan.[19] Sebagai pemakan bangkai, burung Hering Raja memiliki paruh yang tebal dan kuat. Meski paruh ini adalah yang paling kuat di antara Hering Dunia Baru, akan tetapi ukurannya tak seberapa besar jika dibandingkan dengan milik burung pemangsa lainnya.[17] Paruh tersebut memiliki ujung yang bengkok dan runcing, serta sisi yang tajam.[18] Hering ini memiliki sayap yang lebar dan ekor yang pendek, lebar dan berbentuk persegi.[19] Matanya berwarna kekuning-kuningan dan memiliki penglihatan yang tajam.[7] Tidak seperti beberapa spesies Hering Dunia Baru lainnya, Hering Raja tak memiliki bulu mata.[20] Hering Raja juga memiliki gelambir kuning gemuk yang menyolok pada paruh jingga dan hitamnya;[17] gelambir ini tidak akan terbentuk sepenuhnya sampai burung itu berusia empat tahun.[21] Kakinya berwarna abu-abu, dengan cakar tebal yang panjang.[19] Hampir tak ada perbedaan bentuk (dimorfisme seksual) antara burung jantan dan betina, dengan warna bulu yang serupa dan hanya sedikit perbedaan ukuran di antara keduanya.[22] Anak burung memiliki paruh dan mata yang gelap, dan leher berbulu halus berwarna abu-abu yang segera berubah menjadi jingga seperti warna dewasa. Burung hering muda secara keseluruhan berwarna abu-abu, dan meskipun mereka telah terlihat mirip dengan burung dewasa pada tahun yang ketiga, bulu-bulunya belum akan berganti menjadi bulu dewasa sampai mereka berusia lima atau enam tahun.[19] Kepala dan leher hering memiliki hanya sedikit bulu sebagai adaptasi untuk menjaga kebersihan, meskipun terdapat pula bulu-bulu kaku berwarna hitam pada kepalanya. Sedikitnya bulu-bulu ini mengurangi kemungkinan bakteri dari bangkai yang dimakannya merusak bulu-bulu di lehernya dan menjadikan kulit leher itu terbuka terhadap pajanan sinar matahari yang dapat membunuh hama.[23] Kulit di leher dan kepala dapat memiliki banyak warna, termasuk kuning, jingga, biru, ungu dan merah.[24] Kulit burung ini juga berkerut di dekat telinga dan di belakang leher.[22] Dengan perkecualian dua spesies burung kondor lainnya, Hering Raja adalah spesies Hering Dunia Baru yang terbesar. Panjang tubuh keseluruhan mencapai 67–80 cm dan bentangan sayapnya selebar 1.2–1.7 meter. Bobot tubuh Hering Raja sekitar 2.7–4.5 kilogram.[7] Persebaran dan habitatHering Raja menghuni wilayah yang diperkirakan seluas 14 juta kilometer persegi antara Meksiko selatan dan Argentina utara.[25] Di Amerika Selatan, hering ini tidak dijumpai di sebelah barat pegunungan Andes,[21] kecuali di Ekuador barat,[26] Kolombia barat laut dan di ujung barat laut Venezuela.[27] Burung ini terutama mendiami hutan tropis dataran rendah yang tak terganggu dan juga sabana dan padang rumput yang berdekatan dengan hutan semacam itu.[28] Hering Raja sering terlihat di dekat rawa-rawa di hutan.[8] Burung bangkai ini adalah yang paling banyak atau satu-satunya yang menyebar di hutan-hutan dataran rendah primer,[22] tetapi di hutan hujan Amazon, hering ini jumlahnya kalah banyak dengan hering berkepala kuning besar, sementara hering ini juga kalah banyak dengan hering berkepala kuning kecil, Hering Kalkun, dan Hering Hitam Amerika di habitat yang lebih terbuka.[29] Burung bangkai ini umumnya tidak ditemui di atas ketinggian 1200 meter.[30] Mereka menghuni tingkat tajuk teratas di hutan, atau di atas lapisan kanopi hutan.[18] Ekologi dan perilakuHering raja amat pandai melayang, kadang-kadang dapat membumbung tinggi selama berjam-jam tanpa mengepakkan sayapnya.[17] Sementara terbang, sayapnya terbentang dihedral, atau mendatar dengan ujung yang agak ditinggikan, dan dari jarak yang jauh burung Hering Raja ini tampak seolah tak berkepala ketika terbang.[31] Kepakan sayapnya dalam dan kuat.[19] Meskipun bertubuh besar dan berwarna menor, burung hering ini tak begitu menyolok jika bertengger di atas pohon.[31] Ketika bertengger, burung ini biasa merendahkan dan memajukan kepalanya.[22] Hering Raja tidak bermigrasi, dan tidak seperti Hering Kalkun, hering berkepala kuning kecil dan Hering Hitam Amerika, pemakan bangkai ini umumnya hidup sendiri atau dalam kelompok keluarga yang kecil.[32] Meskipun demikian, burung nasar ini dapat berkumpul dalam kelompok besar di tempat bangkai berada.[17] Hering Raja dapat hidup lebih dari 30 tahun di penangkaran, tetapi lama hidup mereka di alam bebas tidak diketahui.[7] Nasar ini memiliki perilaku urohidrosis, yakni membuang kotoran atau fesesnya di kaki untuk menurunkan suhu tubuhnya. Meskipun memiliki paruh dan tubuh yang besar, nasar ini relatif tidak agresif dan biasanya akan lebih memilih mundur daripada berkelahi.[18] Ruak-ruak Bangkai Raja tidak memiliki kotak suara (syrinx) di dalam tenggorokannya, namun burung ini dapat membuat suara menguak rendah dan mendesah.[23] Predator Hering Raja hanyalah ular, yang menyerang telur dan anak hering, dan kucing besar seperti jaguar, yang muncul tiba-tiba dan menerkam burung hering dewasa yang berkerumun di dekat bangkai.[18] MakananHering Raja memakan hanya daging bangkai, dan tidak seperti beberapa Hering Dunia Baru lainnya, burung ini tidak membunuh binatang lain yang sakit atau hampir mati untuk mendapat makanan.[18] Nasar ini sering memakan ikan yang terdampar di tepi sungai, tetapi tidak datang ke pembuangan sampah di desa untuk mencari makanan.[22] Meskipun nasar ini memiliki penglihatan yang tajam yang dapat membantunya menemukan makanan,[30] terdapat dua teori mengenai bagaimana cara hering ini menemukan bangkai. Salah satu pihak meyakini bahwa nasar raja menggunakan indra penciumannya untuk menemukan bangkai hewan.[17][30] Pihak lainnya beranggapan bahwa hering ini tidak memiliki indra penciuman, dan mengikuti Hering Kalkun dan hering berkepala kuning besar, yang memiliki indra penciuman, menuju daging bangkai.[6][18][33] Akan tetapi penelitian baru-baru ini yang mendemonstrasikan bahwa Hering Raja dapat menemukan bangkai di hutan tanpa bantuan hering lainnya, mengusulkan gagasan bahwa nasar ini menemukan makanan dengan menggunakan indra penciuman.[34] Hering Raja terutama memangsa bangkai yang ditemukan di hutan, meskipun hering ini juga diketahui pergi ke sabana terdekat untuk mencari makanan. Ketika nasar raja menemukan bangkai, burung ini akan mengusir burung-burung hering lainnya karena ukuran tubuhnya yang besar dan paruhnya yang kuat.[17] Namun, ketika hering ini berada pada bangkai yang sama dengan Kondor Andes, Hering Raja selalu mengalah pada Kondor Andes.[35] Hering ini menggunakan paruhnya untuk mengoyak,[30] membuat potongan pertama pada bangkai yang masih baru. Hal ini membantu hering yang lebih kecil dan berparuh lemah, yang tidak dapat merobek kulit bangkai, dapat turut menikmati daging bangkai setelah Nasar Raja selesai makan.[18] Lidah Hering Raja kasar seperti parutan, yang digunakan untuk membantu melepaskan daging dari tulang-tulangnya.[23] Umumnya, nasar ini hanya makan kulit dan bagian jaringan keras mangsanya.[18] ReproduksiHering Raja dewasa matang secara seksual ketika berusia sekitar empat atau lima tahun.[23] Hering ini biasanya berbiak selama musim kemarau.[18] Burung hering memiliki perilaku tarian perkawinan yang rumit. Tatkala bercumbu, pasangan burung ini saling mengitari satu sama lain di darat sambil mengepakkan sayapnya, serta mengeluarkan bunyi dengusan dan desisan yang keras.[22] Hering Raja berpasangan untuk selama hidupnya dan pada umumnya bertelur sebutir yang berwarna putih di sarangnya di lubang pohon.[19] Untuk menangkal gangguan predator, nasar raja membiarkan sarang mereka berbau tak enak.[18] Kedua induk hering raja bergantian mengerami telur sekitar 32 sampai 38 hari sebelum akhirnya menetas.[23] Jika telur itu hilang, sering kali telur itu akan digantikan lagi setelah sekitar enam minggu.[22] Hering muda yang baru menetas bersifat atrisial, atau tidak berdaya setelah menetas.[18] Anak yang lahir tidak berbulu, tetapi segera kemudian tumbuh bulu hitam.[30] Bulu hering kecil itu tidak berganti menjadi bulu putih dewasa sampai mereka berusia lima atau enam tahun. Ketika baru lahir, anak burung itu diberi makan daging yang dibawakan langsung dari cakar induk mereka, tetapi kadang-kadang mereka juga makan dari muntahan si induk (regurgitasi).[18] KonservasiMenurut IUCN, burung ini merupakan spesies yang berisiko rendah,[1] dengan perkiraan persebaran sebesar 14.000.000 kilometer persegi dan memiliki populasi antara 10.000 sampai 100.000 individu. Namun, terdapat bukti-bukti yang menunjukkan berkurangnya populasi Hering Raja, tetapi perubahan ini tidak cukup signifikan untuk membuat burung ini dimasukkan ke dalam daftar burung yang terancam punah.[25] Penyusutan populasi ini terutama karena berkurangnya habitat dan terjadinya perburuan ilegal.[32] Hubungan dengan manusiaNasar Raja adalah salah satu dari spesies burung yang paling sering muncul pada naskah kuno peradaban Maya.[36] Karakter lukisannya dengan mudah dapat dicirikan melalui adanya benjolan pada paruh burung dan lingkaran-lingkaran konsentris di sekitar mata burung.[36] Terkadang burung ini digambarkan sebagai dewa dengan tubuh manusia dan kepala burung.[36] Menurut mitologi Maya, dewa ini sering membawa pesan antara manusia dan dewa lainnya.[18] Hering ini juga digunakan untuk mewakili Cozcaquauhtli, hari ke-13 dalam satu bulan di kalender Maya.[36] Penduduk Amerika Selatan percaya jika bayangan Nasar Raja mengenai seseorang, orang itu akan tertimpa kesialan atau kematian.[23] Darah dan bulu burung ini juga digunakan untuk menyembuhkan penyakit.[23] Hering Raja juga merupakan objek perangko populer di negara-negara di wilayah persebarannya. Hering ini muncul pada perangko negara El Salvador pada tahun 1963, Belize tahun 1978, Guatemala tahun 1979, Honduras tahun 1997, Bolivia tahun 1998, dan Nikaragua tahun 1999.[37] Karena ukuran tubuhnya yang besar dan kecantikannya, Hering Raja menjadi atraksi di beberapa kebun binatang, termasuk Kebun Binatang Honolulu, Kebun Binatang Belize, dan Kebun Binatang Berlin. Hering ini dapat berkembang biak dengan baik di penangkaran,[17] tetapi hering yang terkurung memiliki kecenderungan untuk membunuh bayinya yang baru lahir.[32] Sifat ini belum teramati di alam bebas. Menentukan jenis kelamin burung yang baru lahir di penangkaran sulit dilakukan karena adanya kandungan "lemak bayi" yang besar pada enam bulan pertama dan tak adanya perkembangan gonad pada tahun pertama kehidupan burung ini.[32] Hering Raja adalah salah satu dari sedikit spesies burung yang memiliki buku silsilah (studbook) AZA (Asosiasi Kebun Binatang dan Akuarium), yang pada tahun 2007 dikelola oleh Brian Tierney dari Kebun Binatang Bronx, New York.[38] Referensi
Pranala luar
|